— Konsep
Baru Duo Serigala, Modal Erotis, dan Payudara Perempuan
“Sugeng ambal warso Kak Oza Kioza
dan Kak Pamela Safitri, 4 & 5 Maret, beda setahun.”
—
Alobatnic
Pada 4-5 Maret 2018 ini, umur Oza
genap 24 tahun dan Pamela genap 25 tahun menurut kalender Gregorian. Sekarang
keduanya seakan kian mantap mengayuh perjalanan yang membuat namanya memiliki
harga jual. Kehadirannya pun dapat memiliki nilai komersial. Keadaan yang
demikian tentu memudahkannya untuk ikutserta dalam berbagai kegiatan sosial.
Setelah
melalui serentetan sengkarut berkelanjutan, nama ‘Duo Serigala’ akhirnya resmi
dimiliki oleh Pamela Safitri. Konsep duo yang diusung membuat Pamela bergerak mencari
tandem baru. Oza Kioza, salah satu penyanyi yang sudah matang, kemudian diajak
Pamela sebagai tandem anyarnya. Sekitar satu dekade karier sebagai penyanyi
dijalani oleh Oza sebelum akhirnya bergabung dengan Duo Serigala. Kehadiran Oza
bukan semata untuk menemami Pamela, melainkan ikutserta mewarnai Duo Serigala.
Sebagai
sosok yang bukan yesterday afternoon singer, dari panggung ke panggung
Oza terlanjur lebih dikenal kualitas suara daripada sensualitas goyangannya.
Wajar kalau kehadiran Oza menyulut perubahan konsep Duo Serigala. Pamela
sendiri, sebagai punggawa awal Duo Serigala, berhasrat mengubah citra mereka.
Tak dimungkiri Duo Serigala identik dengan pertunjukan sensualitas, walakin
sejak berubah formasi, Pamela dan Oza sepakat untuk menonjolkan musikalitas.
Debut
pembuktian Oza dimulai ketika Duo Serigala merilis single Kost Kostan
pada 12 Juli 2017. Selain menjadi ajang pembuktian Oza, single ini juga
sebagai wujud angan Pamela berupa perubahan konsep Duo Serigala. Dibanding single-single
sebelumnya seperti Abang Goda dan Sianida, Kost Kostan
memang terbilang berbeda. “Lebih asik aja, yang ini benar-benar fokus lagu dan
musiknya. Biar orang juga senang dengan lagu yang bakalan Duo Serigala bawain,” jelas Pamela.
Pamela
mengungkapkan bahwa ‘format masa depan’ Duo Serigala tetap setia di jalur
dangdut yang dapat membuat pendengar ikut bergoyang, namun diramu lebih kekinian
selaras perkembangan musik. “Yang Duo Serigala pertahankan lagu yang asik,
goyangannya asik, jadi benar-benar dangdut modern gitu,” papar Pamela, “Daya
tarik single ini gampang diingat, musiknya
asik, pasti orang dengar bakalan asik goyang,” lanjutnya.
Kost Kostan yang ditulis oleh Dommy Allen bercerita
tentang lelaki yang memiliki banyak kekasih, gemar selingkuh, dan suka gonta-ganti
pasangan. Bila diibaratkan seperti orang yang sedang mengontrak rumah,
kesehariannya nomaden lantaran berpindah-pindah tempat tinggal.
Pamela
tak merasa kesulitan bertandem dengan Oza saat kali pertama menyanyikan lagu
ini. Bekal personal friendship yang telah terjalin kuat sebelum terlibat
professional partnership membuat chemistry duet baru ini segera
didapati. “Kesulitannya sih saat ngapalinnya
aja, dan harus pas sama suara kita. Kita harus mendalami lagunya, dihayati
lah,” tutur Pamela. Sejak rekaman berlangsung keduanya berusaha mengeluarkan
segenap kemampuan bermusik mereka. “Kita berdua benar-benar harus mendalami
banget lagunya, biar pas,” ucap Pamela.
Pamela
dan Oza berharap jika Duo Serigala ‘jilid kedua’ ini dapat diterima oleh masyarakat.
Dengan musik dan penampilan yang lebih fresh,
keduanya berhasrat melegakan para penggemar yang haus akan hiburan sembari
mencuri perhatian masyarakat lebih luas. “Yang pasti masyarakat senang lagu
yang baru ini, hafal dan asik untuk goyang, nggak
bosan dengarnya. Tapi ini lebih perkenalkan personil baru Duo Serigala dan
lagunya semoga banyak yang suka,” harap Pamela.
Tak
cukup dengan merilis satu single baru, Duo Serigala kembali beraksi.
Keberhasilan menggubah angan menjadi kenangan melalui Kost Kostan,
memantik semangat duet Pamela-Oza kembali unjuk kebolehan bermusik dengan
menyanyikan Sayang. Sejak dibawakan oleh Via Vallen, Sayang
menggema luas melintas batas. Lagu ini sangat fenomenal. Banyak pemusik meng-cover
lagu ini. Genrenya pun bermacam-macam, mulai mempertahankan unsur dangdutnya, maupun
memasukkan unsur jazz dan rock.
Saking
fenomenalnya lagu Sayang, Miraie karya Kiroro tahun 1998 pun
kembali mencuat ke permukan. Alunan nada Sayang memang mengabil dari Miraie.
Tak perlu mempermasalahkan tiruan seperti ini. Miley Cyrus melalui Karen
Don’t Be Sad pun melakukannya, dengan mengambil nada dari Julia dari
The Beatles.
Dengan
tetap memperhatikan perbincangan tentang Sayang, lagu ini tak luput dari
perhatian Duo Serigala. Baik Pamela maupun Oza, keduanya sama-sama mengagumi
lagu yang liriknya ditulis oleh Anton Obama tersebut. Tak puas hanya membawakan
saat pertunjukan, keduanya memilih untuk merilis kembali lagu ini.
Merilis
kembali lagu yang sudah fenomenal, apalagi saat sedang popular
menggelegar, tentu butuh kreativitas tersendiri agar tak terbayangi oleh versi
asli. Itulah yang perlu dilakukan Duo Serigala. Duo Serigala akhirnya berhasil
mengadaptasi Sayang alih-alih sekadar mengadopsi. Pamela dan Oza tak
sekadar melantunkan kembali, namun menyelaraskan dengan karakter Duo Serigala.
Perbedaan
dari Sayang versi Via Vallen dan Duo Serigala terletak pada vokal. Tentu
perbedaan ini sangat kentara lantaran Via melantunkannya sendiri, sementara
lantunan Duo Serigala merupakan hasil kolaborasi.
Daur
ulang yang dilakukan oleh Duo Serigala terhadap Via Vallen serupa dengan,
antara lain, duo Bom&Hi terhadap Mariah Carey. Kala itu Park Bom dan Lee Hi
urun suara dalam melantunkan All I Want for Christmas Is You
dari Mariah Carey, penyanyi solo. Bedanya kalau Bom&Hi mempertahankan
paduan kata sambil mengubah alunan nada, Duo Serigala kosok balinya.
Saat
pertama kali mendengarkan Sayang dari Duo Serigala, jelas terasa
bedaanya. Jika Via Vallen melantunkan dengan Bahasa Jawa disertai secarik lirik
Bahasa Indonesia, Duo Serigala mengubah pakem tersebut. Sebagai gantinya,
mereka lebih memilih seluruh lirik dilantunkan dalam Bahasa Indonesia.
Rilisan
Sayang oleh Duo Serigala mirip, antara lain, seperti yang dilakukan oleh
Dhani Ahmad Prasetyo bersama T.R.I.A.D pada Musthafa Ibrahim. Kala itu
Dhani tidak mengadopsi seutuhnya, walakin mengadaptasinya ke dalam Bahasa
Indonesia. Hanya saja, alunan nada Mustapha dari Queen, lagu yang di-cover,
tetap dipertahankan dengan suntikan sound yang fresh.
Dhani
sendiri, terkait Sayang, dalam satu waktu pernah menanyakan keengganan
Via Vallen merilis versi Bahasa Indonesia, “Kenapa tidak di-Indonesia-kan?”
tanya Dhani pada Via Vallen. “Tidak perlu mas,” jawab Via waktu itu.
Tanpa
diduga oleh dua penggemar Manchester United tersebut, Duo Serigala malah
menjawabnya melalui karya. Barangkali Duo Serigala pun belum mendengar cuplikan
obrolan tersebut. Mungkin hadirnya Sayang versi Bahasa Indonesia
merupakan ‘suara alam’, sebagai langkah agar Duo Serigala teranyam sanggam.
Walau
sudah menghasilkan karya musik apik seperti itu, tetap saja banyak khalayak
yang memandang Duo Serigala “modal cantik doang”. Tak dimungkiri bahwa kesintalan
badan turut berperan dalam melambungkan nama Duo Serigala. Karena kesintalan
badan pula Duo Serigala banyak mudah mendapatkan cibiran kelewat cemar. Cibiran
yang nyaris membutakan hingga enggan mendengar, alih-alih mengapresiasi,
kualitas vokal.
Wajar
saja. Sah-sah saja. Mungkin penampilan Duo Serigala memantik amarah sebagian
orang. Amarah yang muncul karena cemburu, dengki, atau jengkel. Sementara tak
bisa dielakkan lagi bahwa, “Mata yang penuh amarah hanya memandang segala yang
nista sepertihalnya mata yang cinta akan tumpul terhadap semua cela.”
Pertanyaannya, salahkah menjadi
perempuan cantik? Sebagian orang mungkin akan menjawab iya. Naomi Wolf dalam
buku The Beauty Myth menuturkan bahwa kecantikan adalah mitos yang
diciptakan industri untuk mengeksploitasi perempuan secara ekonomi melalui
produk-produk kosmetik.
Pandangan Naomi beserta pendukungnya
boleh jadi tidak bisa disalahkan, namun kurang lengkap untuk menjadi genggaman.
Pasalnya Naomi tak mementingkan paras cantik sebagai salah satu modal untuk
perempuan, seperti diungkapkan oleh Catherine Hakim melalui konsep erotic
capital.
Erotic
capital merupakan kombinasi dari daya tarik fisik, estetik, visual,
sosial, dan seksual yang dimiliki seseorang untuk menarik orang lain. Ada enam
bagian dalam erotic
capital, kecantikan adalah salah satunya. Sepertihalnya jenis modal
lain, erotic capital juga dapat diupayakan, kosok bali dengan pandangan
yang cenderung menyangka bahwa kecantikan hanyalah ketetapan Tuhan (buat yang
percaya Tuhan) atau suatu kebetulan alamiah (buat yang cuma percaya Hukum Alam).
Cibiran terhadap Duo Serigala banyak
berpijak dari pandangan yang menyebut bahwa pintar adalah hasil tekun belajar,
sedangkan cantik adalah bawaan lahir. Cerdas dianggap sesuatu yang diperoleh
lewat kerja keras, sedangkan kecantikan adalah anugerah yang didapat tanpa
usaha. Padahal posisinya bisa saja terbalik. Pasalnya faktor genetis pun,
terutama dari ibu, berperan penting dalam menentukan kecerdasan seseorang.
Sedangkan untuk tampil cantik, seseorang perlu banyak berusaha, mulai dari olah
raga, menjaga pola konsumsi, merias wajah, hingga berpikir menentukan pakaian.
Tak perlu membutakan mata
menyaksikan bahwa orang yang cantik memang kerap mendapat beragam kemudahan.
Contoh paling bagus dalam hal ini ialah Maria Yuryevna Sharapova (Maria
Sharapova). Pendapatan sebagai model jauh lebih banyak ketimbang menjadi
petenis. Maria bahkan masih tetap menambah kekayaan saat diskors gara-gara
kasus obat-obatan terlarang.
Erotic capital sama pentingnya dengan modal ekonomi,
sosial, dan budaya. Pertanyaan selanjutnya, mengapa kita tampak enggan
mengapresiasi kecantikan perempuan sepertihalnya kecerdasan?
Ketika ada perempuan dandan,
dibilang menghabiskan waktu tak berguna. Walakin ketika membaca buku, disangka
waktu diisi dengan kegiatan bermanfaat. Perempuan yang berusaha menunjukkan
kecantikan malahan tak jarang otomatis dianggap bodoh. Pekerjaan yang menjual
badan perempuan, seperti modelling, diberi stigma sebagai pekerjaan
hina.
Lebih menyesakkan lagi, ketika ada
perempuan cantik ingin menikahi lelaki kaya dilabeli ‘matre’ yang
mengkhianati kesucian cinta dalam perkawinan. Padahal, alasan di balik julukan ‘matre’
ini adalah bahwa lelaki harus mendapatkan kenikmatan yang mereka inginkan dari
perempuan secara gratis, terutama seks.
Kecantikan dan upaya mempercantik
diri dianggap sebagai tindakan tak baik. Para peserta kontes kecantikan,
misalnya, mendapatkan banyak cibiran. Kecerdasan dan kecantikan dilihat sebagai
dua hal bertentangan yang tak mungkin dipadukan oleh perempuan. Perempuan yang
memiliki keduanya, tidak diizinkan untuk menggunakan semuanya, hanya boleh
memaksimalkan kecerdasan saja. Mengapa oh Menyapa? Whyyy?
Dari beberapa tuturan tentang Oza
dan Pamela, dua punggawa Duo Serigala, salah satu bagian yang paling disorot
adalah bagian payudara (breast). Mungkin karena faktor branding
Duo Serigala dengan ‘Goyang Drible’-nya, mereka tampak perlu memperhatikan dan
diperhatikan salah satu pemberi visual pleasure buat lekaki tersebut.
Pertanyaannya, kenapa para lelaki
selalu menyukai bagian payudara perempuan? Nggak peduli ukurannya besar
atau kecil, seperti bola basket atau bola bekel, mereka pasti suka.
Tak dimungkiri, ada juga lelaki yang
lebih menyukai bagian tubuh perempuan lainnya, misalnya, paha, pantat, dan juga
bibir. Tapi entah kenapa, payudara tetap menjadi bagian tubuh perempuan yang bisa
menyuluh imajinasi lelaki.
Saking menjadi ikon kecintaan dan
obsesi para lelaki, tak sedikit media, merek, brand, bahkan juga
propaganda menggunakan payudara perempuan, seperti iklan Kopi Susu YA!
dan Segar Sari Susu Soda.
Hal yang membuat saya merasa ialah
faktor yang membuat lelaki menyukainya. Terkait hal ini, L. Monique Ward, Ann
Merriwether, dan Allison Caruthers menyingkap istilah yang disebut Masculinity
Ideology (Ideologi Kejantanan, selanjutnya MI). MI berperan pada
kepercayaan dan cara pandang lelaki mengenai badan perempuan, yang juga
berkaitan dengan banyaknya media yang dikonsumsi oleh lelaki. Sayangnya, meski paparan
tersebut memberi pengetahuan, belum bisa memberi kepuasan. Apalagi memberi
kepuasaan yang sama seperti saat menikmati payudara perempuan, jelas ini!
Terdapat sebagian orang yang mengungkapkan
bahwa lelaki menyukai payudara perempuan karena sejak lahir lelaki memiliki
hubungan intim dengan payudara ibu. Ada rasa kasih sayang yang diberi pada buah
hati tatkala ibu menyusui. Cuma, ungkapan tersebut agak gimana gitu.
Soalnya ada pula lelaki yang tak banyak mengonsumsi air susu ibu (ASI) saat
bayi, namun tetap tertarik menikmati payudara perempuan.
Terdapat pula pandangan yang
menyebut bahwa dari tahun ke tahun manusia memang mengembangkan payudara
perempuan untuk keperluan seks (sex). Hanya saja pandangan ini di-counter
dengan pandangan yang mengungkapkan bahwa hal ini kurang tepat lantaran untuk
keperluan seks, zakar lelaki juga dibutuhkan.
Brian Alexander, yang mendalami
dasar neurologis dari perilaku sosial, menyingkap soal payudara ini dengan menyebut
bahwa evolusi manusia telah mengubah sirkuit saraf kuno. Pada awalnya, fungsi
utama payudara adalah untuk menguatkan ikatan kasih sayang antara bayi dan ibu,
dengan cara menyusui. Tapi sekarang, sirkuit otak ini telah berubah penggunaannya.
Selain untuk menguatkan ikatan ibu dan bayi, juga digunakan untuk meningkatkan
ikatan antar pasangan. Hasilnya, kebanyakan lelaki menyukai payudara perempuan.
Penuturan Brian lebih make sense
buat saya dibandingkan pandangan lainnya «هذا القول
أرجح عندي». Pasalnya kalau
ditelisik lebih lanjut, otak para ibu akan dibanjiri dengan neurochemical
oxytocin yang juga dikenal dengan love drug. Neurochemical
oxytocin ini membantu ibu untuk fokus pada anak dan memberi rasa kasih
sayang melalui ASI. Hormon tersebut juga membanjiri otak perempuan ketika
terangsang oleh pasangan saat berhubungan seks. Sirkuit pada otak yang tadinya
digunakan untuk bayi, pada saatnya juga digunakan untuk orang dewasa. Dari
sini, dapat diungkapkan bahwa payudara perempuan merupakan sarana untuk
mewujudkan kasih sayang, yang membuat orang lain merasa senang.
Kalau ada sebagian perempuan yang
payudaranya begitu digilai lelaki, mungkin karena mereka berusaha menyenangkan
orang lain melalui payudaranya. Usahanya antara lain dengan rajin merawat
keindahannya agar bisa memberi kesenangan saat lelaki menyaksikannya, apalagi
bisa merasakan sentuhannya.
“Untuk mengencangkan payudara, kita olahraga
tiap bangun tidur, kita lakukan push-up 10-25 kali lah,” tutur Oza saat
ditanya soal rutinitas latihan untuk merawat fisik ‘favorit’-nya, “Kita olah
raganya di dalam sih, di kamar,” saut Pamela. “Kita selalu menyempatkan waktu
15 menit paling enggak untuk olahraga kecil, kayak latihan napas,
peregangan biar enggak kaku, karena jujur malas olahraga,” pungkas Oza.
Selain perawatan harian, Pamela dan
Oza juga rajin melakukan pemijatan payudara untuk merangsang pertumbuhan
kolagen. Sah-sah saja kalau Duo Serigala rajin merawat ‘bagian favorit’ atau
‘aset’ atau apalah sebutannya pokoknya di situlah letaknya. Payudara
perempuan termasuk salah satu bagian yang memiliki daya pikat kuat dalam
merangsang gairah seks lelaki.
Seks terbilang nafsu yang paling
sosial. Tanpa memperhitungkan moral, secara naluriah kita bisa turut bergembira
menyaksikan orang lain yang sedang memenuhi nafsu seksnya. Kita punya hasrat
kesenangan walaupun sekadar untuk menontonnya. Itulah kenapa ada pornografi,
yang melahirkan industri seperti blue film (BF) dan majalah dewasa
dengan omzet besar.
Seks berbeda dengan nafsu lain,
misalnya nafsu makan. Adakah orang, terutama lelaki, yang sanggup suntuk
berjam-jam menyaksikan tayangan dengan sajian berupa adegan-adegan orang sedang
makan bakwan biarpun orang itu adalah Via Vallen? Adakah media pendulang iklan
yang menjebak pengunjung dengan gambar Grace Natalie sedang mangap ngemplok
cilok?
Saking sosialnya nafsu yang satu
itu, ia jadi begitu canggih buat menyedot perhatian. Ia jadi empuk sebagai
bahan berita dengan judul-judul menggemaskan. Ia juga legit buat stok
pengalihan isu, yang bisa dengan gampang ditembakkan sewaktu-waktu. Sebab,
kabar terkait seks tidak cuma memberikan informasi, walakin memberdayakan
imajinasi.
Duo Serigala, baik Pamela maupun Oza,
menyadari sisi ini, mengerti hal ini. Tak risau dengan segala caci-maki maupun
puja-puji, keduanya berusaha memanfaatkannya memenuhi kebutuhan diri, juga
mengajak orangtua naik haji.
References
Penuturan Pamela Safitri dan Oza Kioza
— Bibliography
Adib Rifqi Setiawan. (2018). Ki oza kioza: a rain shine made
in indonesia. Alobatnic, 1 Maret. [lihat]
Brian Alexander. (2012). The chemistry between us: love,
sex, and the science of attraction, hlm. 72-74 dan 108-109. New York City:
Penguin. [lihat]
Catherine Hakim. (2017). Erotic capital. Dalam European
sociological review, 26(5), hlm. 499-518. [lihat]
Helen E. Fisher, Arthur Aron, dan Lucy L. Brown. (2006).
Romantic love: a mammalian brain system for mate choice. Dalam Philosophical
Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences, 361(1476), hlm.
2173-2186. [lihat]
L. Monique Ward, Ann Merriwether, dan Allison Caruthers.
(2006). Breasts are for men: Media, masculinity ideologies, and men’s beliefs about
women’s bodies. Dalam Sex Roles, 55(9-10), hlm. 703-714. [lihat]
Laura Mulvey. (1975). Visual pleasure and narrative cinema.
Dalam Screen, 16(3), hlm. 6–18. [lihat]
Naomi Wolf. (2002). The beauty myth: how images of beauty
are used againts women, hlm. 9-19. New York City: Morrow. [lihat]
— Discography
BOM&HI.
(2013). All i want for christmas is you. Dalam All I Want for Christmas Is You - Single. Seoul: YG Entertainment, 19 Desember. [lihat]
Duo Serigala. (2015). Abang goda. Dalam Abang Goda -
Single. Jakarta Utara: Pelangi Records, 9 Maret. [lihat]
Duo Serigala. (2016). Sianida. Dalam Sianida - Single.
Jakarta Utara: Pelangi Records, 15 September. [lihat]
Duo Serigala. (2017). Kost kostan. Dalam Kost Kostan -
Single. Jakarta Utara: Pelangi Records, 23 Mei. [lihat]
Duo Serigala. (2017). Sayang. Dalam Sayang - Single.
Jakarta Utara: Pelangi Records, 16 November. [lihat]
Kiroro. (1998). Miraie. Dalam Mirai e (未来へ, To the Future) - Single.
Tokyo, Victor Entertainment, 24 Juni.
[lihat]
Mariah Carey. (1994). All i want for christmas is you. Dalam
All I Want for Christmas Is You - Single. New York City: Columbia
Records, 1 November. [lihat]
Miley Cyrus. (2015). Karen don't be sad. Dalam Miley
Cyrus & Her Dead Petz. New York City: RCA Records, 30 Agustus. [lihat]
T.R.I.A.D. (2010). Mustapha ibrahim. Dalam T.R.I.A.D.
Jakarta Utara: Pelangi Records, 18 Juli. [lihat]
The Beatles. (1968). Julia. Dalam The Beatles. London:
Electric and Musical Industries, 22 November. [lihat]
Via Vallen. (2017). Sayang. Dalam Sayang - Single.
Jakarta: Ascada Musik, 23 Februari. [lihat]