Ketika Murid Benci Matematika

قَلِيْلٌ قَرَّ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ فَرَّ — الشَّيْخ الْمُقْرِئ مُحَمَّد أَرْوَانِى أَمِيْن الْقُدُّسِى
قَلِيْلٌ قَرَّ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ فَرَّ — الشَّيْخ الْمُقْرِئ مُحَمَّد أَرْوَانِى أَمِيْن الْقُدُّسِى

 

Belajar di sekolah bisa jadi sulit, terutama untuk anak-anak sekolah dasar. Kesulitan kian bertambah ketika datang saat untuk mempelajari mata pelajaran abstrak seperti matematika, meski di satu sisi ini bisa menjadi pengalaman yang luar biasa. Melihat simbol, huruf, dan memahami persamaan matematis dapat memberikan kesan bahwa matematika tidak dapat didekati dan sulit dipelajari, yang mengarah kepada keaktifan yang lebih rendah dalam pembelajaran.

 

Keadaan seperti itu, jika teringat tentang dikau tidak ditangani sejak usia dini, dapat berkontribusi kepada penurunan literasi matematis di kalangan anak-anak sekolah dasar. Hal ini telah terjadi di beberapa negara seperti Indonesia, yang menurut pemeringkatan Program for International Student Assessment (PISA) untuk matematika, anak-anak Indonesia tertinggal dalam literasi matematis dibandingkan dengan negara-negara seperti Korea Selatan, Singapura, dan Inggris. 

 

Pengalaman selama satu musim 2021/2022 memandu pembelajaran Matematika di kelas 4 MI NU TBS Kudus memberi saya pengalaman bahwa salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran dan pemahaman konsep matematika dasar ialah menggunakan gerakan tangan dan gerak tubuh. Saya merasa bahwa penggunaan gerakan tangan dan gerak tubuh bisa meningkatkan keterlibatan kognitif tingkat tinggi untuk pembelajaran yang efektif.

 

Selama musim yang memiliki jadwal pelajaran paling fleksibel tersebut, saya banyak meniru aksi panggung CL dalam semua konser 2NE1, yang menggunakan gerakan tangan dan gerakan untuk meningkatkan keaktifan rekan-rekannya (Park Bom, Dara, dan Minzy) dalam penampilan live, khususnya 3 konser tur utama 2NE1 (Nolza, New Evolution, dan All or Nothing). Aksi CL, buat saya, lebih cocok saya tiru ketimbang sesama leader girl group K-Pop lain, misalnya Kim Taeyeon di SNSD ataupun Nam Ji-hyun di 4MINUTE.

 

Berdasarkan pengalaman menonton konser girl group K-Pop yang saya tiru ke dalam utak-atik teaching style di dalam kelas tersebut, saya memandang bahwa belajar matematika mirip dengan belajar bahasa baru. Bahasa terdiri dari tiga elemen. Ada komunikasi verbal, yang menggunakan kata-kata untuk mengomunikasikan sesuatu. Lalu ada parabahasa, yang menggunakan nada vokal untuk menyampaikan emosi dan memberikan nuansa rasa setiap makna yang diucapkan. Serta ada kinesik yaitu ekspresi wajah, gerakan tangan, dan gerak tubuh yang membantu meningkatkan makna atau menyampaikan lebih banyak emosi terhadap komunikasi verbal.

 

Kita semua, seperti CL ketika manggung, menggunakan tiga elemen bahasa tersebut sepanjang waktu. Jika tidak, komunikasi dengan rekan mana pun tidak akan lengkap. Dalam berkomunikasi, orang perlu mendengar apa yang kita katakan, perlu melihat gerak tubuh kita, ekspresi wajah kita untuk menerima maksud yang utuh dan menyeluruh tentang arah ucapan kita. Jadi bayangkan mentransfer gagasan bahasa ini dengan ketiga elemen tersebut untuk digunakan dalam pembelajaran matematika.

 

Alih-alih hanya menggunakan kata-kata atau angka untuk menggambarkan suatu konsep, pengalaman tersebut mendorong saya untuk menggunakan cara pembelajaran yang lebih ekspresif untuk membangun lebih banyak isyarat memori guna memperkuat dan meningkatkan pemahaman konsep. Sebagai contoh, saya meminta murid menggunakan sobekan kertas untuk membuat bentuk seperti kodok yang ditunjukkan dan dijelaskan kepada mereka, dapat memberikan dorongan tambahan untuk belajar dan memahami konsep bentuk baru tentang bangun yang terbentuk dalam setiap tahap pembuatan kodok.

 

Sekarang dan selanjutnya, belajar matematika lebih dari sekedar belajar tentang bentuk. Untuk topik yang lebih akhir seperti statistik (ada di semua bab terakhir setiap kelas), saya menyadari kesulitan dalam menggunakan gerakan dan pembelajaran sentuhan untuk memahami dan mengajarkannya. Namun, saya menganggap bahwa itu bukan tidak mungkin. Ini akan membutuhkan pemikiran yang sangat cermat untuk merancang lesson plan pembelajaran, karena harus benar-benar memahami konsep yang diajarkan dan bisa merancang pembelajaran yang menarik – sekaligus tidak perlu give away segala.

 

Berdasarkan uraian singkat tapi kepanjangan tersebut, kalau masih mendapat kepercayaan dan kesempatan memandu pembelajaran Matematika di kelas 4 dan 5, riset musim berikutnya adalah melakukan kajian aktual di beberapa kelompok anak-anak dari berbagai kategori untuk menguji cara pengajaran yang diusulkan ini. Tujuan besar untuk fase berikutnya adalah mengujinya dalam kondisi lingkungan dan personal yang berbeda. Ada yang minat? Kontak saya saja melalui WhatsApp.

 

K.Jm.Po.011243.010722.03:49.