— the
mad one’s
behavior in motion
“We
must, incidentally, make it clear from the beginning that if a thing is not a science,
it is not necessarily bad. For example,
love is not a science. So, if something is said not to be a science, it does not mean that there
is something wrong with it; it just means that it is not a science.”
— Richard Phillips Feynman
Richard
Phillips Feynman merupakan sosok iseng sejak dalam kandungan. Keisengan lelaki yang
berada di Bumi sejak 11 Mei 1918 terus menyerta jiwa hingga dia pindah ke alam
baka pada 15 Februari 1988.
Keperluan
pindah alam lantaran Feynman dibutuhkan sebagai juru damai dari medan kuantum
untuk mengatasi The Battle Of Calculus antara Isaac Newton dan Gottfried
Wilhem Leibniz serta Derby dell'elettricità d'Italia antara Alessandro
Giuseppe Antonio Anastasio Gerolamo Umberto Volta dan Luigi Aloisio Galvani. Atas
dasar keisengan pula Feynman memilih identitas sebagai pecandu fisika sembari
iseng-iseng mengelaborasi hal lain yang juga menawan terutama kaum perempuan.
Sebagai
pecandu fisika, Feynman mendapat apresiasi lumayan berupa Nobel Fisika pada
edisi 1965. Sebagai peraih nobel, nasib Feynman persis seperti tiga perajin
kimia pemenang nobel kimia 2016, hadiahnya harus rela dibagi bertiga. Kala itu
Feynman berbagi dengan Julian Seymour Schwinger dan Shin'ichirō Tomonaga [朝永 振一郎]. Tapi tetap lumayanlah, daripada nggak sama
sekali.
Sebagai
lelaki, dirinya berhasil mengiris hati beberapa perempuan yang dinikahi. Sebagai
manusia berjenis kelamin lelaki, wajah ganteng Feynman membikin banyak kaum
lelaki merasa cemburu padanya.
Barangkali
atas dasar kecemburuan pada tingkat kegantengan inilah yang menyebabkan foto Albert
Einstein dengan pose nggak banget lebih banyak diumbar ketimbang foto si
ganteng nan iseng Feynman. Tak cukup Einstein, juga ditambah serta foto Stephen
Hawking yang posenya nggak banget.
Sebuah
usaha yang berhasil membuat fisika lekat dengan wajah nggak banget meski pecandu
fisika ganteng bejibun sebenarnya, seperti Paul Adrien Maurice Dirac dan Brian
Harold May. Pecandu fisika yang cantik juga banyak, antara lain Sabrina
Gonzalez Pasterski. Cuma
...ya begitulah... perempuan sulit dimengerti.
Feynman
sendiri ketika masih kecil biasa dipanggil dengan sapaan Dick. Dick, alias
Feynman pas masih menjadi dedek gemesz cute by default, memiliki sebuah
laboratorium di rumahnya yang biasa digunakan untuk bermain saat kesepian
karena belum pacaran.
Di
sana Dick dengan mencoba menemukan apa saja: main lampu dan membikin sekring,
membikin alarm penyelinap di kamarnya karena
tak mau tidurnya diganggu, hingga membikin sistem koil dengan pemantik api yang
dilengkapi gas argon.
Bikinan
terakhirnya ini sempat membikin dia hampir mendapat marah dari ibunya. Mulanya
dia memainkan sistem koil bikinan sendiri. Saat sedang larut dalam permainan
percikan api berwarna ungu, ujug-ujugapinya mencelat ke arah kertas
hingga membakar kertas tersebut.
Karena
sudah larut, Dick tak mau acara mainnya dirisak kertas yang terbakar. Tanpa
merasa berdosa, dia membuang saja kertas terbakar itu ke keranjang di dekatnya.
Sayang Feynman lupa kalau di tempat sampah itu terdapat seonggok koran bekas.
Akhlaknya jelas tak patut ditiru, seperti Jung Soo-yeon [제시카
정] (Jessica bekas Girls’ Generation [소녀시대]).
Saling
sulut api yang terjadi kemudian dengan segera merisak acara mainnya. Kamar Dick
segera penuh dengan asap hasil dari saling sulut antara kertas buangan—saat itu
dia belum menjadi aktivis rokok—dan seonggok koran bekas yang segera
dipadamkan. Ibunya waktu itu sedang focus bermain bridge bersama teman-teman
se-ngerumpi-an. Supaya tak dimarahi ibunya, dia
segera menutup pintu kamarnya biar ibu menyangka anaknya ini sedang bobok
cakep.
Pengalaman
yang hampir membuatnya dijerat dakwaan berupa pengurangan uang jajan ini tak membuat
Dick kapok. Tetap saja dia suka main di kamar. Pengalaman itu malah memberinya
gagasan bahwa kalau terjadi peristiwa tak diinginkan yang menyebalkan, segera
tutup pintu supaya ibu tak tahu dan mengira buah hati sedang bobok cakep.
Udah gitu aja.
Merasa
bosan bermain api, Dick ganti bermain radio dengan membawa radio tua dan
rongsok yang sudah rusak ke dalam kamarnya untuk diutak-atik. Dari memainkan radio
ini, Dick berhasil dia perbaiki dan mempromosikan namanya sebagai tukang
reparasi radio berusia muda berwajah tampan.
Sebagai
tukang reparasi radio yang masih berusia muda, Dick kerap mendapat permintaan
dari pelanggan dadakan. Permintaan ini tentunya win win solution. Dick
sedang kesengsem bingitz bermain utak-atik radio sementara pelanggan
suka dengan kaum muda karena biasanya mau dibayar murah.
Win
win solution
tersebut menambah jam terbang Dick sebagai tukang reparasi radio. Jam terbang
yang melatihkan kepekaan rasa padanya. Hingga akhirnya dia bisa tahu letak
kerusakan radio tanpa menyentuhnya. Cuma memakai feeling, seperti orang
pacaran.
Teman-teman
Dick di sekolah lebih memilih meyebutnya sebagai ‘Mad Genious’ ketimbang
‘Most Intelligent’. Dick memang pintar dan mece seperti kelakuan kaum
Jin (Genie seperti judul lagunya Girls’ Generation). Kelakuan yang
membikin Allāh «الله»
memilih mendahulukan jin daripada manusia kalau dituturkan bersama dalam al-Qurʾān
al-Karīm «القرآن
الكريم» terkait kepintaran dan ke-mece-an.
Keisengan
Dick didasari hasrat kuatnya untuk dapat memecahkan teka-teki. Dia memang tak
pacaran saat remaja karena sadar bahwa teka-teki paling rumit adalah perempuan.
Dick sudah bisa menyadari fenomena yang baru diungkapkan oleh Hawking sesudah
gagal dalam pacaran dan gagal dalam pernikahan beberapa dekade setelahnya.
Sebagai
jalan awal memecahkan teka-teki ini, Dick pun tertarik pada fisika, bahkan saat
fisika tidak sedang diminati perempuan. Dick menyadari sepenuhnya bahwa kalau
dia berhubungan dengan perempuan, pasti dia disalahkan. Dick mengerti bahwa
dirinya dilahirkan sebagai cowok dan cowok selalu salah sejak awal diciptakan,
walau kesalahan ʾĀdam «آدَم» nuruti
Hawā «حواء»
ada tepatnya juga.
Meskipun
demikian, Dick rada-rada mirip perempuan dengan rajin mencari-cari kesalahan.
Sayang memang Dick tak tertarik hukum, kalau tertarik hukum tentulah dia rajin
mencari-cari kesalahan untuk menambah uang jajan. Sayang juga dia lelaki, kalau
perempuan tentulah kerajinannya ini bisa menjadi sarana untuk menang-menangan. Sehingga
kebiasaan Dick mencari-cari kesalahan hanya sekedar untuk membetulkan.
Kebetulan Dick sering betul ketika membetulkan. Tul tul.. Minthul...
Dick
perlahan sadar kalau kebiasaan isengnya membuka peluang pengurangan uang jajan
dari ibunya. Untuk itu dia memilih menghabiskan liburan musim panas saat sweet
seventeen dengan bekerja di rumah makan milik bibinya. Berada di rumah
makan saat summer holiday tak enak dirasa bagi lelaki yang masih
sendiri. Untuk itu, dia memilih bekerja di dapur saja biar menghindari melihat
orang sedang pacaran mesra.
Di
dapur, Dick mendapat jatah harus memotong kacang panjang. Umumnya orang
memotong kacang panjang dengan diletakkan di atas meja lalu menggorokkan pisau
di atas kacang panjangnya untuk digerakkan naik-turun. Dick yang tipikal males
dan nggak sabaran, mencari cara lain biar bisa cepat.
Cara
lain didapatkannya dengan men-jejer lima bilah pisau secara pararel
(seperti baris-berbaris) di atas baskom kuwung penampung. Pisau tersebut
menghadap atas biar kacang panjangnya tinggal dipegang dua buah sisi ekstrimnya
dan digerakkan sekali. Tinggal krees ... kress... kress... beres jatah
memotong kacang panjang. Beres lebih cepat daripada cara yang biasa dipakai
orang.
Sayangnya
cara lain itu tak segera diberitahukan Dick pada juragan. Mungkin dia terlalu
asik memainkan prosesnya dan gembira menikmati hasilnya hingga penemuannya tak
sempat dilaporkan. Alhasil, dari kelupaan melaporkan penemuan ini, dia sempat
kaget saat juragan melakukan inspeksi mendadak ke dapur. Merasa belum memberi
tahu cara yang tak tercantum dalam job description, Dick segera panik.
Kepanikan
ini membikinnya tak hati-hati. Jadilah penemuan yang sempat membahagiakan malah
melukai jari tangannya sendiri. Gara-garanya Dick lupa menyingkirkan tangannya
dari baskom penampung yang sudah tak kuwung. Hasilnya, kacang panjang yang
sudah teriris dan terkumpul di dalam baskom menjadi merah terkena percikan
darah. Dick pun malah kena marah.
Tak
hanya sekali itu saja Dick kena marah gara-gara ‘penemuan’-nya. Dia hanya
beruntung tidak hidup di lingkungan basyar tanpa insan dan naas
seperti banyak terdapat di beragam tempat pada zaman kekinian dan kedisinian
ini. Meski rajin mendapat seruan amarah, Dick tidak kapok. Dick malah kesengsem
dengan proses dan hasil ‘penemuan’-nya yang memberikan jalan iseng berikutnya.
Sebagai
pemuas hasrat keisengan berikutnya, Dick memilih Massachusset Institute Technology (MIT) sebagai medan pelampiasan. Di
MIT keisengannya semakin menjadi-jadi. Tinggal
sekamar dengan dua pelajar tingkat akhir saat Dick masih tingkat awal, dia
iseng nguping obrolan dua teman sekamarnya ini.
Dick
tak peduli nguping itu tindakan tidak terpuji karena terpuji atau tercela
hanyalah pandangan manusia ‘satu meter’ yang sudah puas saat mendapatkan
pengetahuan baru sebagai kesimpulan tak terbantahkan, seakan cerita Mūsā
«موسى»
tak pernah ada..
Sialnya,
tindakan tak terpuji Dick ini tak disertai sikapnya untuk terus hati-hati.
Setelah beberapa kali nguping obrolan seputar mata kuliah fisika teori,
Dick mendengar dua teman sekamarnya ini mengobrolkan kesulitan mereka
memecahkan soal. Dengan tanpa merasa berdosa, Dick nyeletuk, “Kok nggak
menggunakan persamaan Baronallai saja bro?” Tentu saja dua teman
sekamarnya bingung. “Maksud loe....?” gitu tandas mereka.
Dick
yang merasa iba pada dua kakak tingkatnya ini kemudian menjelaskan maksud
celetukan barusan. Dua teman sekamarnya ini terkesan dengan kelihaian Dick
menyelesaikan soal rumit bagi mereka dengan cara sangat gampang. Sebagai
imbalannya, Dick diingatkan kalau yang dimaksud adalah Bernoulli bukan Baronelli, salah pengucapan dia.
Wajar
Dick salah. Dia hanya mendapatkan dari kebiasaan nguping yang
ditindaklanjuti dengan mencari tahu sendiri tanpa bisa mendapat kawan sepadan
untuk mengobrolkan. Walakin sejak saat itu Dick mendapat kesempatan untuk
terlibat obrolan dengan dua teman sekamarnya. Kebiasaan belajar dengan kakak tingkat
membuat semangat Dick menggeliat dan penguasaannya melipat.
Keisengan
tanpa rasa berdosa kembali dilakukan Dick. Kali ini dia pura-pura sebagai orang
bisu ketika hendak membeli susu. Dia menyebutkan kata susu di bibirnya tanpa
menyuarakan pita suaranya. Penjual pun merasa bingung. Tak mau keisengannya
berantakan, Dick lalu mengarang isyarat untuk susu dengan memeragakan gerakan
tangan seperti sedang meremas memeras susu. Penjual malah merasa bingung.
Beruntung
di tengah manuver keisengan, ada seorang lelaki membeli susu. Tanpa lama-lama,
Dick kemudian menunjuk susu yang dibeli lelaki itu. Jadilah penjual susu segera
memahami maksud Dick dan mengambilkan susu untuknya. Setelah susu diberikan
padanya, dengan nada biasa saja Dick nyeletuk, “Terima kasih banyak pak.”
Penjual susu baru saja menyadari kalau dia baru saja ditipu. Hanya saja dia tak
marah, yang penting dagangan laku.
Sesudah
menyelesaikan segala keisengan harian di MIT, Dick melanjutkan ke fakultas
pasca sarjana di Princeton. Suatu kali sesudah makan malam, ada pengumuman
tentang kedatangan profesor psikologi yang akan mbacot tentang hipnotis.
Rencananya akan ada demonstrasi hipnotis, jadi diperlukan relawan untuk
dihipnotis.
Dick
yang selalu ingin tahu perkara yang tidak dimengertinya langsung semangat.
Sayang waktu Dick menghadiri acara itu, dia duduk di ujung belakang karena
telat. Ruangan itu dipenuhi oleh sekitar 200 orang, padahal hanya diminta tiga
orang relawan. Dick yang khawatir tidak terlihat karena duduk di belakang
langsung siap-siap berteriak sekencang mungkin.
Sewaktu
Dr. Eisenhart, dekan pasca sarjana di Princeton, bertanya, “Jadi, saya ingin
bertanya apakah ada yang berminat menjadi relawan…” Dick langsung mengacungkan
tangan dan loncat dari bangkunya sambil berteriak sekeraskerasnya karena takut
tidak terdengar, “AKKKUUUUUUUUUUUUUUUU…!!!” Suaranya bergaung di seluruh aula
karena ternyata tidak ada orang lain yang mengacungkan tangan dan mengajukan
diri untuk jadi relawan! Modiyar kueeee....
Rasa
ingin tahunya ini bukan cuma pada persoalan fisika dan psikologi saja. Di ruang
makan, Dick selalu duduk bersama kelompok orang yang berbeda setiap pekannya.
Satu pekan dengan para filosof, minggu berikutnya dengan para penggila
matematika, lalu jalan-jalan ke meja pelajar yang menekuni biologi. Semua ini
dilakoni karena dia selalu ingin tahu obrolan masing-masing kelompok. Dick pun
berusaha mencari tahu keterkaitan beberapa topik itu dengan fisika, dan... ketemu, CenAsuKamu.
Dick
lalu diajak untuk ikut kuliah fisiologi sambil ikut mengerjakan tugas dan
laporan seperti pelajar lainnya. Sewaktu dia menjelaskan catatannya di kelas biologi,
dia sering ditertawakan seluruh kelas karena salah menyebut istilah biologi.
Misalnya blastomere disebut blastophere.
Belum
lagi sewaktu ada yang presentasi tentang impuls pada syaraf. Waktu itu kucing
dijadikan contoh. Ada bermacam nama otot yang tidak dimengerti oleh Dick, jadi
dia pergi ke perpustakaan untuk mencari tahu tentang letak otot-otot itu di
badan kucing.
Saat
sedang mencari tahu di perpustakaan, dengan lugu Dick bertanya ke petugas
perpustakaan tentang peta kucing. Pustakawan itu sih mengerti kalau yang
dimaksudkan sebenarnya bagan binatang, tapi kejadian itu begitu lucu sampai
tersebar desas-desus tentang seorang pelajar biologi yang sangat bodoh yang
mencari ‘peta kucing’.
Dick
tak pandang dimensi ruang dan waktu saat melakukan keisengan. Saat sedang
bekerja di Los Alamos, Dick sempat membaca artikel tentang anjing pelacak. Dia
terkesan sekali dengan kemampuan penciuman anjing yang sangat hebat itu.
Langsung saja dia melakukan percobaan dengan bininya.
Sejumlah
botol minuman berkarbonasi dikumpulkan tanpa disentuhnya, lalu sang bini
diminta mengambil salah satu dan memegangnya beberapa saat. Dick sendiri keluar
ruangan supaya dia tidak melihat botol mana yang dipegang oleh bini. Begitu dia
masuk dan mencoba menebak yang mana, dia langsung tahu dengan menggunakan cara
fisika! Botol yang sudah dipegang bininya suhunya pasti berbeda, baunya juga
jadi berbeda, lebih lembab dan lebih hangat.
Dick
menganggap percobaan itu terlalu mudah. Jadi dicobanya lagi dengan buku di rak
buku yang lama tidak disentuh-sentuh. Bininya memilih salah satu buku dan
membukanya sebentar, lalu mengembalikan lagi ke rak. Sewaktu Dick masuk dan
mencoba menebak, dia langsung tahu dari kelembaban dan bau yang berbeda pada
buku yang sudah dipegang. Buku yang sudah lama tidak dipegang baunya kering.
Dia berhasil mengetahui rahasia anjing pelacak! Jadi hati-hati kalau
menyisipkan sesuatu ke dalam buku biarpun buku itu kelihatannya lama tak pernah
lagi dibaca.
Rasa
penasaran dan keberanian yang dilengkapi keisengan ini menjadi modal utama
Feynman saat bekerja sama dengan para pecandu fisika kelas ternit kala
itu. Suatu kali Niels Henrik David Bohr mengajaknya
ngobrol tentang cara membuat bom yang lebih efisien. Gagasan-gagasan
Bohr yang waktu itu didewakan dibahas semua. Dick dengan santai mengutarakan
pendapatnya. Jika ada gagasan yang menurutnya jelek, dia langsung
mengungkapkannya tanpa takut dan segan.
Karena
keterusterangannya Dick selalu jadi orang pertama yang diajak untuk diskusi
oleh Bohr. Orang lain selalu menjawab: “Ya, ya, Dr. Bohr.” Semua begitu kecuali
Dick yang berani menjawab, “Tidak, itu tak akan jalan, tidak efisien… gini aja
lho pak, piye?” Niels Bohr sangat terkesan dengan keterusterangannya
ini. Saat Bohr mendapatkan kemapanan, kehadiran tipikal mbeling seperti
Dick adalah satu oase di tengah gurun gersang akan keterusterangan.
Di
Los Alamos, semua berkas penting tentang perkembangan pembuatan bom selalu
disimpan dengan rapi dalam lemari brankas yang dikunci dan digembok. Dick
selalu merasa kunci itu masih kurang aman. Dia lalu membuktikannya dengan cara
membongkar satu per satu semua brankas di sana.
Semua
laporan yang dibutuhkannya diambil sendiri dari brankas yang dikunci. Sesudah
selesai, dia mengembalikan laporan itu kepada yang punya. Sudah pasti orangnya
langsung bingung karena tidak pernah meminjamkan berkas itu ke siapa pun. Dengan
tenang Dick mengakui dia mengambilnya sendiri dari brankas dengan cara
membongkar kuncinya. Sudah cakep, iseng, tekun, terus terang pula, pasti bukan
lelaki idaman kaum Hawa karena perempuan bosan dengan kesempurnaan.
Sejak
itu kalau ada orang yang hilang atau pergi padahal ada berkas penting di
lemarinya, Dick yang bisa dengan gampang membongkar kunci kombinasi brankas
segera mendapat panggilan para pelanggan.
Kelihaian
ini dipraktikkannya juga setiap kali berkunjung ke Oak Ridge. Sampai-sampai
semua orang di sana tidak mengizinkan Dick untuk mendekati lemari brankasnya
karena keisengan Dick sudah begitu dikenal.
Sekali
waktu keisengannya membongkar brankas mencapai puncaknya. Dia membongkar tiga
brankas yang berisi semua rahasia bom atom. Ternyata ketiga brankas yang
berjejeran itu mempunyai nomor kombinasi yang sama. Otak isengnya mendorongnya
untuk meninggalkan catatan di ketiga brankas yang dibongkarnya itu.
Di
brankas kedua dia meninggalkan catatan pertama: “Aku pinjam dokumen No. LA4312
– Feynman, si tukang bongkar lemari besi.” Di brankas pertama dia menulis
catatan lain: “Yang ini tidak lebih susah membukanya – Si Sok Tahu.” Lalu pada
brankas ketiga: “Jika kombinasinya sama, yang satu tidak lebih susah dari yang
lain – Orang yang Sama.”
Malam
harinya sesudah makan malam, dia bertemu Frederic de Hoffmann, orang yang
brankasnya baru saja dia utak-utik. Sewaktu de Hoffman hendak kembali ke
kantornya, Dick mengikutinya untuk menikmati hasil keisengannya itu. Saat de
Hoffman mulai bekerja, dia membuka lemari yang ditinggali catatan yang ketiga.
Wajah
de Hoffman langsung pias begitu melihat kertas kuning menyala dengan tulisan
krayon warna merah. Tangannya yang gemetar mengambil kertas itu dan langsung
menduga-duga siapa yang sudah membongkar lemarinya, “Orang yang Sama! Pasti
orang yang mencoba masuk ke Gedung Omega!” de Hoffmann bertukas.
Waktu
itu memang sedang marak kasus Gedung Omega yang belum bisa terungkap dengan
jelas dan laras. Dengan kebingungan de Hoffman bertanya ke Dick apa yang harus
dilakukan. Dick cuma mengusulkan untuk memeriksa berkasnya untuk mencari apa
ada yang hilang.
Kemudian
lemari yang lain juga diperiksa. Di lemari yang pertama dia menemukan catatan
kedua yang ditandatangani ‘Si Sok Tahu’. Muka De Hoffman makin pias saat Dick
berusaha menahan agar tak tertawa keras.
Begitu
de Hoffman hendak membuka lemari kedua, Dick pelan-pelan menyelinap ke pintu,
karena takut dimarahi habis-habisan. Catatan pertama pun ditemukan. Dan benar
saja! De Hoffman langsung lari mengejar Dick. Tapi bukan karena marah. Justru
dia merangkulnya karena sangat lega begitu mengetahui bahwa rahasia bom atom
belum bocor: cuma keisengan Dick Feynman!
Petualangannya
tidak berhenti di situ saja. Dick yang punya prinsip ‘Everything is
Interesting’ ini terus saja bersemangat menelusuri semua bidang yang
sebelumnya tidak dia mengerti. Wajar kalau kisah cinta dengan istri-istri tak
semuanya bisa abadi.
Dick
berhasil memecahkan tulisan kuno bangsa Maya (hieroglif kuno), trik-trik
pesulap terkenal James Randi, melukis berbagai potret, menjadi pemain bongo
yang hebat, dan menguasai geografi berbagai tempat di dunia hanya dengan cara
mengoleksi perangko.
Semua
kelihaian itu semula tidak dimilikinya. Dick mempelajarinya karena iseng dan
penasaran. Dick tidak bisa menggambar, jadi dia mencoba coret-coret di atas
kertas. Dick tidak mengerti musik, jadi dia asal memukul gendang. Dia selalu
memikirkan perkara maupun peristiwa yang males dipikirin oleh orang lain.
Gagasan
Dick selalu sederhana (bukan sepele atau remeh) dan unik. Berbagai
eksperimennya selalu disebut simple to the point experiment.
Sampai-sampai dia dijadikan icon oleh perusahaan komputer terkenal dalam
satu iklannya: Think Different.
Semuanya
dikerjakannya dengan satu syarat: bisa dikerjakan sambil main-main. Satu
kalimat yang selalu diucapkannya, “What do you care what other people
think?” Belakangan ditiru oleh Paris Whitney Hilton dalam membangun
ke-ratu-annya.
Dick
selalu menyampaikan pesan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan rasa
gembira. Jika berkutat dengan masalah fisika, atau masalah apa pun, tak perlu
memikirkan hasil yang bisa didapatkan. Kosok balinya, fisika itu dianggap
sebagai mainan yang bisa dijadikan sarana untuk berpetualang. Dengan begini,
kreativitas bisa mengalir lancar dan tanpa beban.
Satu
lagi resepnya untuk belajar fisika: pelajari sendiri tanpa harus terikat dengan
aturan-aturan yang sudah ada di buku-buku pedoman. Dengan mempelajarinya
sendiri, kita jadi mengerti konsepnya. Kita pun tidak mudah lupa. Asik ‘kan?
You
Think....RUMANGSAMU gampang no??? Mas pelanggaran akhlak massss....
References
Aḥmad ibn Muḥammad al-shāwī. (2001). Ḥāsyiyah al-shāwī ‘alā tafsir al-jailani. Surabaya:
al-Hidayah.
Ann Fernholm. (2016). The nobel prize in chemistry
2016. Stockholm: The Royal Swedish Academy of Sciences. [lihat]
Douglas C. Giancoli. (2005). Physics principles
with applications - 6th ed. Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall.
Richard
Phillips Feynman. (1985). Surely you're
joking, mr. feynman!: adventures of a curious character. New York City: W.
W. Norton & Company.
Richard
Phillips Feynman. (1988). What do you care
what other people think?: further adventures of a curious character. New
York City: W. W. Norton & Company.
Richard
Phillips Feynman. (2011). Six easy pieces:
essentials of physics explained by its most brilliant teacher. New York
City: Basic Books.
Stephen M. Silverman. (2003). ‘Simple life’
establishes hilton's star. People, 4 Desember. [lihat]
Stephen
William Hawking. (1988). A brief
history of time. New York City: Bantam Books.
The
Nobel Foundation. (1972). Richard p. feynman -
biographical. Dalam From Nobel Lectures, Physics 1963-1970. Amsterdam: Elsevier
Publishing Company. [lihat]