Cuplikan Nasichatul Ummah a.k.a Ibu Ikak dalam “Mana yang Lebih Penting??? Nilai Angka atau Lifeskill?? (Kurikulum Bintang Mulia Homeschooling)”
“If
there's a book you really want to read, but it hasn't been written yet, then
you must write it.”
— Chloe Anthony Wofford a.k.a. Toni
Morrison, penerima Nobel Kesusastraan 1999
Sebelum
pandemi virus corona membawa angin perubahan besar dalam pendidikan —
yang antara lain memaksa hampir semua lembaga menyertakan bahkan memindahkan pelaksanaan
pembelajaran melalui sistem dalam jaringan (daring, online) — saya sudah
terbiasa memanfaatkan ragam program daring untuk menambah wawasan, termasuk pendidikan.
Istilah “menambah wawasan” lebih dipilih ketimbang “belajar”, salah satunya
karena pandangan saya bahwa “belajar” harus kepada guru. Pandangan ini selaras
dengan ajaran yang diberikan oleh para guru utama saya, mulai Pak Zaini
Sirojan, Pak Muhammad Arifin Fanani, Pak Hasan Fauzi, Pak Musthofa Imron,
sampai Bu Setiya Utari, yang setelah ditelisik selaras dengan tuturan Syekh
Ihsan Muhammad Dahlan Jampes dalam buku Sirōju ath-Thōlibīn ‘alā
Minhāju al-‘Ābidin ilā Jannati Robbi al-‘Ālamīn li al-Imām al-Ghozāli
Upaya
“menambah wawasan” tentang pendidikan tersebut membuat saya mengenal virtual
beberapa nama, seperti Richard Phillips Feynman,
Lisa Randall, Yohanes Surya, Terry Mart, Nasichatul Ummah,
dan Grace Natalie Louisa.
Nama-nama yang dikenal virtual inipun melalui wawasan yang mereka sampaikan tak
disangkal lagi memengaruhi saya — walau mungkin tak secara resmi mengakui saya
sebagai murid mereka. Tentu banyak orang yang memengaruhi saya, tanpa bisa
disebutkan secara rapi dan rinci seutuhnya. Entah orang itu dipandang sebagai
sosok besar karena banyak orang juga mengaguminya atau dipandang sebagai sosok
kecil karena sedikit orang yang mengenalnya. Satu titik pertemuannya ialah
mereka semua senantiasa menjadi manusia yang terus memotivasi (digugu)
sekaligus menginspirasi (ditiru) saya. Walau hanya beberapa nama yang
lebih mudah dan cepat disebut dan diingat, seiring besarnya pengaruh mereka
kepada saya.
Dari
beberapa nama yang lebih mudah dan cepat disebut dan diingat, Nasichatul Ummah adalah
salah satunya. Praktisi pendidikan ini ini mulai saya kenal virtual akhir 2018 silam
melalui video Mana yang Lebih Penting???
Nilai Angka atau Lifeskill?? (Kurikulum Bintang Mulia Homeschooling).
Algoritma YouTube yang merekam aktivitas pencarian dan tayangan membuat video tentang
pendidikan tersebut muncul sebagai saran untuk ditonton.
“Kegiatan
apapun yang kita lakukan pasti pada akhirnya adalah yang ingin dicapai
tujuannya, seperti halnya pendidikan. Nah, pendidikan buat anak-anak kita pasti
yang kita tuju adalah tujuannya nanti akan bagaimana: Apakah tujuan kita
mendidik anak itu hanya si anak nantinya mendapatkan nilai yang bagus? Ataukah
si anak ini nanti ke depannya tujuan yang kita tentukan adalah dia bisa merubah
dirinya ataupun lingkungannya?” ucap Ibu Ikak — sapaan beliau — dalam 41 detik
pertama membuka uraian yang disampaikan melalui video Mana yang Lebih Penting???
Nilai Angka atau Lifeskill?? (Kurikulum Bintang Mulia Homeschooling)
tersebut
Ucapan
itu mungkin menjadi quote paling saya kenang. Secara historis, kebetulan
itulah ucapan yang pertama disimak kemudian membuat saya terkesan. Secara
teknis, dukungan tersebut menanamkan kebiasaan saya dalam melakukan riset
pendidikan — yang tampak kentara di bagian metode artikel tentang penyusunan program
pembelajaran literasisaintifik untuk tingkat dasar dan literasi finansial untuksantri pondok pesantren
Desain
mundur yang saya maksud ialah pandangan bahwa kegiatan pertama yang harus
dilakukan dalam menyusun program pembelajaran ialah menentukan tujuannya.
Tujuan tersebut kemudian dirinci ke dalam indikator yang harus dicapai oleh
murid. Dari rincian indikator itu rencana pembelajaran disusun kemudian
dilaksanakan serta pertanyaan untuk evaluasi dibuat. Tidak banyak orang —
termasuk rekan curhat dan mitra riset — yang mendukung pandangan ini.
Kebanyakan lebih memilih desain maju (forward design) yang menyusun
program pembelajaran dimulai dengan menulis silabus — yang biasanya mengikuti
urutan buku teks, kemudian, menulis pertanyaan setelah melaksanakan
pembelajaran. Karena itu, sedikit dukungan, apalagi tersurat, terasa bermakna
buat saya.
Dalam
video tersebut, Ibu Ikak mengungkap bahwa tujuan perlu ditentukan lebih dahulu,
termasuk dalam pendidikan, “Kita tentukan dulu tujuan itu, yang mana yang akan
kita pilih.” Dari ungkapan tersebut, beliau kemudian menyampaikan beberapa
keterampilan yang perlu ditanamkan kepada anak (murid, santri, pelajar):
keterampilan memecahkan masalah, keterampilan untuk anak sadar diri, keterampilan
pada saat anak mengelola perasaan, keterampilan mengelola stres, keterampilan
pada saat dia berkomunikasi, keterampilan dalam bernegosiasi dan menolak, dan
keterampilan untuk bekerjasama dalam kelompok
Beberapa
keterampilan yang disampaikan Ibu Ikak mendorong saya untuk menerapkan ke dalam
kegiatan pendidikan. Kebetulan pada waktu itu, bersama rekan pembina dan asātidz
di Pondok Pesantren Ath-Thulab, kami sedang merevaluasi struktur kurikulum yang
berdampak langsung kepada rincian kegiatan harian. Dorongan dari Ibu Ikak
membuat saya berpikir, “Bentuk kegiatan seperti apa yang bisa dilakukan untuk
menanamkan keterampilan tersebut kepada santri?” Dari proses berpikir serta rembugan
yang dilakukan, beberapa kegiatan pun disusun, mulai yang bersifat mempertahankan
dan memodifikasi kegiatan lama sampai yang berupa membuat kegiatan baru.
Kegiatan
lama yang dipertahankan misalnya musyāwaroh (atau bacḥts al-masā`il).
Alokasi 2×2 jam pembelajaran setiap pekan
diberikan untuk kegiatan ini, yang diarahkan untuk menanamkan keterampilan memecahkan
masalah, berkomunikasi, bernegosiasi dan menolak, serta bekerjasama dalam
kelompok. Bentuk kegiatannya ialah dengan mengajak santri membahas dari sisi fiqh
fenomena masyarakat — baik faktual atau imajiner — berdasarkan rujukan ilmiah yang
bisa dipertanggungjawabkan. Fenomena faktual seperti kasus ketika imām ṣolāt lupa
membaca al-Fāticḥah. Sementara fenomena imajiner misal kasus status walī dan macḥrom
bayi yang dibuat di laboratorium laiknya tayangan di film Voyagers rilisan 29 April 2021 silam
Fenomena
faktual maupun imajiner tersebut kemudian ditelaah dari sisi fiqhiyyah, mulai
kaitan dengan konsep fiqh, identifikasi dan rumusan masalah, serta
analisis dan simpulan berdasarkan rujukan ilmiah fiqh — biasanya kitab
kuning. Melalui proses inilah keterampilan memecahkan masalah ditanamkan. Sementara
keterampilan berkomunikasi muncul pada saat santri menyampaikan tanggapan —
baik bertanya, mengonfirmasi identifikasi masalah, menawarkan jawaban, atau menanggapi
ungkapan sesama santri. Untuk keterampilan dalam bernegosiasi dan menolak serta
bekerjasama dalam kelompok sendiri timbul secara tidak langsung seiring
pembahasan fenomena tersebut dilakukan bersama-sama secara bersamaan. Sisi
negosiasi dan menolak ditanamkan supaya santri memiliki sikap tenggang rasa dan
toleran dalam bermasyarakat tanpa keluar dari ruang lingkup syarī’at — tidak
terlalu kaku dalam menghadapi masyarakat sekaligus tak terlampau lunak untuk menerapkan
syarī’at — sekaligus memupuk perilaku skeptis dan mengurangi sikap
dogmatis. Sementara sisi bekerjasama ditanamkan agar santri biasa bersama
mengolah masalah menjadi maṣhlacḥah.
Itu
adalah contoh singkat — maunya, tapi kepanjangan jadinya — tentang pengaruh Ibu
Ikak kepada saya. Tuturan beliau tentang pendidikan bukan sekadar ungkapan yang
menggetarkan gendang suara telinga maupun menyenangkan dada, melainkan menjadi
sumber inspirasi buat saya dalam memulai aksi. Aksi yang dilakukan memang
sederhana: berupaya mewujudkan perkataan ke dalam tindakan. Namun, di balik
kesederhanaan, terdapat kerumitan yang tak selalu bisa ditunjukkan.
Pengaruh
lain yang Ibu Ikak berikan, misalnya, melalui video Jika Anak Berbuat Salah, ORTU
Harus Gimana??? BINTANG MULIA HOMESCHOOLING
Pembedaan
sanksi dan konsekuensi tersebut bermanfaat untuk menanamkan sikap tanggung
jawab ke anak dengan alur berpikir: kalau salah begini, cara memperbaikinya begini,
yang dilakukan dengan penuh kesadaran, bukan keterpaksaan. Melalui penerapan
tersebut, kita — sebagai orangtua atau guru — tentu sedang menanamkan sikap
kepada anak untuk bersikap semadyana dalam menjalani keseharian.
Bentuk
konkret pengaruh yang diberikan melalui video tersebut ialah aturan Pondok
Pesantren Ath-Thullab. Pembedaan sanksi dan konsekuensi merupakan pondasi utama
revaluasi peraturan Pondok Pesantren Ath-Thullab, yang secara tertulis berakhir
dengan sanksi minimalis. Pak Ahmad Muttaqin, ustādz Pondok Pesantren
Ath-Thullab dan wakil kepala bidang kesiswaan MTs NU TBS, mengungkap dalam
pelantikan pengurus periode 2020/2021, “Pondok yang baik adalah pondok yang
sanksinya paling sedikit.” Pak Taqin berargumen bahwa ketika sanksi sangat
sedikit, keseharian lingkungan pergaulan di pondok pesantren sudah berjalan
proporsional, santri memiliki kesadaran tentang konsekuensi setiap tindakan,
serta pembina sebagai rekan dan pembimbing keseharian santri bisa dijadikan
teladan.
Sanksi
yang sedikit bukan berarti keseharian pondok pesantren berjalan tanpa aturan.
Namun, susunan aturan tersebut diterapkan dalam kerangka konsekuensi. Misalnya,
yang mengotori, yang membersihkan; yang menggunakan, yang merawat; maupun yang
lebih mengerti, yang siap mengajari. Dari penerapan aturan dalam kerangka
konsekuensi ini, perlahan malar lingkungan berubah ke arah meritokrasi, bukan
otoriter yang semua didasarkan “kebijakan” pembina, tidak pula demokrasi yang
memandang setiap orang “sama rata”. Kecenderungan lingkungan meritokrasi yang bersifat
apresiatif, tentu lebih memudahkan kami di pondok pesantren untuk meningkatkan
motivasi berbuat baik.
Ironisnya,
ketika Ibu Ikak menghubungi saya Juli 2020 silam untuk mengambil buku putra
beliau, Muhammad Taqiyul Arfa Kusuma, tak ada dugaan bahwa beliau merupakan
sosok yang sekitar 1,5 tahun terakhir menjadi panutan dan rujukan saya dalam
pendidikan. Saya baru mulai ngeuh ketika melihat nama beliau, “Nasichatul
Ummah S.Pd.I.”, tercantum dalam daftar wali murid pengambil buku, sekaligus
teringat suara dan rupa yang biasa saya simak melalui YouTube Bintang MuliaHomeschooling. Putra beliau, Arfa, tentu lebih saya ingat, seiring
keberadaannya di squad 1D pada musim 2019/2020 — kelas yang paling saya
ingat secara lengkap dalam posisi tidak sebagai wali kelas. Dari kelas yang
dipimpin oleh Muhammad Zulfan Nur Madjid inilah saya banyak mengutak-atik
bentuk pembelajaran Bahasa Inggris, sampai akhirnya membangun kerangka silabus
dengan menambahkan aspek viewing dan representing ke dalam
kerangka lawas berupa listening dan speaking serta reading
dan writing.
It
is amazing nor challenging as well.
Ketika saya kali pertama berjumpa sekaligus satu forum bersama Pak Thomas
Djamaluddin dalam acara ngopi di Imah Noong-nya Pak Hendro Setyanto pada
Oktober 2014 silam saja, terasa istimewa. Pula ketika debut perjumpaan dengan
Mbak Nong Darol Mahmada di rumah Ibu Sinta Nuriyah pada Desember 2015. Namun,
kedua kenangan permanen tersebut tidak berujung kepada kesempatan lain yang
muncul dalam perjumpaan dengan Ibu Ikak: menemani putra beliau belajar di
madrasah. Karena itu, kerap kali dalam beberapa perjumpaan dengan beliau, saya
merasa gugup. Sialnya, dalam perjumpaan kedua ketika kelas 2D debut tatap muka
pada masa pandemi Agustus 2020 lalu, saya tak bisa mengatasi masalah ketika
Arfa menangis gegara masalah busana.
Sebagai
lembaga pendidikan formal bersejarah, mapan, dan populer seperti MI NU
Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus, keberadaan “anak orang” bukan
sesuatu yang istimewa. Ini berlaku pula buat Ibu Ikak selaku wali murid Arfa.
Letak keistimewaan beliau di sini dibanding sosok lain ialah peran beliau dalam
memengaruhi pandangan saya tentang pendidikan. Beberapa grenengan
tentang pendidikan yang mengendap terasa menemukan dukungan yang terucap.
Selain
kedua video yang disebutkan, contoh lain ialah ungkapan Ibu Ikak bahwa life
skill lebih penting ketimbang nilai angka yang disampaikan dalam video Apakah Nilai Tinggi Menjamin
Anak Sukses Dalam Kehidupan??? (BINTANG MULIA Homeschooling)
“Sukses adalah ketika kita mampu menjalani kehidupan kita sesuai
dengan keinginan kita, menikmati kehidupan kita bersama orang-orang yang kita
sayangi dan hormati.”
ucap beliau mengutip Brian Tracy dalam
mendefinisikan sukses. Brian Tracy merupakan Chairman
dan Chief Executive Officer (CEO) Brian Tracy International, motivator, serta
penulis kelahiran Kanada, 5 Januari 1944
Ibu Ikak sendiri
memiliki latar belakang akademik bidang pendidikan. Beliau merupakan lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)
Al-Khairiyah, Cilegon, Banten. Selama 3 tahun terakhir, beliau aktif sebagai Wakil Kepala Bidang Akademik dan Kesiswaan di Bintang Mulia Homeschooling, lembaga pendidikan
informal di Kabupaten Kudus yang didirikan bersama rekan-rekan beliau
Penampilan
yang disajikan melalui video tersebut membuat saya memandang Ibu Ikak sebagai komunikator
ilmiah. Sebagai komunikator ilmiah, beliau ikut serta mendistribusikan ilmu
pengetahuan yang diproduksi oleh komunitas akademik untuk dikonsumsi oleh pihak
yang paling membutuhkannya, yakni masyarakat. Banyak pihak, dari komunitas
akademik hingga tokoh politik, telah menyuarakan kekurangan komunikasi ilmiah di Indonesia
Kekurangan
komunikasi ilmiah tampak dilatari oleh jumlah komunikator ilmiah yang masih
minim di Indonesia. Minimnya komunikator ilmiah mungkin disebabkan berbagai
hal, di antaranya tidak banyak akademisi dan praktisi yang bersedia membagikan
hasil riset dengan cara dan melalui media yang lebih mudah diakses dan dipahami
oleh masyarakat. Akademisi dan praktisi terkesan menutup mata terhadap masyarakat
yang sangat kesulitan dalam memahami analisis dalam jurnal akademik maupun
tulisan populer. Nah, Ibu Ikak hadir untuk mengisi ruang yang sekarang tak banyak
dijamah.
Dalam
mengisi ruang komunikator ilmiah, Ibu Ikak menggunakan gaya bercerita untuk
menyampaikan wawasan kepada pemirsa. Misalnya, menjelaskan beberapa faktor yang
menyebabkan malas dalam video Homeschooling Membuat Anak
Jadi MALAS??? Faktanya...!!!
Ada
juga tentang strategi pembelajaran yang dipakai seperti disampaikan melalui
video Strategi Pembelajaran Anak
Homeschooling (Bintang Mulia Homeschooling)
Lucunya, ketika sedang menerapkan project-based learning
di kelas 2D berupa membuat terjun payung dari plastik, Arfa putra Ibu Ikak
mengalami masalah dengan Muhammad Irfan Umar Yahya. Masalahnya sederhana: tali
terjun payung milik Arfa dan Yahya saling nyangkut sampai menjadi sejenis
benang kusut. Dari masalah ini, rencana semula untuk menceritakan proses
pembuatan dan membahas cara terjun payung terbang (tidak langsung jatuh), berubah
menjadi langkah memisahkan terjun payung keduanya. Arfa dan Yahya, pada Agustus
2020 itu, sebenarnya sudah berkolaborasi memikirkan langkah dan berusaha menyelesaikan,
meski milik Arfa harus menjadi korban karena talinya ada yang putus.
Gaya komunikasi bercerita juga Ibu
Ikak tunjukkan dalam video Inilah Penyebab Lunturnya Budaya Sopan Santun Siswa Pada Guru!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING
Menurut
Ibu Ikak, faktor penyebab kenapa murid berlaku tidak pantas kepada gurunya
ialah: (1) Psikologis murid, yakni emosinya belum bisa terkontrol yang mungkin
dilatari oleh pengalaman di rumah atau di lingkungan pergaulan; (2) Program pembelajaran,
yakni terlampau mementingkan nilai akademik (nilai angka), sehingga kurang
mementingkan sikap etis (akhlāq); (3) Kemajuan teknologi dan informasi, yang memfasiltasi
murid menyaksikan tayangan tidak pantas; (4) Hubungan antara murid dan guru,
yang dekat tanpa sekat; serta (5) Ketakutan guru, yang khawatir mendapat kecaman
dari orangtua ketika berbuat tegas.
Dari
kelima faktor yang disebutkan, saya suka uraian kelima yang meminta orangtua
harus mengerti peristiwa yang terjadi ketika guru bersikap tegas kepada anak
mereka. Apalagi orangtua memiliki kecenderungan lebih percaya cerita anak
ketimbang cerita guru, ketika terjadi masalah antar keduanya. Nah, sebagai
jembatan, ajakan Ibu Ikak untuk mengubah aturan dari kerangka hukuman (sanksi) menjadi
konsekuensi, patut diterapkan. Sebagai antisipasi, mungkin lembaga pendidikan
perlu terbiasa membuat sejenis berita acara ketika mengatasi murid yang melakukan
“pelanggaran akhlāq”, setidaknya menyebutkan bentuk pelanggaran dari dan konsekuensi
yang didapatkan oleh anak. Faktanya, pembiasaan membuat sejenis berita acara
itu di Pondok Pesantren Ath-Thullab sejak 2019/2020 mendapat tanggapan positif
dari wali santri maupun santri.
Sebanyak
25 video Ibu Ikak tentang pendidikan yang saya unduh dari Youtube Bintang Mulia Homeschooling supaya dapat disimak secara luring kalau butuh,
menunjukkan bahwa gaya komunikasi bercerita cenderung Ibu Ikak gunakan. Setiap
orang menyukai cerita, tidak ada orang yang menolak mendengarkan cerita. Entah
murid madrasah, santri pondok pesantren, sampai orang tua pun, suka berbagi
cerita. Ketika kita bertemu teman dekat, kita berbagi cerita, bukan berbagi
teori. Karena itulah cerita bisa disampaikan secara akrab bahkan untuk
mengakrabkan.
Kekuatan
cerita tak terletak dari efek tertentu yang diinginkan penutur, tapi berada
dalam caranya merasuk benak orang untuk dimaknai terus-menerus melewati ruang
dan waktu penuturan. Apalagi dalam merasuk benak, cerita tidak terasa mengancam
pikiran laiknya ideologi politik, memusingkan pikiran seperti analisis
akademik, bahkan cenderung melegakan perasaan. Wajar kalau cerita menjadi cara
berkomunikasi yang digunakan oleh para penggerak global untuk memulai sebuah
perubahan besar
Sayang,
Ibu Ikak kini mulai jarang menyajikan kembali video tentang pendidikan. Video koleksi
saya sendiri hanya sampai pada unggahan 21 Mei 2019 silam berjudul Cara Membentuk Karakter Anak!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING
Nyaris
saya tak tahu menahu mengapa video pendidikan dari Ibu Ikak cenderung menurun
andai Ade Ahmad Ismail main ke rumah 29 Juni 2021 silam. Pemilik penerbit
PARIST (Paradigma Institute) ini membuat saya menemukan informasi kesibukan
lain Ibu Ikak di luar pendidikan anak. Sejak 18 Juni 2019, beliau lebih aktif berbagi
wawasan lain, di channel YouTube beliau sendiri.
Kegiatan luar rumah yang padat disertai peran sebagai ibu yang beliau jalankan,
barangkali menjadi alasan di balik berkurangnya uraian video pendidikan yang
beliau sajikan.
Dari Youtube Bintang Mulia Homeschooling serta channel beliau sendiri,
saya menemukan kesan bahwa Ibu Ikak merupakan sosok yang tak pernah lelah
berbagi wawasan pemikiran dan pengalaman. Beliau tak pernah lelah berbagi
wawasan bukan semata memuaskan hasrat sendiri, tapi sebagai bentuk konkret rasa
syukur kepada Ilāhi-Robbi. “Berawal dari kehilangan dan kesedihan, kini
aku belajar bersyukur, sharing pengalaman, dan berbagi solusi.” tutur
beliau beberapa waktu lalu melalui akun instagram pribadi
Setiap
orang sudah memiliki jalan sendiri yang senantiasi menjadi misteri tanpa bisa dilihat
dan diperkirakan secara pasti, “Life is a mystery, everyone must stand alone,”
laiknya lantun Madonna dalam Like a Prayer
Kisah
perjalanan Ibu Ikak yang tak lelah mengayuh misteri teranyam azam. Teranyam
sebagai motivasi dan inspirasi agar tetap meniti tatanan dari Pelantan Semesta
Raya dengan rasa bahagia, walau setitik perih pernah meninggalkan luka.
K.Km.Kl.28111432.07072021.22:29
—
Biodata
Nama
Lengkap : Nasichatul Ummah (Arab: نَصِيْحَةٌ الْأُمَّة)
Nama
Panggilan : Ikak
Tempat
Lahir : Pati, Indonesia.
Tanggal
Lahir : Jumu’ah Kliwon, 18 Romaḍōn 1405 H. / 7 Juni 1985 TU.
—
Education
STIT
Al-Khairiyah Cilegon, Banten, Indonesia
— (selected)
Videography
2018-10-24
Kenapa Harus Bintang Mulia
Homeschooling ? (BINTANG MULIA Homeschooling)
2018-10-25
Tips Memilih Sekolah Yang
Tepat Buat Anak! (BINTANG MULIA Homeschooling)
2018-11-03
Nasichatul Ummah
2018-11-16
Kenali 3 Jalur Pendidikan di
Indonesia. Manakah Pilihan Anda? (BINTANG MULIA Homeschooling)
2018-11-16
5 Alasan, Mengapa Keluarga
Memilih Homeschooling. (BINTANG MULIA Homeschooling)
2018-11-19
Homeschooling itu apa
sih...??? Inilah penjelasannya...!
2018-11-27
Benarkah Anak Homeschooling
Tidak Bisa Bersosialisasi...???
2018-11-30
Kegiatan Sederhana Anak
Homeschooling Bersama Orang Tua (Part 1)
2018-12-03
Homeschooling Hanya Untuk Anak
yang Bermasalah?? Simak Penjelasannya...!!
2018-12-05
Sudah Jadi Orang Tua Tapi
Masih Belajar?? (Di Bintang Mulia Homeschooling Orang Tua Juga Belajar)
2018-12-10
Apakah Nilai Tinggi Menjamin
Anak Sukses Dalam Kehidupan??? (BINTANG MULIA Homeschooling)
2018-12-18
Homeschooling Membuat Anak
Jadi MALAS??? Faktanya...!!!
2018-12-18
Mana yang Lebih Penting???
Nilai Angka atau Lifeskill?? (Kurikulum Bintang Mulia Homeschooling)
2018-12-21
Strategi Pembelajaran Anak
Homeschooling (Bintang Mulia Homeschooling)
2018-12-27
Ranking Ga Penting..!!! Karena
Setiap Anak Adalah Juara (Bintang Mulia Homeschooling)
2018-12-31
Sekolah Membunuh Kreativitas
Anak!!! (Bintang Mulia Homeschooling)
2019-01-14
5 Cara Melatih Anak Berfikir
Kritis | BINTANG MULIA HOMESCHOOLING
2019-01-18
Dengan Menghafal, Anak Bisa
Kreatif??? BINTANG MULIA HOMESCHOOLING
2019-01-23
3 Hal Penting Dalam
Perkembangan Anak | BINTANG MULIA HOMESCHOOLING
2019-02-01
3 Tips Mengatasi STRESS Pada
Anak!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING
2019-02-04
Asyiknya Belajar Sambil
Bermain!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING
2019-05-07
Suka Membentak Anak??? Inilah
Akibatnya!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING
2019-05-15
Inilah Penyebab Lunturnya
Budaya Sopan Santun Siswa Pada Guru!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING
2019-05-21
Cara Membentuk Karakter Anak
Acknowledgement
Terima
kasih kepada Nasichatul Ummah a.k.a. Ibu Ikak yang telah mengijinkan penulis
menulis feature beliau.
Works
Cited
Bintang Mulia Homeschooling. (2021, Juni 7). Bintang
Mulia Homeschooling - YouTube. Dipetik Juni 7, 2021, dari YouTube Bintang
Mulia Homeschooling: https://www.youtube.com/channel/UCyeJ6-o-dmusP464dxK7QBQ
Brian
Tracy International. (2019, Maret 18). About Brian and Brian Tracy
International. Dipetik Juni 7, 2019, dari Brian Tracy International:
https://www.briantracy.com/about/
Denning,
T. (2016, Mei 5). Why Global Influencers And Entrepreneurs Use Stories To
Start Movements. Dipetik Juni 7, 2021, dari Addicted 2 Success: Quotes |
Motivation | Inspiration:
https://addicted2success.com/success-advice/why-global-influencers-use-stories-to-start-movements/
Effendy,
F. (2012). Karni Ilyas : Lahir Untuk Berita, 40 Tahun Jadi Wartwan.
Jakarta Barat: Kompas.
Jampes,
I. M. (2018). Sirōju ath-Thōlibīn 'alā Minhāju al-'Ābidin ilā Jannati Robbi
al-'Ālamīn li al-Imām al-Ghozāli (Vol. 1). Beirut: Dār al-Kutub
al-'Ilmiyyah.
Lionsgate
Movies. (2021, Maret 16). Voyagers (2021 Movie) Official Trailer – Tye
Sheridan, Lily-Rose Depp. Dipetik Juni 7, 2021, dari YouTube Lionsgate
Movies: https://youtu.be/EwJkexUBSeg
Madonna,
& Leonard, P. (Komponis). (1989). Like a Prayer. [Madonna, Pemain] Dalam Like
a Prayer. Madonna, & P. Leonard.
Mercury,
F. (Komponis). (1978). Bicycle Race. [Queen, Pemain] Dalam Jazz. Q. a.
Baker.
SCImago.
(2021, April 30). SJR - Indonesia - SCImago. Dipetik Juni 7, 2021, dari
Scimago Journal & Country Rank:
https://www.scimagojr.com/countrysearch.php?country=ID
Setiawan,
A. R. (2020, Januari 24). Pembelajaran Tematik Berorientasi Literasi
Saintifik. Jurnal Basicedu, 4(1), 71–80.
Setiawan,
A. R. (2020, Maret 1). Pendidikan Literasi Finansial Melalui Pembelajaran Fiqh
Mu’āmalāt Berbasis Kitab Kuning. Nazhruna, 3(1), 138–159.
The
Conversation Indonesia. (2020, September 24). Saatnya Ilmuwan Bersuara:
Pentingnya Komunikasi Sains Dalam Mendorong Kebijakan Berbasis Bukti.
Dipetik Juni 7, 2021, dari YouTube The Conversation Indonesia:
https://youtu.be/LbQGRk3bBDc
Tracy,
B. (2017, Februari 27). Brian Tracy on Twitter. Dipetik Juni 7, 2019,
dari Twitter @BrianTracy:
https://twitter.com/briantracy/status/836229664058322946
Ummah,
N. (2018, Desember 10). Apakah Nilai Tinggi Menjamin Anak Sukses Dalam
Kehidupan??? (BINTANG MULIA Homeschooling). Dipetik Juni 7, 2019, dari
YouTube Bintang Mulia Homeschooling:
https://youtu.be/Ny6VT4iDC4E?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury
Ummah,
N. (2018, Desember 18). Homeschooling Membuat Anak Jadi MALAS???
Faktanya...!!! Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia Homeschooling:
https://youtu.be/gUPuVuoB4-g?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury
Ummah,
N. (2018, Desember 4). Mana yang Lebih Penting??? Nilai Angka atau
Lifeskill?? (Kurikulum Bintang Mulia Homeschooling). Dipetik Juni 7, 2019,
dari YouTube Bintang Mulia Homeschooling:
https://youtu.be/ag0N5EkTY-U?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury
Ummah,
N. (2018, November 3). Nasichatul Ummah. Dipetik Juni 7, 2019, dari
YouTube Bintang Mulia Homeschooling:
https://youtu.be/dU4SLS0jWb0?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury
Ummah,
N. (2018, Desember 21). Strategi Pembelajaran Anak Homeschooling (Bintang
Mulia Homeschooling). Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia
Homeschooling:
https://youtu.be/mfcyq5MbZtw?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury
Ummah,
N. (2019, Mei 21). Cara Membentuk Karakter Anak!!! BINTANG MULIA
HOMESCHOOLING. Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia
Homeschooling:
https://youtu.be/_hwbyEkafEA?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury
Ummah,
N. (2019, Mei 15). Inilah Penyebab Lunturnya Budaya Sopan Santun Siswa Pada
Guru!!! BINTANG MULIA HOMESCHOOLING. Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube
Bintang Mulia Homeschooling:
https://youtu.be/Mj4jdsMeDGw?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury
Ummah,
N. (2019, Mei 3). Jika Anak Berbuat Salah, ORTU Harus Gimana??? BINTANG
MULIA HOMESCHOOLING. Dipetik Juni 7, 2019, dari YouTube Bintang Mulia
Homeschooling:
https://youtu.be/aP-50fLpElU?list=PLxmHpOS-JErNd7FQ_rF2sXSc38S0sbury
Ummah,
N. (2021, Juni 17). ikak (@ikak_77) • Instagram photos and videos.
Dipetik Juni 17, 2021, dari Instagram @ikak_77:
https://www.instagram.com/p/CQOUiVMHQ1L/