Nasichatul Ummah

Cuplikan Nasichatul Ummah a.k.a Ibu Ikak dalam “Mana yang Lebih Penting??? Nilai Angka atau Lifeskill?? (Kurikulum Bintang Mulia Homeschooling)”

Cuplikan Nasichatul Ummah a.k.a Ibu Ikak dalam “Mana yang Lebih Penting??? Nilai Angka atau Lifeskill?? (Kurikulum Bintang Mulia Homeschooling)

 

If there's a book you really want to read, but it hasn't been written yet, then you must write it.

Chloe Anthony Wofford a.k.a. Toni Morrison, penerima Nobel Kesusastraan 1999 (Effendy, 2012, hal. xi).

 

Sebelum pandemi virus corona membawa angin perubahan besar dalam pendidikan — yang antara lain memaksa hampir semua lembaga menyertakan bahkan memindahkan pelaksanaan pembelajaran melalui sistem dalam jaringan (daring, online) — saya sudah terbiasa memanfaatkan ragam program daring untuk menambah wawasan, termasuk pendidikan. Istilah “menambah wawasan” lebih dipilih ketimbang “belajar”, salah satunya karena pandangan saya bahwa “belajar” harus kepada guru. Pandangan ini selaras dengan ajaran yang diberikan oleh para guru utama saya, mulai Pak Zaini Sirojan, Pak Muhammad Arifin Fanani, Pak Hasan Fauzi, Pak Musthofa Imron, sampai Bu Setiya Utari, yang setelah ditelisik selaras dengan tuturan Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Jampes dalam buku Sirōju ath-Thōlibīn ‘alā Minhāju al-‘Ābidin ilā Jannati Robbi al-‘Ālamīn li al-Imām al-Ghozāli (Jampes, 2018, hal. 40).

 

Upaya “menambah wawasan” tentang pendidikan tersebut membuat saya mengenal virtual beberapa nama, seperti Richard Phillips Feynman, Lisa Randall, Yohanes Surya, Terry Mart, Nasichatul Ummah, dan Grace Natalie Louisa. Nama-nama yang dikenal virtual inipun melalui wawasan yang mereka sampaikan tak disangkal lagi memengaruhi saya — walau mungkin tak secara resmi mengakui saya sebagai murid mereka. Tentu banyak orang yang memengaruhi saya, tanpa bisa disebutkan secara rapi dan rinci seutuhnya. Entah orang itu dipandang sebagai sosok besar karena banyak orang juga mengaguminya atau dipandang sebagai sosok kecil karena sedikit orang yang mengenalnya. Satu titik pertemuannya ialah mereka semua senantiasa menjadi manusia yang terus memotivasi (digugu) sekaligus menginspirasi (ditiru) saya. Walau hanya beberapa nama yang lebih mudah dan cepat disebut dan diingat, seiring besarnya pengaruh mereka kepada saya.

 

Dari beberapa nama yang lebih mudah dan cepat disebut dan diingat, Nasichatul Ummah adalah salah satunya. Praktisi pendidikan ini ini mulai saya kenal virtual akhir 2018 silam melalui video Mana yang Lebih Penting??? Nilai Angka atau Lifeskill?? (Kurikulum Bintang Mulia Homeschooling). Algoritma YouTube yang merekam aktivitas pencarian dan tayangan membuat video tentang pendidikan tersebut muncul sebagai saran untuk ditonton.

 

“Kegiatan apapun yang kita lakukan pasti pada akhirnya adalah yang ingin dicapai tujuannya, seperti halnya pendidikan. Nah, pendidikan buat anak-anak kita pasti yang kita tuju adalah tujuannya nanti akan bagaimana: Apakah tujuan kita mendidik anak itu hanya si anak nantinya mendapatkan nilai yang bagus? Ataukah si anak ini nanti ke depannya tujuan yang kita tentukan adalah dia bisa merubah dirinya ataupun lingkungannya?” ucap Ibu Ikak — sapaan beliau — dalam 41 detik pertama membuka uraian yang disampaikan melalui video Mana yang Lebih Penting??? Nilai Angka atau Lifeskill?? (Kurikulum Bintang Mulia Homeschooling) tersebut (Ummah, 2018).

 

Ucapan itu mungkin menjadi quote paling saya kenang. Secara historis, kebetulan itulah ucapan yang pertama disimak kemudian membuat saya terkesan. Secara teknis, dukungan tersebut menanamkan kebiasaan saya dalam melakukan riset pendidikan — yang tampak kentara di bagian metode artikel tentang penyusunan program pembelajaran literasisaintifik untuk tingkat dasar dan literasi finansial untuksantri pondok pesantren (Setiawan, 2020; 2020). Secara psikis, ucapan itu terasa memberi dukungan kepada pandangan desain mundur (backward design) untuk menyusun program pendidikan — di madrasah maupun pondok pesantren.

 

Desain mundur yang saya maksud ialah pandangan bahwa kegiatan pertama yang harus dilakukan dalam menyusun program pembelajaran ialah menentukan tujuannya. Tujuan tersebut kemudian dirinci ke dalam indikator yang harus dicapai oleh murid. Dari rincian indikator itu rencana pembelajaran disusun kemudian dilaksanakan serta pertanyaan untuk evaluasi dibuat. Tidak banyak orang — termasuk rekan curhat dan mitra riset — yang mendukung pandangan ini. Kebanyakan lebih memilih desain maju (forward design) yang menyusun program pembelajaran dimulai dengan menulis silabus — yang biasanya mengikuti urutan buku teks, kemudian, menulis pertanyaan setelah melaksanakan pembelajaran. Karena itu, sedikit dukungan, apalagi tersurat, terasa bermakna buat saya.

 

Dalam video tersebut, Ibu Ikak mengungkap bahwa tujuan perlu ditentukan lebih dahulu, termasuk dalam pendidikan, “Kita tentukan dulu tujuan itu, yang mana yang akan kita pilih.” Dari ungkapan tersebut, beliau kemudian menyampaikan beberapa keterampilan yang perlu ditanamkan kepada anak (murid, santri, pelajar): keterampilan memecahkan masalah, keterampilan untuk anak sadar diri, keterampilan pada saat anak mengelola perasaan, keterampilan mengelola stres, keterampilan pada saat dia berkomunikasi, keterampilan dalam bernegosiasi dan menolak, dan keterampilan untuk bekerjasama dalam kelompok (Ummah, 2018).

 

Beberapa keterampilan yang disampaikan Ibu Ikak mendorong saya untuk menerapkan ke dalam kegiatan pendidikan. Kebetulan pada waktu itu, bersama rekan pembina dan asātidz di Pondok Pesantren Ath-Thulab, kami sedang merevaluasi struktur kurikulum yang berdampak langsung kepada rincian kegiatan harian. Dorongan dari Ibu Ikak membuat saya berpikir, “Bentuk kegiatan seperti apa yang bisa dilakukan untuk menanamkan keterampilan tersebut kepada santri?” Dari proses berpikir serta rembugan yang dilakukan, beberapa kegiatan pun disusun, mulai yang bersifat mempertahankan dan memodifikasi kegiatan lama sampai yang berupa membuat kegiatan baru.

 

Kegiatan lama yang dipertahankan misalnya musyāwaroh (atau bacḥts al-masā`il). Alokasi 2×2 jam pembelajaran setiap pekan diberikan untuk kegiatan ini, yang diarahkan untuk menanamkan keterampilan memecahkan masalah, berkomunikasi, bernegosiasi dan menolak, serta bekerjasama dalam kelompok. Bentuk kegiatannya ialah dengan mengajak santri membahas dari sisi fiqh fenomena masyarakat — baik faktual atau imajiner — berdasarkan rujukan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. Fenomena faktual seperti kasus ketika imām ṣolāt lupa membaca al-Fāticḥah. Sementara fenomena imajiner misal kasus status walī dan macḥrom bayi yang dibuat di laboratorium laiknya tayangan di film Voyagers rilisan 29 April 2021 silam (Lionsgate Movies, 2021).

 

Fenomena faktual maupun imajiner tersebut kemudian ditelaah dari sisi fiqhiyyah, mulai kaitan dengan konsep fiqh, identifikasi dan rumusan masalah, serta analisis dan simpulan berdasarkan rujukan ilmiah fiqh — biasanya kitab kuning. Melalui proses inilah keterampilan memecahkan masalah ditanamkan. Sementara keterampilan berkomunikasi muncul pada saat santri menyampaikan tanggapan — baik bertanya, mengonfirmasi identifikasi masalah, menawarkan jawaban, atau menanggapi ungkapan sesama santri. Untuk keterampilan dalam bernegosiasi dan menolak serta bekerjasama dalam kelompok sendiri timbul secara tidak langsung seiring pembahasan fenomena tersebut dilakukan bersama-sama secara bersamaan. Sisi negosiasi dan menolak ditanamkan supaya santri memiliki sikap tenggang rasa dan toleran dalam bermasyarakat tanpa keluar dari ruang lingkup syarī’at — tidak terlalu kaku dalam menghadapi masyarakat sekaligus tak terlampau lunak untuk menerapkan syarī’at — sekaligus memupuk perilaku skeptis dan mengurangi sikap dogmatis. Sementara sisi bekerjasama ditanamkan agar santri biasa bersama mengolah masalah menjadi maṣhlacḥah.

 

Itu adalah contoh singkat — maunya, tapi kepanjangan jadinya — tentang pengaruh Ibu Ikak kepada saya. Tuturan beliau tentang pendidikan bukan sekadar ungkapan yang menggetarkan gendang suara telinga maupun menyenangkan dada, melainkan menjadi sumber inspirasi buat saya dalam memulai aksi. Aksi yang dilakukan memang sederhana: berupaya mewujudkan perkataan ke dalam tindakan. Namun, di balik kesederhanaan, terdapat kerumitan yang tak selalu bisa ditunjukkan.

 

Pengaruh lain yang Ibu Ikak berikan, misalnya, melalui video Jika Anak Berbuat Salah, ORTU Harus Gimana??? BINTANG MULIA HOMESCHOOLING (Ummah, 2019). “Kalau saya sendiri lebih suka memberikan konsekuensi kepada anak saya yang melakukan kesalahan.” ucap beliau pada bagian pembukaan pembahasan tentang perbedaan hukuman (sanksi) dan konsekuensi. “Kalau hukuman, hukuman itu bersifat untuk membuat jera si anak atau membuat si anak itu takut.” tutur beliau mengenai sanksi. “Kalau konsekuensi, konsekuensi ini adalah yang pertama menunjukkan kesalahan si anak tersebut itu apa, dan apa yang perlu diperbaiki dari kesalahan tersebut,” terang beliau mengenai konsekuensi, “yang selanjutnya adalah sampaikan konsekuensi itu dalam menghormati anak, jangan sampai kita langsung marah-marah.” lanjut beliau.

 

Pembedaan sanksi dan konsekuensi tersebut bermanfaat untuk menanamkan sikap tanggung jawab ke anak dengan alur berpikir: kalau salah begini, cara memperbaikinya begini, yang dilakukan dengan penuh kesadaran, bukan keterpaksaan. Melalui penerapan tersebut, kita — sebagai orangtua atau guru — tentu sedang menanamkan sikap kepada anak untuk bersikap semadyana dalam menjalani keseharian.

 

Bentuk konkret pengaruh yang diberikan melalui video tersebut ialah aturan Pondok Pesantren Ath-Thullab. Pembedaan sanksi dan konsekuensi merupakan pondasi utama revaluasi peraturan Pondok Pesantren Ath-Thullab, yang secara tertulis berakhir dengan sanksi minimalis. Pak Ahmad Muttaqin, ustādz Pondok Pesantren Ath-Thullab dan wakil kepala bidang kesiswaan MTs NU TBS, mengungkap dalam pelantikan pengurus periode 2020/2021, “Pondok yang baik adalah pondok yang sanksinya paling sedikit.” Pak Taqin berargumen bahwa ketika sanksi sangat sedikit, keseharian lingkungan pergaulan di pondok pesantren sudah berjalan proporsional, santri memiliki kesadaran tentang konsekuensi setiap tindakan, serta pembina sebagai rekan dan pembimbing keseharian santri bisa dijadikan teladan.

 

Sanksi yang sedikit bukan berarti keseharian pondok pesantren berjalan tanpa aturan. Namun, susunan aturan tersebut diterapkan dalam kerangka konsekuensi. Misalnya, yang mengotori, yang membersihkan; yang menggunakan, yang merawat; maupun yang lebih mengerti, yang siap mengajari. Dari penerapan aturan dalam kerangka konsekuensi ini, perlahan malar lingkungan berubah ke arah meritokrasi, bukan otoriter yang semua didasarkan “kebijakan” pembina, tidak pula demokrasi yang memandang setiap orang “sama rata”. Kecenderungan lingkungan meritokrasi yang bersifat apresiatif, tentu lebih memudahkan kami di pondok pesantren untuk meningkatkan motivasi berbuat baik.

 

Ironisnya, ketika Ibu Ikak menghubungi saya Juli 2020 silam untuk mengambil buku putra beliau, Muhammad Taqiyul Arfa Kusuma, tak ada dugaan bahwa beliau merupakan sosok yang sekitar 1,5 tahun terakhir menjadi panutan dan rujukan saya dalam pendidikan. Saya baru mulai ngeuh ketika melihat nama beliau, “Nasichatul Ummah S.Pd.I.”, tercantum dalam daftar wali murid pengambil buku, sekaligus teringat suara dan rupa yang biasa saya simak melalui YouTube Bintang MuliaHomeschooling. Putra beliau, Arfa, tentu lebih saya ingat, seiring keberadaannya di squad 1D pada musim 2019/2020 — kelas yang paling saya ingat secara lengkap dalam posisi tidak sebagai wali kelas. Dari kelas yang dipimpin oleh Muhammad Zulfan Nur Madjid inilah saya banyak mengutak-atik bentuk pembelajaran Bahasa Inggris, sampai akhirnya membangun kerangka silabus dengan menambahkan aspek viewing dan representing ke dalam kerangka lawas berupa listening dan speaking serta reading dan writing.

 

It is amazing nor challenging as well. Ketika saya kali pertama berjumpa sekaligus satu forum bersama Pak Thomas Djamaluddin dalam acara ngopi di Imah Noong-nya Pak Hendro Setyanto pada Oktober 2014 silam saja, terasa istimewa. Pula ketika debut perjumpaan dengan Mbak Nong Darol Mahmada di rumah Ibu Sinta Nuriyah pada Desember 2015. Namun, kedua kenangan permanen tersebut tidak berujung kepada kesempatan lain yang muncul dalam perjumpaan dengan Ibu Ikak: menemani putra beliau belajar di madrasah. Karena itu, kerap kali dalam beberapa perjumpaan dengan beliau, saya merasa gugup. Sialnya, dalam perjumpaan kedua ketika kelas 2D debut tatap muka pada masa pandemi Agustus 2020 lalu, saya tak bisa mengatasi masalah ketika Arfa menangis gegara masalah busana.

 

Sebagai lembaga pendidikan formal bersejarah, mapan, dan populer seperti MI NU Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus, keberadaan “anak orang” bukan sesuatu yang istimewa. Ini berlaku pula buat Ibu Ikak selaku wali murid Arfa. Letak keistimewaan beliau di sini dibanding sosok lain ialah peran beliau dalam memengaruhi pandangan saya tentang pendidikan. Beberapa grenengan tentang pendidikan yang mengendap terasa menemukan dukungan yang terucap.

 

Selain kedua video yang disebutkan, contoh lain ialah ungkapan Ibu Ikak bahwa life skill lebih penting ketimbang nilai angka yang disampaikan dalam video Apakah Nilai Tinggi Menjamin Anak Sukses Dalam Kehidupan??? (BINTANG MULIA Homeschooling) (Ummah, 2018). Video terakhir ini menyajikan pembahasan tentang makna sukses dan kaitannya dengan nilai angka yang diperoleh murid dari lembaga pendidikan formal (sekolah, madrasah).

 

Sukses adalah ketika kita mampu menjalani kehidupan kita sesuai dengan keinginan kita, menikmati kehidupan kita bersama orang-orang yang kita sayangi dan hormati.” ucap beliau mengutip Brian Tracy dalam mendefinisikan sukses. Brian Tracy merupakan Chairman dan Chief Executive Officer (CEO) Brian Tracy International, motivator, serta penulis kelahiran Kanada, 5 Januari 1944 (Brian Tracy International, 2019). Definisi sukses yang dikutip tersebut disampaikan Brian Tracy pada 27 Februari 2017, “Success is the ability to live your life the way you want to live it, doing what you most enjoy, surrounded by people who you admire and respect.” (Tracy, 2017). Ibu Ikak menambahkan, “Sukses bukan hanya tentang sebuah nilai tapi sukses adalah sebuah perjuangan yang harus kita lakukan tahap demi tahap dengan cara-cara yang baik.”

 

Ibu Ikak sendiri memiliki latar belakang akademik bidang pendidikan. Beliau merupakan lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Khairiyah, Cilegon, Banten. Selama 3 tahun terakhir, beliau aktif sebagai Wakil Kepala Bidang Akademik dan Kesiswaan di Bintang Mulia Homeschooling, lembaga pendidikan informal di Kabupaten Kudus yang didirikan bersama rekan-rekan beliau (Ummah, 2018). Di Youtube Bintang Mulia Homeschooling, beliau biasa tampil solo sebagai presenter untuk berbagi wawasan tentang homeschooling, pendidikan secara umum, dan parenting; duo sebagai host obrolan terkait Bintang Mulia Homeschooling; maupun mistress of ceremony (MC)dalam seminar yang diselenggarakan lembaga tersebut (Bintang Mulia Homeschooling, 2021).

 

Penampilan yang disajikan melalui video tersebut membuat saya memandang Ibu Ikak sebagai komunikator ilmiah. Sebagai komunikator ilmiah, beliau ikut serta mendistribusikan ilmu pengetahuan yang diproduksi oleh komunitas akademik untuk dikonsumsi oleh pihak yang paling membutuhkannya, yakni masyarakat. Banyak pihak, dari komunitas akademik hingga tokoh politik, telah menyuarakan kekurangan komunikasi ilmiah di Indonesia (The Conversation Indonesia, 2020). Padahal di sisi lain, Indonesia tercatat memiliki keproduktifan tinggi dalam penerbitan riset akademik seperti dilansir oleh situs pemeringkatan riset akademik SCImago (SCImago, 2021). Mestinya peningkatan penerbitan riset akademik selaras dengan peningkatan komunikasi ilmiah, karena arah tujuan keduanya sama.

 

Kekurangan komunikasi ilmiah tampak dilatari oleh jumlah komunikator ilmiah yang masih minim di Indonesia. Minimnya komunikator ilmiah mungkin disebabkan berbagai hal, di antaranya tidak banyak akademisi dan praktisi yang bersedia membagikan hasil riset dengan cara dan melalui media yang lebih mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat. Akademisi dan praktisi terkesan menutup mata terhadap masyarakat yang sangat kesulitan dalam memahami analisis dalam jurnal akademik maupun tulisan populer. Nah, Ibu Ikak hadir untuk mengisi ruang yang sekarang tak banyak dijamah.

 

Dalam mengisi ruang komunikator ilmiah, Ibu Ikak menggunakan gaya bercerita untuk menyampaikan wawasan kepada pemirsa. Misalnya, menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan malas dalam video Homeschooling Membuat Anak Jadi MALAS??? Faktanya...!!! (Ummah, 2018). Ketimbang membahas “malas” dengan alur tutur laiknya penyajian kolokium, beliau lebih memilih bercerita tentang tanggapan beliau terhadap pertanyaan dari teman beliau mengenai anggapan bahwa homeschooling membuat anak menjadi malas. Alhasil, dengan menyampaikan pengertian dan 5 faktor (dari 2 kelompok) penyebab malas, Ibu Ikak meyakinkan bahwa homeschooling tidak membuat anak menjadi malas. Uraian tersebut terpakai sebagai bahan pertimbangan saya untuk memandu pembelajaran jarak jauh ketika pandemi mulai menggerogoti waktu pembelajaran tatap muka, walau memang sulit untuk merekayasa suasana belajar jarak jauh laiknya tatap muka.

 

Ada juga tentang strategi pembelajaran yang dipakai seperti disampaikan melalui video Strategi Pembelajaran Anak Homeschooling (Bintang Mulia Homeschooling) (Ummah, 2018). Sebagai pembuka pembahasan, Ibu Ikak menceritakan obrolan dengan teman terkait strategi pembelajaran yang bisa dipakai di rumah untuk anak homeschooling. Dalam uraian tersebut, beliau menawarkan 4 strategi pembelajaran yang bisa dipakai: thematic learning, project-based learning, game-based learning, serta service learning. Video inilah yang kali pertama mengenalkan kepada saya game-based learning dan service learning, dua strategi pembelajaran yang belum saya elaborasi.

 

Lucunya, ketika sedang menerapkan project-based learning di kelas 2D berupa membuat terjun payung dari plastik, Arfa putra Ibu Ikak mengalami masalah dengan Muhammad Irfan Umar Yahya. Masalahnya sederhana: tali terjun payung milik Arfa dan Yahya saling nyangkut sampai menjadi sejenis benang kusut. Dari masalah ini, rencana semula untuk menceritakan proses pembuatan dan membahas cara terjun payung terbang (tidak langsung jatuh), berubah menjadi langkah memisahkan terjun payung keduanya. Arfa dan Yahya, pada Agustus 2020 itu, sebenarnya sudah berkolaborasi memikirkan langkah dan berusaha menyelesaikan, meski milik Arfa harus menjadi korban karena talinya ada yang putus.

 

Gaya komunikasi bercerita juga Ibu Ikak tunjukkan dalam video Inilah Penyebab Lunturnya Budaya Sopan Santun Siswa Pada Guru!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING (Ummah, 2019). Cerita yang disampaikan ialah pengalaman beliau menyaksikan melalui berita dan secara langsung fenomena murid berbuat tidak pantas kepada guru. “Di sini ada beberapa faktor ya, jadi faktor penyebab kenapa murid berlaku tidak pantas kepada gurunya.” ucap beliau mengarahkan pembahasan kepada beberapa faktor penyebab perilaku tersebut.

 

Menurut Ibu Ikak, faktor penyebab kenapa murid berlaku tidak pantas kepada gurunya ialah: (1) Psikologis murid, yakni emosinya belum bisa terkontrol yang mungkin dilatari oleh pengalaman di rumah atau di lingkungan pergaulan; (2) Program pembelajaran, yakni terlampau mementingkan nilai akademik (nilai angka), sehingga kurang mementingkan sikap etis (akhlāq); (3) Kemajuan teknologi dan informasi, yang memfasiltasi murid menyaksikan tayangan tidak pantas; (4) Hubungan antara murid dan guru, yang dekat tanpa sekat; serta (5) Ketakutan guru, yang khawatir mendapat kecaman dari orangtua ketika berbuat tegas.

 

Dari kelima faktor yang disebutkan, saya suka uraian kelima yang meminta orangtua harus mengerti peristiwa yang terjadi ketika guru bersikap tegas kepada anak mereka. Apalagi orangtua memiliki kecenderungan lebih percaya cerita anak ketimbang cerita guru, ketika terjadi masalah antar keduanya. Nah, sebagai jembatan, ajakan Ibu Ikak untuk mengubah aturan dari kerangka hukuman (sanksi) menjadi konsekuensi, patut diterapkan. Sebagai antisipasi, mungkin lembaga pendidikan perlu terbiasa membuat sejenis berita acara ketika mengatasi murid yang melakukan “pelanggaran akhlāq”, setidaknya menyebutkan bentuk pelanggaran dari dan konsekuensi yang didapatkan oleh anak. Faktanya, pembiasaan membuat sejenis berita acara itu di Pondok Pesantren Ath-Thullab sejak 2019/2020 mendapat tanggapan positif dari wali santri maupun santri.

 

Sebanyak 25 video Ibu Ikak tentang pendidikan yang saya unduh dari Youtube Bintang Mulia Homeschooling supaya dapat disimak secara luring kalau butuh, menunjukkan bahwa gaya komunikasi bercerita cenderung Ibu Ikak gunakan. Setiap orang menyukai cerita, tidak ada orang yang menolak mendengarkan cerita. Entah murid madrasah, santri pondok pesantren, sampai orang tua pun, suka berbagi cerita. Ketika kita bertemu teman dekat, kita berbagi cerita, bukan berbagi teori. Karena itulah cerita bisa disampaikan secara akrab bahkan untuk mengakrabkan.

 

Kekuatan cerita tak terletak dari efek tertentu yang diinginkan penutur, tapi berada dalam caranya merasuk benak orang untuk dimaknai terus-menerus melewati ruang dan waktu penuturan. Apalagi dalam merasuk benak, cerita tidak terasa mengancam pikiran laiknya ideologi politik, memusingkan pikiran seperti analisis akademik, bahkan cenderung melegakan perasaan. Wajar kalau cerita menjadi cara berkomunikasi yang digunakan oleh para penggerak global untuk memulai sebuah perubahan besar (Denning, 2016). Dengan demikian, untuk sukses sebagai komunikator ilmiah, teknik bercerita yang bagus yang diperlukan seperti yang telah Ibu Ikak tunjukkan.

 

Sayang, Ibu Ikak kini mulai jarang menyajikan kembali video tentang pendidikan. Video koleksi saya sendiri hanya sampai pada unggahan 21 Mei 2019 silam berjudul Cara Membentuk Karakter Anak!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING (Ummah, 2019). Karena tidak melihat update lagi itulah, saya tak menyadari bahwa mulai Juli 2019, ketika come back ke MI NU TBS selepas pergi satu tahun, kesempatan menemani putra beliau, Arfa, belajar di kelas, masih terasa biasa.

 

Nyaris saya tak tahu menahu mengapa video pendidikan dari Ibu Ikak cenderung menurun andai Ade Ahmad Ismail main ke rumah 29 Juni 2021 silam. Pemilik penerbit PARIST (Paradigma Institute) ini membuat saya menemukan informasi kesibukan lain Ibu Ikak di luar pendidikan anak. Sejak 18 Juni 2019, beliau lebih aktif berbagi wawasan lain, di channel YouTube beliau sendiri. Kegiatan luar rumah yang padat disertai peran sebagai ibu yang beliau jalankan, barangkali menjadi alasan di balik berkurangnya uraian video pendidikan yang beliau sajikan.

 

Dari Youtube Bintang Mulia Homeschooling serta channel beliau sendiri, saya menemukan kesan bahwa Ibu Ikak merupakan sosok yang tak pernah lelah berbagi wawasan pemikiran dan pengalaman. Beliau tak pernah lelah berbagi wawasan bukan semata memuaskan hasrat sendiri, tapi sebagai bentuk konkret rasa syukur kepada Ilāhi-Robbi. “Berawal dari kehilangan dan kesedihan, kini aku belajar bersyukur, sharing pengalaman, dan berbagi solusi.” tutur beliau beberapa waktu lalu melalui akun instagram pribadi (Ummah, 2021).

 

Setiap orang sudah memiliki jalan sendiri yang senantiasi menjadi misteri tanpa bisa dilihat dan diperkirakan secara pasti, “Life is a mystery, everyone must stand alone,” laiknya lantun Madonna dalam Like a Prayer (Madonna, 1989). Yang jelas, kita sebagai manusia tak boleh berhenti berjuang mengayuh secara terus-menerus. Mengayuh… mengayuh… mengayuh perjalanan… saling mengapresiasi kesamaan dan menghormati ketidaksamaan… “You say God give me a choice…” seperti lantun Queen dalam Bicycle Race (Queen, 1978).

 

Kisah perjalanan Ibu Ikak yang tak lelah mengayuh misteri teranyam azam. Teranyam sebagai motivasi dan inspirasi agar tetap meniti tatanan dari Pelantan Semesta Raya dengan rasa bahagia, walau setitik perih pernah meninggalkan luka.

 

K.Km.Kl.28111432.07072021.22:29

 

— Biodata

Nama Lengkap : Nasichatul Ummah (Arab: نَصِيْحَةٌ الْأُمَّة)

Nama Panggilan : Ikak

Tempat Lahir : Pati, Indonesia.

Tanggal Lahir : Jumu’ah Kliwon, 18 Romaḍōn 1405 H. / 7 Juni 1985 TU.

 

— Education

STIT Al-Khairiyah Cilegon, Banten, Indonesia

 

— (selected) Videography

2018-10-24 Kenapa Harus Bintang Mulia Homeschooling ? (BINTANG MULIA Homeschooling)

2018-10-25 Tips Memilih Sekolah Yang Tepat Buat Anak! (BINTANG MULIA Homeschooling)

2018-11-03 Nasichatul Ummah

2018-11-16 Kenali 3 Jalur Pendidikan di Indonesia. Manakah Pilihan Anda? (BINTANG MULIA Homeschooling)

2018-11-16 5 Alasan, Mengapa Keluarga Memilih Homeschooling. (BINTANG MULIA Homeschooling)

2018-11-19 Homeschooling itu apa sih...??? Inilah penjelasannya...!

2018-11-27 Benarkah Anak Homeschooling Tidak Bisa Bersosialisasi...???

2018-11-30 Kegiatan Sederhana Anak Homeschooling Bersama Orang Tua (Part 1)

2018-12-03 Homeschooling Hanya Untuk Anak yang Bermasalah?? Simak Penjelasannya...!!

2018-12-05 Sudah Jadi Orang Tua Tapi Masih Belajar?? (Di Bintang Mulia Homeschooling Orang Tua Juga Belajar)

2018-12-10 Apakah Nilai Tinggi Menjamin Anak Sukses Dalam Kehidupan??? (BINTANG MULIA Homeschooling)

2018-12-18 Homeschooling Membuat Anak Jadi MALAS??? Faktanya...!!!

2018-12-18 Mana yang Lebih Penting??? Nilai Angka atau Lifeskill?? (Kurikulum Bintang Mulia Homeschooling)

2018-12-21 Strategi Pembelajaran Anak Homeschooling (Bintang Mulia Homeschooling)

2018-12-27 Ranking Ga Penting..!!! Karena Setiap Anak Adalah Juara (Bintang Mulia Homeschooling)

2018-12-31 Sekolah Membunuh Kreativitas Anak!!! (Bintang Mulia Homeschooling)

2019-01-14 5 Cara Melatih Anak Berfikir Kritis | BINTANG MULIA HOMESCHOOLING

2019-01-18 Dengan Menghafal, Anak Bisa Kreatif??? BINTANG MULIA HOMESCHOOLING

2019-01-23 3 Hal Penting Dalam Perkembangan Anak | BINTANG MULIA HOMESCHOOLING

2019-02-01 3 Tips Mengatasi STRESS Pada Anak!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING

2019-02-04 Asyiknya Belajar Sambil Bermain!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING

2019-05-07 Suka Membentak Anak??? Inilah Akibatnya!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING

2019-05-15 Inilah Penyebab Lunturnya Budaya Sopan Santun Siswa Pada Guru!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING

2019-05-21 Cara Membentuk Karakter Anak

 

Acknowledgement

Terima kasih kepada Nasichatul Ummah a.k.a. Ibu Ikak yang telah mengijinkan penulis menulis feature beliau.

 

Works Cited

Bintang Mulia Homeschooling. (2021, Juni 7). Bintang Mulia Homeschooling - YouTube. Dipetik Juni 7, 2021, dari YouTube Bintang Mulia Homeschooling: https://www.youtube.com/channel/UCyeJ6-o-dmusP464dxK7QBQ

Brian Tracy International. (2019, Maret 18). About Brian and Brian Tracy International. Dipetik Juni 7, 2019, dari Brian Tracy International: https://www.briantracy.com/about/

Denning, T. (2016, Mei 5). Why Global Influencers And Entrepreneurs Use Stories To Start Movements. Dipetik Juni 7, 2021, dari Addicted 2 Success: Quotes | Motivation | Inspiration: https://addicted2success.com/success-advice/why-global-influencers-use-stories-to-start-movements/

Effendy, F. (2012). Karni Ilyas : Lahir Untuk Berita, 40 Tahun Jadi Wartwan. Jakarta Barat: Kompas.

Jampes, I. M. (2018). Sirōju ath-Thōlibīn 'alā Minhāju al-'Ābidin ilā Jannati Robbi al-'Ālamīn li al-Imām al-Ghozāli (Vol. 1). Beirut: Dār al-Kutub al-'Ilmiyyah.

Lionsgate Movies. (2021, Maret 16). Voyagers (2021 Movie) Official Trailer – Tye Sheridan, Lily-Rose Depp. Dipetik Juni 7, 2021, dari YouTube Lionsgate Movies: https://youtu.be/EwJkexUBSeg

Madonna, & Leonard, P. (Komponis). (1989). Like a Prayer. [Madonna, Pemain] Dalam Like a Prayer. Madonna, & P. Leonard.

Mercury, F. (Komponis). (1978). Bicycle Race. [Queen, Pemain] Dalam Jazz. Q. a. Baker.

SCImago. (2021, April 30). SJR - Indonesia - SCImago. Dipetik Juni 7, 2021, dari Scimago Journal & Country Rank: https://www.scimagojr.com/countrysearch.php?country=ID

Setiawan, A. R. (2020, Januari 24). Pembelajaran Tematik Berorientasi Literasi Saintifik. Jurnal Basicedu, 4(1), 71–80.

Setiawan, A. R. (2020, Maret 1). Pendidikan Literasi Finansial Melalui Pembelajaran Fiqh Mu’āmalāt Berbasis Kitab Kuning. Nazhruna, 3(1), 138–159.

The Conversation Indonesia. (2020, September 24). Saatnya Ilmuwan Bersuara: Pentingnya Komunikasi Sains Dalam Mendorong Kebijakan Berbasis Bukti. Dipetik Juni 7, 2021, dari YouTube The Conversation Indonesia: https://youtu.be/LbQGRk3bBDc

Tracy, B. (2017, Februari 27). Brian Tracy on Twitter. Dipetik Juni 7, 2019, dari Twitter @BrianTracy: https://twitter.com/briantracy/status/836229664058322946

Ummah, N. (2018, Desember 10). Apakah Nilai Tinggi Menjamin Anak Sukses Dalam Kehidupan??? (BINTANG MULIA Homeschooling). Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia Homeschooling: https://youtu.be/Ny6VT4iDC4E?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury

Ummah, N. (2018, Desember 18). Homeschooling Membuat Anak Jadi MALAS??? Faktanya...!!! Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia Homeschooling: https://youtu.be/gUPuVuoB4-g?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury

Ummah, N. (2018, Desember 4). Mana yang Lebih Penting??? Nilai Angka atau Lifeskill?? (Kurikulum Bintang Mulia Homeschooling). Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia Homeschooling: https://youtu.be/ag0N5EkTY-U?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury

Ummah, N. (2018, November 3). Nasichatul Ummah. Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia Homeschooling: https://youtu.be/dU4SLS0jWb0?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury

Ummah, N. (2018, Desember 21). Strategi Pembelajaran Anak Homeschooling (Bintang Mulia Homeschooling). Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia Homeschooling: https://youtu.be/mfcyq5MbZtw?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury

Ummah, N. (2019, Mei 21). Cara Membentuk Karakter Anak!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING. Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia Homeschooling: https://youtu.be/_hwbyEkafEA?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury

Ummah, N. (2019, Mei 15). Inilah Penyebab Lunturnya Budaya Sopan Santun Siswa Pada Guru!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING. Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia Homeschooling: https://youtu.be/Mj4jdsMeDGw?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury

Ummah, N. (2019, Mei 3). Jika Anak Berbuat Salah, ORTU Harus Gimana??? BINTANG MULIA HOMESCHOOLING. Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia Homeschooling: https://youtu.be/aP-50fLpElU?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury

Ummah, N. (2021, Juni 17). ikak (@ikak_77) • Instagram photos and videos. Dipetik Juni 17, 2021, dari Instagram @ikak_77: https://www.instagram.com/p/CQOUiVMHQ1L/