Sari
Catatan
ini ditulis sebagai panduan kasar menulis artikel akademik, untuk semua orang
dari beragam latar belakang yang memiliki keinginan menerbitkan artikel dengan
format akademik seperti melalui jurnal dan/atau terlibat kolokium.
Kata-kata
Kunci: Artikel; Jurnal; Karya Tulis; Kerja Ilmiah; Kolokium;
A. Pengantar
Kalau
ada satu karya tulis dalam bentuk apapun tentang panduan menulis artikel dengan
format akademik maupun populer, saya berharap itu ditulis oleh Surotul Ilmiyah.
Soalnya Ilmy yang mendidik saya sejak blas sampai yabeginilah.
Namun, karena Ilmy sampai sekarang belum memenuhi permintaan saya, mungkin
catatan ini dapat menjadi adhoc.
Istilah
artikel di sini dibatasi kepada artikel yang ditulis dengan format akademik.
Biasanya artikel jenis demikian disebut artikel ilmiah, karya ilmiah, atau
jurnal ilmiah. Namun, saya enggan menyebut demikian karena membuka peluang
penyempitan makna ‘ilmiah’.
Saya
sendiri lebih suka format penulisan artikel populer, tapi untuk saat ini lebih
meriak dengan artikel akademik. Penulisan esai ini adalah bentuk peniruan
terhadap Teknis Penulisan
Ilmiah Populer: Catatan Pengalaman buatan Indra Jaya Piliang
Penulisan
catatan ini dibatasi kepada bentuk common artikel akademik, yang mungkin
tidak dapat mencakup keseluruhan format penulisan. Contoh yang dipakai di sini
diambil dari beberapa artikel kesukaan saya serta tesis untuk bagian tertentu.
Kalau ditelisik, beberapa contoh yang saya hidangkan di sini (selain artikel
sendiri), kerap saya tiru dari formasi kalimat atau bentuk penuturan. Sekali
lagi, “Imitation is the sincerest form of flattery.”
B. Susunan Penulisan Artikel Akademik
Kalau
diamati sekilas, susunan penulisan artikel akademik secara umum terdiri dari:
1. |
Judul |
(Title) |
2. |
Penulis |
(Author) |
3. |
Lembaga |
(Affiliation) |
4. |
Kontak |
(Contact) |
5. |
Sari |
(Abstract) |
6. |
Pengantar |
(Introduction) |
7. |
Bahan
dan Metode |
(Materials
and Method) |
8. |
Hasil |
(Results) |
9. |
Pembahasan |
(Discussion) |
10. |
Simpulan |
(Conclusion) |
11. |
Apresiasi |
(Acknowledgement) |
12 |
Referensi |
(References) |
Setiap
penerbit boleh jadi menggunakan istilah berbeda untuk setiap bagian, tapi
isinya sama saja. Misalnya ada penerbit yang menggunakan kata Pendahuluan
untuk Pengantar, bisa Background atau Introduction. Tidak
jarang pula terbitan memakai kata Simpulan atau Penutup, ada yang
Summary atau Conclusion.
1. Judul (Title)
Apa
bagian artikel yang paling banyak dibaca oleh orang? Jawabannya pasti judul (title).
Saya tak punya data statistik untuk menentukan keabsahan jawaban ini, tapi saya
yakin ini tebakan yang mujur. Orang baru akan membaca bagian lain dari artikel
setelah memperlihatkan ketertarikan kepada judul. Kalau judul artikel
menunjukkan keterkaitan dengan bacaan yang dicari—terutama topik yang sedang
diteliti—biasanya orang tersebut akan membaca sari (abstract, resume,
ringkasan).
Judul
adalah gerbang utama ke dalam artikel, merek yang muncul dalam mesin pencari
daring (Google Scholar, Microsoft Academic, Inspire HEP, PubMed, dsb.) maupun
daftar isi terbitan, serta brand yang dapat melekat kepada penulis.
Karena itu, boleh dianggap bahwa nasib mujur atau ajur sebuah artikel
sebagian besar ditentukan oleh judul, sisanya mood-nya Roseanne Park (Rosé).
Sehingga judul perlu ditulis secara cermat agar dapat dibaca cepat.
Judul
adalah rangkuman paling ringkas dari artikel sebagai informasi untuk memberikan
gambaran tentang laporan penelitian yang disampaikan. Karena merupakan
rangkuman, selayaknya judul ditulis paling akhir setelah seluruh bagian artikel
selesai ditulis. Jadi judul benar-benar laiknya gerbang: tampak paling depan,
tapi dibuat paling akhir.
Memang
tidak ada larangan menulis judul lebih dulu, yang jelas sebelum proses
disudahi, sebaiknya diperiksa lagi supaya lebih selaras dengan artikel yang
ditulis. Untuk keperluan menulis judul, mungkin perlu memiliki kebiasaan
melihat-lihat artikel lain agar dapat melakukan dengan mudah. Selain untuk
menghibur diri (sebenarnya menyiksa sih), juga melatih intuisi.
Secara
pribadi, saya suka bentuk judul yang terdiri dari beberapa kata kunci beserta
kata hubung antar kata-kata tersebut. Misalnya dari judul Skripsi saya: Penerapan Pendekatan Saintifik untuk
Melatihkan Literasi Saintifik pada Topik Gerak Lurus di Sekolah Menengah
Pertama, terdiri dari 3 kata kunci: Pendekatan Saintifik,
Literasi Saintifik, dan Sekolah Menengah yang masing-masing diberi kata hubung
Pengalaman
lucu saya peroleh ketika melihat artikel terkait fisika kuantum. Artikel Über
quantentheoretische Umdeutung kinematischer und mechanischer Beziehungen
yang ditulis oleh Werner Karl Heisenberg
Kalau
dari bacaan pribadi, judul paling bagus buat saya ialah tesis buatan Richard
Phillips Feynman, fisikawan polimatik (juga problematik) favorit saya yang
kebetulan juga dikagumi oleh Buk Setiya Utari, pembimbing akademik dan seteru
saya dalam masalah berat badan. Judul The Principle of
Least Action in Quantum Mechanics yang ditulis oleh Dick Feynman
Pada
waktu itu saya hampir menulis judul Program Pembelajaran Biologi
Berorientasi Literasi Saintifik. Hanya saja, saya tak jadi menulis judul
dengan kalimat tersebut, walakin diimbuhi dengan kata depan Penyusunan.
Soalnya itu menjadi artikel yang saya rencanakan akan bersambung ala-ala Drama
Korea. Jadilah artikel itu berjudul Penyusunan
Program Pembelajaran Biologi Berorientasi Literasi Saintifik
Dalam
artikel saya tentang literasi finansial yang saya tulis bersama Mita
Puspaningrum dan Khoirul Umam
2. Sari (Abstract)
Secara
pribadi, saya menyebut abstrak dengan istilah “sari”, yang selaras dengan
definisi abstrak, tapi sebenarnya untuk mengapresiasi peran Dewi Ratna Sari
yang menjadi sekretaris saya ketika menjadi Pemimpin Umum BSO Santri. Sari (abstract
atau abstrak) adalah ringkasan artikel yang lebih informatif daripada judul.
Ketika orang yang tertarik kepada artikel setelah membaca judul, biasanya dia
akan membaca abstrak untuk memperoleh informasi lebih lengkap. Walau tak
menutup kemungkinan orang juga membaca abstrak lebih dulu tanpa peduli terhadap
judul.
Ketentuan
common untuk abstract ialah memuat komponen berupa: tujuan
penelitian, metode penelitian, hasil penelitian, serta simpulan yang diperoleh.
Artikel Trends of
research articles in the Korean Journal of Medical Education by social network
analysis yang ditulis oleh Sein Shin bersama Hyo Hyun Yoo
Purpose:
This aim of this study
is to examine trends in medical education research in the Korean Journal of
Medical Education (KJME) and suggest improvements for medical education
research.
Methods:
The main variables
were keywords from research papers that were published in KJME. Abstracts of
papers (n= 499) that were published from 1991 through 2015 were analyzed by
social network analysis (NetMiner 4.0) a common research methodfor trends in
academic subjects.
Results:
The most central
keywords were “medical education,” “clinical competence,” “medical student,”
and “curriculum.” After introduction into graduate medical school, newly
appearing keywords were “professional behavior,” “medical humanities,”
“communication,” and “physician-patient relation.” Based on these results, we
generated a schematic of the network, in which the five groups before
introduction to graduate medical school expanded to nine groups after
introduction.
Conclusion:
Medical education
research has been improving qualitatively and quantitatively, and research
subjects have been expanded, subdivided, and specific. While KJME has
encompassed medical education studies comprehensively, studies on medical
students have risen in number. Thus, the studies that are published in KJME
were consistent with the direction of journal and a new study on the changes in
medical education is being conducted.
Sementara
contoh latar belakang paling bagus yang disampaikan dalam abstrak antara lain
ditulis oleh Carl Richard Woese, Otto Kandler, dan Mark L. Wheelis
“Molecular structures
and sequences are generally more revealing of evolutionary relationships than
are classical phenotypes (particularly so among microorganisms). Consequently,
the basis for the definition of taxa has progressively shifted from the
organismal to the cellular to the molecular level. Molecular comparisons show
that life on this planet divides into three primary groupings, commonly known
as the eubacteria, the archaebacteria, and the eukaryotes. The three are very
dissimilar, the differences that separate them being of a more profound nature
than the differences that separate typical kingdoms, such as animals and
plants. Unfortunately, neither of the conventionally accepted views of the
natural relationships among living systems--i.e., the five-kingdom taxonomy or
the eukaryote-prokaryote dichotomy--reflects this primary tripartite division
of the living world. To remedy this situation we propose that a formal system
of organisms be established in which above the level of kingdom there exists a
new taxon called a “domain”.”
Abstrak
yang dibuat oleh Carl Richard Woese, Otto Kandler, dan Mark L. Wheelis
Buk Utari
memberi saran kepada saya pada 6 September 2016. Dalam obrolan sore hari
menjelang adzan Maghrib tersebut, Buk Utari bilang bahwa abstrak paling bagus
ialah yang memuat: tujuan penelitian, latar belakang penelitian, data yang
dibutuhkan, metode penelitian, instrumen penelitian, serta simpulan yang
diperoleh.
Gambaran
penerapan saran tersebut dapat dilihat melalui tesis yang ditulis oleh Buk Utari
pada 1 November 2010. Dalam tesis berjudul Pengembangan Program Perkuliahan
untuk Membekali Calon Guru dalam Merencanakan Kegiatan Eksperimen Fisika di
Sekolah Menengah, Utari
(a) Tujuan
penelitian: mendapatkan rancangan program kursus fisika yang melengkapi biaya
kuliah siswa untuk calon guru guna merencanakan kegiatan eksperimen fisika di
sekolah menengah;
(b) Latar belakang
penelitian: survei, analisis kurikulum, dan analisis keterampilan eksperimen
pelajar di Lembaga Pendidikan Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK);
(c) Data yang
dibutuhkan: analisis literatur terkait dan survei;
(d) Metode
penelitian: research and development (R&D);
(e) Instrumen
penelitian: tes program
(f) Simpulan yang
diperoleh: keterampilan memperoleh informasi melalui pencarian daring memiliki
efek langsung terbesar serta dapat memberikan efek tidak langsung melalui
keterampilan untuk merancang teknik pengukuran dan untuk tujuan eksperimen.
Empat
saran awal berupa tujuan penelitian, latar belakang penelitian, data yang
dibutuhkan, metode penelitian, instrumen penelitian adalah tembakan perdana Buk
Utari ketika menanggapi gagasan yang perlu penelitian. Biasanya tembakan
perdana itu ditanyakan kepada pelajar yang sedang dibimbing oleh Buk Utari
dalam menyelesaikan Skripsi atau Tesis. Cara tersebut cukup ampuh dalam menguji
tingkat keseriusan seseorang dalam merencanakan penelitian, karena dapat
dilakukan selama 1 menit. Jadi kalau direkam video bisa di-upload ke
akun Instagram, sebagai bukti bimbingan.
Secara
pribadi, saya cenderung menyusun komponen dalam abstrak berupa: tujuan
penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, simpulan yang diperoleh,
serta kelanjutan penelitian. Komponen berupa latar belakang penelitian dan data
yang dibutuhkan seperti disarankan oleh Utari tidak saya sertakan dalam abstrak
karena dapat membuat tuturan kian panjang. Apalagi belakangan, tepatnya sejak
mengerjakan artikel untuk kolokium di Universitas Negeri Surabaya pada 23 Maret
2019, saya mulai tertarik untuk menulis abstrak dengan format seperti Über
quantentheoretische Umdeutung kinematischer und mechanischer Beziehungen.
Dalam
artikel yang terbit pada September 1925 tersebut, Werner Karl Heisenberg
Abstrak
tersebut terbilang sakti karena dapat dibaca sebelum mata berkedip, tampak
bahwa Werner Heisenberg menantang jin ‘Ifrit untuk eksperimen buckyball.
Werner Heisenberg menulisnya saat berumur 24 tahun, ketika kehadirannya belum
di-reken sebagai sosok penting dalam fisika kuantum. Jadi, meminimalisir
cibiran bahwa abstrak tersebut diterima hanya karena nama besar penulisanya.
Bentuk
tiruan terhadap artikel tersebut yang saya buat untuk artikel saya ialah,
“Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendapatkan peningkatan kompetensi
literasi saintifik siswa setelah diterapkan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran biologi topik plantae dan animalia di sekolah menengah. Melalui
penelitian menggunakan desain time series diperoleh bahwa peningkatan di
kategori sedang dengan nilai sebesar 0,663.”
Contoh
bagus terkait penulisan abstrak yang membuat saya kesulitan untuk tidak
menyertakan simpulan, lagi-lagi, dari tesisnya Dick Feynman
Tidak
jarang penulis menunjukkan kekurangan penelitian yang disampaikan dalam
artikel. Tujuannya agar peneliti lain bersedia untuk merujuknya, guna
mengembangkan kerja yang telah dilakukan. Selain Dick Feynman, Carl Richard
Woese, Otto Kandler, dan Mark L. Wheelis
Kadang
juga terdapat penulis yang menyampaikan kelebihan penelitian, seperti dilakukan
oleh Catherine Hakim
Biasanya
banyak kata yang disediakan untuk bagian abstrak dibatasi sekitar 250 kata.
Namun, Irma Rahma Suwarma
Karena
abstrak adalah ringkasan artikel, saya harap penulis dapat menyusunnya supaya
pembaca dapat segera mengambil keputusan untuk terus membaca bagian selanjutnya
dari makalah tersebut atau berhenti sampai abstrak saja. Secara umum, dari
tuturan yang disajikan, abstrak sebaiknya memuat: latar belakang penelitian,
tujuan penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, simpulan yang
diperoleh, serta kelanjutan penelitian. Komponen yang hendak ditulis serta
bentuk penulisan bisa sesuai dengan selera penulis dan/atau ketentuan penerbit.
3. Pengantar (Introduction)
Pengantar
(Introduction) adalah bagian setelah Sari (Abstract) yang
disajikan sebagai pengantar kepada pembaca sebelum mencermati isi artikel. Karena
itu, Pengantar sebaiknya dimulai dari perkara umum yang mudah dipahami dan
diakhiri dengan hal khusus yang menjadi fokus laporan riset. Khusus untuk perkara
umum pada awal bagian Pengantar, kita lebih bebas menulis, dengan menitikberatkan
kepada informasi nilai penting topik riset yang disampaikan. Di sini kita
memiliki sedikit kelonggaran untuk mengutip artikel kita sebelumnya yang ada
kaitannya dengan topik yang dilaporkan meskipun sedikit.
Kalau
kita mengamati artikel akademik yang sudah terbit, tampak bahwa lazimnya bagian
Pengantar tersusun atas empat bagian:
a) Apa manfaat dan menariknya
riset yang dilaporkan?
b) Sudah sampai
mana perkembangan kontemporer tentang topik tersebut?
c) Apa celah yang masih ada?
d) Apa yang akan
dilakukan untuk mengisi celah tersebut?
Tampak
terdapat alur terstruktur dari runtutan empat bagian tersebut. Mulanya kita
mulai masuk dengan menjelaskan kemanfaatan dan kemenarikan topik riset yang
kita lakukan. Kemudian kita jelaskan status kontemporer riset tersebut, yaitu
sudah sampai mana capaian para peneliti yang berkaitan riset tersebut. Kemudian
kita masuk dengan memunculkan celah yang masih ada dalam peta riset terkait.
Terakhir kita jelaskan rencana yang akan kita lakukan untuk mengisi celah tersebut.
Struktur
tersebut menolong kita pada saat menulis bagian Pengantar, supaya tidak bingung
memulai penulisan. Alur ini memungkinkan bagian Pengantar hanya terdiri dari
empat paragraf, bahkan hanya satu paragraf saja kalau setiap poin dapat ditulis
dalam satu kalimat!
a) Apa manfaat dan menariknya riset yang dilaporkan?
Semua
yang kita lakukan pasti ada bermanfaat dan menarik buat diri kita sendiri.
Namun, dalam pelaporan riset dalam bentuk penulisan artikel akademik,
kemanfaatan dan kemenarikan dilihat dari sisi masyarakat umum maupun kelompok
khusus yaitu para peneliti ilmu tertentu. Karena itu, ketika kita melakukan
riset, kita harus yakin dan dapat meyakinkan orang lain bahwa topik yang akan dikaji
bermanfaat dan menarik.
Pada
bagian awal Pengantar ini kita mengulas secara umum kemanfaatan dan kemenarikan
menariknya topik riset yang disampaikan. Bagian ini dapat dicontoh dari artikel
orang lain yang mengerjakan topik yang sama. Kita bisa membaca bagian awal
Pengantar artikel orang lain yang berisi topik yang sama, lalu menulis ulang
dengan kalimat kita sendiri. Walau kita menulis dengan kalimat sendiri, kita tetap
harus merujuk artikel orang tersebut karena idenya dari orang tersebut.
Berikut
adalah contoh bagian “Apa manfaat dan menariknya riset yang dilaporkan?”
yang saya ambil dari artikel keroyokan dengan Buk Setiya Utari dan Pak Muhamad
Gina Nugraha:
“Penelitian deskriptif
ini bertujuan untuk mengetahui kualitas rancangan soal domain kompetensi
literasi saintifik siswa sekolah menengah pertama (SMP) pada topik gerak lurus
serta mengetahui perbaikan dari soal ini. Konstruksi disusun berdasarkan profil
kesulitan literasi sains dan analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang digunakan. Rancangan soal menjadi acuan untuk menganalisis kesulitan
literasi saintifik siswa SMP kelas VIII pada topik gerak lurus serta
merekonstruksi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang melatihkan literasi
saintifik.”
Sisi kemanfaatan
tampak dalam tuturan, “Rancangan soal menjadi acuan untuk menganalisis
kesulitan literasi saintifik siswa SMP kelas VIII pada topik gerak lurus serta
merekonstruksi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang melatihkan literasi
saintifik.” Sementara sisi kemenarikan tampak dalam tuturan, “Konstruksi
disusun berdasarkan profil kesulitan literasi sains dan analisis Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan.”
Contoh
lain bagian “Apa manfaat dan menariknya riset yang dilaporkan?” juga
tampak dari dari artikel karya duo Sarah Miller dan Kimberly D. Tanner berikut:
“We have chosen 50 key
terms that scientists will likely encounter in any exploration of biology
education. To provide a framework for how these terms might connect together
for instructors, we have used the organizing framework of scientific
teaching, in which there is no prescribed or correct way to teach; rather,
instructors are expected to apply scientific principles to their classroom
teaching efforts.”
Sisi
kemenarikan tampak dalam tuturan, “We have chosen 50 key terms that scientists
will likely encounter in any exploration of biology education.” Untuk
kemanfaatan, memang tersirat, karena dengan adanya 50 istilah kunci tersebut,
memudahkan pemula untuk memasuki peta pendidikan Biologi.
b) Sudah sampai mana perkembangan kontemporer tentang topik
tersebut?
Buk
Utari ketika menanggapi penyajian usulan (proposal) riset skripsi saya pada 6
September 2016, menyampaikan bahwa saya lebih perlu melakukan kajian pustaka ketimbang
tinjauan teoretis. Pada waktu itu, Buk Utari menyampaikan secara gamblang
pembedaan “kajian pustaka” dengan “tinjauan teoretis”, yang kemudian didukung
oleh Pak Gin Gin. Pembedaan tersebut memengaruhi kecenderungan saya untuk lebih
menitikberatakan “kajian pustaka” ketimbang “tinjauan teoretis” ketika sedang
melaporkan riset dalam bentuk penulisan artikel akademik. Sisi “kajian pustaka”
itulah yang menjadi inti dari bagian “Sudah sampai mana perkembangan
kontemporer tentang topik tersebut?”.
Tak
bisa dimungkiri bahwa bagian ini memaksa kita untuk mencari hasil riset terbaru
tentang topik yang sedang dikerjakan. Pada masa lalu, letak kesulitan
barangkali ialah mencari, karena keterbatasan ruang dan waktu dalam mengakses
informasi kontemporer riset menjadi hambatan tersendiri bagi setiap peneliti.
Namun pada masa kini, letak kesulitan tampak bergeser yakni membaca, seiring
kemudahan dalam mengakses dan inflasi publikasi membuat peneliti perlu membaca
dengan cermat artikel yang baik dijadikan rujukan untuk mengetahui perkembangan
kontemporer.
Berikut
adalah contoh bagian “Sudah sampai mana perkembangan kontemporer tentang
topik tersebut?” yang saya ambil dari artikel debut dalam pendidikan dasar,:
“... kajian PISA pada
2006–2019 dan beberapa karya ilmiah pada periode itu, telah menemukan bahwa
pembelajaran secara umum tidak dapat membimbing pelajar secara optimal untuk
mencapai literasi saintifik (OECD, 2019b; Setiawan, 2019a; 2017; Rosser, 2018;
Setiawan, dkk., 2017; Utari, dkk., 2017; OECD/ADB, 2015; Juliani, 2015;
Adisendjaja, 2008).”
Penulisan
referensi yang disajikan menunjukkan bahwa tuturan tersebut didasarkan kepada 9
kajian pustaka yang dilakukan.
Untuk
mengurangi beban dalam membaca hasil riset kontemporer, baik juga kalau kita
membaca artikel review seperti dilakukan oleh Yeping Li, Ke Wang, Yu
Xiao, dan Jeffrey E. Froyd ketika menelaah secara sistematik jurnal dalam
pendidikan STEM berikut:
“A recent review of 144
publications in the International Journal of STEM Education (IJ-STEM) showed
how scholarship in science, technology, engineering, and mathematics (STEM)
education developed between August 2014 and the end of 2018 through the lens of
one journal (Li, Froyd, & Wang, 2019).”
Penulisan
referensi yang disajikan menunjukkan bahwa tuturan tersebut didasarkan kepada
artikel review yang telah diterbitkan lebih dahulu.
c) Apa celah yang masih ada?
Bagian
ini menuntut kita untuk peka dalam membaca celah setelah melakukan kajian
pustaka. Kepekaan inilah yang menjadi kunci kita untuk mengungkap tujuan riset.
Celah dapat berupa masalah yang belum dipecahakan, pemecahan masalah belum
optimal, maupun berupa potensi yang masih bisa dikembangkan. Seperti pada
bagian “Sudah sampai mana perkembangan kontemporer tentang topik tersebut?”,
bagian “Apa celah yang masih ada?” juga memaksa kita untuk mencari hasil
riset terbaru tentang topik yang sedang dikerjakan—baik dengan membaca artikel
eceran maupun review.
Berikut
adalah contoh bagian “Apa celah yang masih ada?” yang saya ambil dari
artikel tentang kaitan fiqh mu’āmalāt dengan literasi finansial:
“Berdasarkan sebaran
informasi yang disampaikan, kami memandang bahwa fiqh mu’āmalāt dan literasi
finansial dapat dipadukan ke dalam program pembelajaran. Program tersebut dapat
diwujudkan dengan cara mengkaji indikator yang dibekalkan kepada pelajar, bukan
sekadar membiasakan mengerjakan soal literasi finansial yang diperkaya topik
fiqh mu’āmalāt.”
Celah
yang saya temukan dalam artikel tersebut ialah belum terdapat program
pembelajaran yang memadukan fiqh mu’āmalāt dan literasi finansial.
Contoh
lain bagian “Apa celah yang masih ada?” juga tampak dari dari artikel revolusioner
karya Catherine Hakim berikut:
“The expanding importance
of self-service mating and marriage markets, speed dating, and Internet dating
contributes to the increasing value of erotic capital in the 21st century.
Sociology must rise to the challenge of incorporating erotic capital into
theory and empirical research.”
Celah
yang tampak dalam artikel tersebut ialah para pakar sosiologi terkesan belum
siap dalam menghadapi tantangan pasar perkawinan yang kian meningkat.
d) Apa yang akan dilakukan untuk mengisi celah tersebut?
Bagian
ini menuntut kita untuk cerdik dalam meletakkan artikel kita ke dalam peta peta
riset. Kecerdikan inilah yang perlu diungkapkan dalam bentuk menyampaikan, “Apa
yang akan dilakukan untuk mengisi celah tersebut?”. Kalau celah berupa
masalah yang belum dipecahakan, yang perlu kita lakukan tentu saja memecahkan
masalah tersebut. Kalau celah berupa pemecahan masalah belum optimal, perlakuan
dari kita tentu mencari cara supaya pemecahan masalah bisa optimal. Sementara
kalau celah berupa potensi yang masih bisa dikembangkan, tugas kita ialah
mengembangkan potensi tersebut.
Berikut
adalah contoh bagian “Apa yang akan dilakukan untuk mengisi celah tersebut?”
yang saya ambil dari artikel tentang kaitan fiqh mu’āmalāt dengan literasi
finansial:
“Karena itu, riset ini
diarahkan untuk menyusun program pembelajaran untuk mewujudkan pendidikan
literasi finansial melalui pembelajaran fiqh mu’āmalāt berbasis kitab kuning.”
Celah
yang saya temukan mendorong untuk mengisinya dengan cara mengembangkan potensi
berupa program pembelajaran yang memadukan fiqh mu’āmalāt dan literasi
finansial.
Contoh
lain bagian “Apa celah yang masih ada?” juga tampak dari dari artikel
revolusioner karya Catherine Hakim berikut:
“This paper presents a
theory of erotic capital and its applications in studies of social mobility,
the labour market, mating, and other topics.”
Celah
yang ditemukan mendorong Catherine Hakim untuk mengisinya dengan menyajikan
perspektif baru berupa erotic capital supaya pemecahan masalah bisa
optimal.
Bibliografi
Feynman,
R. P. (1942). The Principle of Least Action in Quantum Mechanics.
Princeton, New Jersey, United States of America: Princeton University.
Hakim,
C. (2010, Maret 19). Erotic Capital. European Sociological Review, 26(5),
499–518.
Hawking,
S. W. (2013). My Brief History. New York City, New York, United States
of America: Bantam Books.
Heisenberg,
W. K. (1925, September 22). Über quantentheoretische Umdeutung kinematischer
und mechanischer Beziehungen. Zeitschrift für Physik, 33, 879–893.
Irlanie,
C. C. (2017, Juli 16). 5 Tips Menulis Ringan,Berisi, dan Berkelas.
Dipetik November 13, 2019, dari Caniaksara:
http://cittairlanie.com/2017/07/16/tips-menulis/
Li,
Y., Wang, K., Xiao, Y., & Froyd, J. E. (2020, Maret 10). Research and
trends in STEM education: a systematic review of journal publications. International
Journal of STEM Education, 7(11), 1–16.
Miller,
S., & Tanner, K. D. (2017, Oktober 13). A Portal into Biology Education:
An Annotated List of Commonly Encountered Terms. CBE—Life Sciences Education,
14(2), 1–14.
Piliang,
I. J. (2018, Juni 5). Teknis Penulisan Ilmiah Populer: Catatan Pengalaman.
Dipetik November 13, 2019, dari Alobatnic:
https://alobatnic.blogspot.com/2018/06/teknis-penulisan-ilmiah-populer-catatan.html
Setiawan,
A. R. (2017). Penerapan Pendekatan Saintifik untuk Melatihkan Literasi
Saintifik dalam Domain Kompetensi pada Topik Gerak Lurus di Sekolah Menengah
Pertama. (S. Utari, & M. G. Nugraha, Penyunt.) Bandung, Jawa Barat,
Republik Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia.
Setiawan,
A. R. (2019, Juni 26). Peningkatan Literasi Saintifik melalui Pembelajaran
Biologi Menggunakan Pendekatan Saintifik. Journal of Biology Education, 2(1),
223–235.
Setiawan,
A. R. (2020, Januari 24). Pembelajaran Tematik Berorientasi Literasi Saintifik.
(Fadhilaturrahmi, Penyunt.) Jurnal BasicEdu, 4(1), 71–80.
Setiawan,
A. R. (2020, Maret 1). Pendidikan Literasi Finansial Melalui Pembelajaran
Fiqh Mu’āmalāt Berbasis Kitab Kuning. Nazhruna, 3(1), 138–159.
Setiawan,
A. R. (2020). Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Biologi
sebagai Upaya Melatih Literasi Saintifik. Prosiding Seminar Nasional
Biologi 2019 Inovasi Penelitian dan Pembelajaran Biologi III (IP2B III)
(hal. 140–145). Surayaba: Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
Setiawan,
A. R. (2020). Penyusunan Program Pembelajaran Biologi Berorientasi Literasi
Saintifik. Seminar Nasional Sains & Entrepreneurship VI (SNSE VI)
(hal. 255-1–8). Semarang: Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).
Setiawan,
A. R., Puspaningrum, M., & Umam, K. (2020, Desember 6). Pembelajaran Fiqh
Mu’āmalāt Berorientasi Literasi Finansial. Tarbawy, 6(2), 187–102.
Setiawan,
A. R., Utari, S., & Nugraha, M. G. (2017, September 22). Mengonstruksi
Rancangan Soal Domain Kompetensi Literasi Saintifik Siswa SMP Kelas VIII pada
Topik Gerak Lurus. WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika), 2(2), 44–48.
Shin,
S., & Yoo, H. H. (2015, Desember 1). Trends of research articles in the
Korean Journal of Medical Education by social network analysis. Korean
Journal of Medical Education, 27(4), 247–254.
Suwarma,
I. R. (2014). Research on Theory and Practice STEM Education
Implementation in Japan and Indonesia using Multiple Intelligences Approach.
Shizuoka, Shizuoka, Japan: Shizuoka University.
Utari,
S. (2010). Pengembangan Program Perkuliahan untuk Membekali Calon Guru
dalam Merencanakan Kegiatan Eksperimen Fisika di Sekolah Menengah.
Bandung, Jawa Barat, Republik Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI).
Woese,
C. R., Kandler, O., & Wheelis, M. L. (1990). Towards a natural system of
organisms: proposal for the domains Archaea, Bacteria, and Eucarya. Proceedings
of the National Academy of Sciences of the United States of America. 87,
hal. 4576–4579. Washington, D.C.: National Academy of Sciences of the United
States of America.