Mana yang Lebih Penting??? Nilai Angka atau Lifeskill??


 

Kegiatan apapun yang kita lakukan pasti pada akhirnya adalah yang ingin dicapai tujuannya, seperti halnya pendidikan. Nah, pendidikan buat anak-anak kita pasti yang kita tuju adalah tujuannya nanti akan bagaimana.

 

Apakah tujuan kita mendidik anak itu hanya si anak nantinya mendapatkan nilai yang bagus? Ataukah si anak ini nanti kedepannya tujuan yang kita tentukan adalah dia bisa merubah dirinya ataupun lingkungannya? Ya, di sini dalam artian lifeskill-nya yang akan berubah.

 

Oke. Kita tentukan dulu tujuan itu, yang mana yang akan kita pilih. Nah kalau kita misalkan menentukan tujuan pendidikan hanyalah nilai angka, jadi nanti kedepannya si anak kita hanya bisa mencapai nilai angka dalam kehidupannya. Tapi berbeda kalau misalkan tujuan kita mendidik anak adalah supaya si anak ini bisa merubah diri dan lingkungannya, berarti nanti kedepannya si anak ini bisa menjadi orang yang bermanfaat buat semua orang. Nah, disitu berarti yang kita tetapkan adalah lifeskill-nya yang akan dituju itu.

 

Ok, kemudian lifeskill itu apa saja?

 

Ok, lifeskill itu adalah learning to know, ya mmm belajar tentang mengetahui. Nah pengetahuan apa saja nanti yang akan ditetapkan untuk si anak tersebut? OK, learning to know. Learning to know itu adalah keterampilan si anak untuk memecahkan masalah. Jadi si anak ini nantinya bisa menganalisis masalah-masalah yang akan dia temui. Kemudian setelah masalah itu dianalisis, nah si anak ini akan bisa menemukan solusi-solusi buat permasalahan dia tersebut. Oke, itu adalah yang pertama: learning to know.

 

Kemudian yang kedua adalah learning to be, ya belajar untuk menjadi. Nah, disini adalah keterampilan dia untuk interpersonalnya, sepertihalnya kepercayaan diri anak: bagaimana dia bisa mendapatkan kepercayaan diri itu. Nah, apakah hanya dengan nilai si anak ini nantinya akan menjadi percaya diri?

 

Keterampilan untuk dia sadar diri. Ya sadar diri disini adalah bagaimana dia bisa menempatkan dirinya itu pada saat nantinya dia dewasa, bagaimana pada saat dia menjadi pemimpin, kemudian bagaimana misalkan pada saat dia menjadi karyawan dan sebagainya. Yang selanjutnya adalah keterampilan evaluasi diri. Ya jadi si anak ini nantinya bisa mengevaluasi dirinya, ya bisa menempatkan dia di posisi manapun.

 

Yang kedua dari learning to be adalah keterampilan pada saat dia mengelola perasaan. Jadi mengelola perasaan ini bagaimana saat dia marah, bagaimana saat dia bersedih, nah itu dia bisa mengontrol dirinya dan tidak ditunjukkan di semua tempat. Misalkan dia sudah bekerja, nah pada saat jam kerja itu dia bisa mengelola atau amarahnya tersebut.

 

Yang ketiga adalah keterampilan mengelola stres. Ya jadi nantinya si anak ini juga bisa me-manage dirinya untuk bagaimana supaya dia itu bisa menempatkan dirinya.

 

Yang ketiga adalah learning to live together, ya bagaimana pembelajaran pada saat dia bersama-sama atau dalam kelompok.

 

Keterampilan yang pertama adalah keterampilan pada saat dia berkomunikasi. Jadi si anak ini, kita, dari kecil kita latih bagaimana cara berkomunikasi. Ya misalkan bagaimana menghadapi orang dewasa, bagaimana cara menghadapi teman sebaya, bagaimana cara berkomunikasi dengan orang yang lebih muda dari dia. Nah itu harus kita ajarkan dari kecil bagaimana si anak ini supaya nanti kedepannya bisa berkomunikasi itu bisa menempatkan dirinya.

 

Yang selanjutnya adalah keterampilan dalam bernegosiasi dan menolak. Nah biasanya yang terjadi di sekolah formal ini si anak itu tidak diajarkan untuk menolak. Ya jadi apapun yang diberikan oleh guru itu harus ditaati, harus dipatuhi, nah tanpa diberikan waktu untuk si anak ini menyampaikan pendapatnya. Nah jadi disini kita melatih anak kita untuk cara-cara dia bernegosiasi dan untuk menolak.

 

Kemudian yang selanjutnya adalah keterampilan untuk bekerjasama dalam kelompok. Nah ini yang paling penting, karena nantinya pada saat si anak dewasa ini, aaa, pasti kehidupannya akan berkelompok ataupun bersosialisasi, bermasyarakat dengan orang lain. Nah kalau kita tidak memberikan bekal kepada anak kita untuk bagaimana cara berkelompok yang baik nantinya pasti akan timbul persaingan-persaingan yang tidak sehat. Nah maka dari kecil ataupun dari sejak anak kita masih kecil kita ajarkan untuk cara dia bekerjasama dengan orang lain dengan cara menghargai ataupun memberikan penghargaan pada satu kelompoknya tersebut.

 

Nah itulah tentang lifeskill. Jadi di Bintang Mulia homeschooling kurikulumnya nanti bukan hanya yang dikejar bukan hanya nilai-nilai untuk mencapai nilai, misalkan matematika harus 8 ataupun 9 dan pelajaran yang lain ditargetkan untuk dapat nilai yang bagus. Jadi kurikulum di Bintang Mulia Homeschooling bukan hanya itu saja, tapi si anak ini dibekali dengan lifeskill-lifeskill yang nantinya akan dibutuhkan si anak ini pada saat dia dewasa.

 

Nah itulah tadi tentang kurikulum di Bintang Mulia Homeschooling.