Champions of Europe [Sumber: Akun
Twitter @ChelseaFC]
Lego dan gelo. Ungkapan tersebut
terasa tepat untuk merangkum suasana batin yang saya alami seusai kompetisi UEFA
Champions League 2020/21 (UCL 21) rampung. Lego karena Chelsea, klub
yang saya gilai sejak anak-anak, berhasil juara. Gelo karena saya tak menonton
siaran langsung final 2021 UEFA Champions League Final.
Rasa lego
ini sangat terasa, bukan hanya karena Chelsea juara, walakin berhasil memupuskan
asa Manchester City yang diasuh oleh Pep Guardiola. Saya tak pernah suka
Manchester City juara UCL, dan senantiasa berharap demikian. Saya juga senang
kalau Pep Guardiola tak bisa juara di Eropa selain hanya bersama Barcelona
sekitar satu dekade silam. Alhasil, rasa lego ini berlipat rasanya.
Malah saya bingung: lebih kuat karena Chelsea juara atau karena Manchester City
dan Pep gagal?
Sayang,
sampai saat ini, 30 Mei 2021 pukul 19.42 GMT+7, saya masih dalam kondisi
menenangkan batin yang sedang sedih luar biasa (deep sadness) seiring
kegagalan menonton siaran langsung final 2021 UEFA Champions League Final. Padahal,
as usual, saya sudah tertib sejak dua laga semifinal, yang kebetulan
mempertemukan dua klub kesayangan: Chelsea dan Real Madrid. Padahal pula, saya
sudah berhari-hari menikam jejak perjalanan Chelsea musim 2021 seraya
membandingkan dengan 2021. Pula sudah didukung oleh istri, yang rela bangun
untuk membangunkan saya. Namun, ikhtiyār yang dilakukan tak selaras
dengan taqdīr yang Allōh tentukan.
Walau
begitu, tak boleh kabur dari rasa syukūr. Al-Syaikh Ja’far ibn Ḥasan
al-Barzanjī al-Ḥusaynī mengutip ucapan al-Syaikh ‘Abd al-Qōdir al-Jīlānī al-Ḥasanī
wa al-Ḥusaynī dalam Lujayn al-Dānī fī Manāqib al-Shaikh ‘Abd al-Qōdiral-Jīlānī:
لاَتَخْتَرْ
جَلْبَ النَّعْمَاءِ وَلاَ دَفْعَ الْبَلْوَى، فَإِنَّ النَّعْمَاءَ وَاصِلَةٌ إِلَيْكَ
بِالْقِسْمَةِ اسْتَجْلَبْتَهَا أَمْ لاَ، وَالْبَلْوَى حَالَّةٌ بِكَ وَإِنْ كَرِهْتَهَا،
فَسَلِّمْ لِلَّهِ فِي الْكُلِّ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ، فَإِنْ جَاءَتْكَ النَّعْمَاءُ
فَاشْتَغِلْ بِالذِّكْرِ وَالشُّكْرِ، وَإِنْ جَاءَتْكَ الْبَلْوَى فَاسْتَغِلْ بِالصَّبْرِ
وَالْمُوَافَقَةِ، وَإِنْ كُنْتَ أَعْلَى مِنْ ذَلِكَ فَالرِّضَا وَالتَّلَذُّذَ، وَاعْلَمُوْا
أَنَّ الْبَلِيَّةَ لَمْ تَأتِ الْمُؤمِنَ لِتُهْلِكَهُ، وَإِنَّمَا أَتَتْهُ لِتَخْتَبِرَهُ.
“Jangan
memilih untuk mengambil kenikmatan dan menolak cobaan, karena nikmat itu pasti
akan sampai kepadamu dengan menjadi bagian—engkau upayakan atau tidak,
sedangkan cobaan akan mendatangimu meski engkau tidak suka. Serahkan semua
kepada Allōh, Dia akan berbuat sesuai yang dikehendaki-Nya. Jika
kenikmatan mendatangimu, sibukkan dengan mengingat-Nya dan bersykur kepada-Nya.
Jika cobaan mendatangimu, sibukkan dengan bersabar dan menurut. Jika kamu ingin
lebih tinggi derajatnya, relakan dan nikmatilah. Ketahuilah bahwa ujian tidak
datang kepada orang beriman untuk merusaknya, melainkan untuk mengujinya.”
K.Sn.Pa.191042.300521.20.13