Revolusi
intelektual yang diprakarsai oleh Darwin memicu perdebatan besar. Yang menjadi
masalah secara ilmiah adalah bagaimana menjelaskan keanekaragaman organisme
hidup dan organisme sebelumnya yang terbukti dalam catatan fosil. Bumi
diketahui dihuni oleh ribuan jenis organisme yang berbeda, dan ada banyak bukti
bahwa pernah ada banyak jenis yang telah punah. Bagaimana mereka semua sampai
di sini? Sebelum masa Darwin, pandangan yang berlaku adalah bahwa spesies tidak
berubah, bahwa sejak awal waktu semua spesies yang diketahui persis sama
seperti saat ini. Mungkin, pada kesempatan langka, seluruh spesies mungkin
lenyap karena bencana atau dengan kalah dari spesies lain dalam persaingan
untuk mendapatkan makanan; tetapi tidak ada spesies baru yang bisa muncul.
Namun
demikian, pada awal abad kesembilan belas, gagasan evolusi spesies mulai
muncul. Satu garis pemikiran adalah bahwa organisme akan berubah sedikit selama
masa hidup mereka dalam menanggapi kondisi lingkungan, dan bahwa perubahan itu
dapat diteruskan kepada keturunannya. (Satu pandangan, misalnya, adalah bahwa
dengan merentangkan meraih daun-daun tinggi di pohon, jerapah — dari generasi
ke generasi — telah mengembangkan leher panjang). Darwin menawarkan mekanisme
evolusi yang sangat berbeda. Dia berteori bahwa variasi yang diwariskan di
antara individu-individu dalam suatu spesies membuat beberapa dari mereka lebih
mungkin bertahan hidup dan memiliki keturunan, dan bahwa keturunan mereka akan
mewarisi keunggulan-keunggulan itu.
Darwin
mempresentasikan teorinya, bersama dengan sejumlah besar bukti pendukung yang
dikumpulkan selama bertahun-tahun, dalam sebuah buku berjudul Origin of
Species, yang diterbitkan pada pertengahan abad ke-19. Efek dramatisnya pada
biologi dapat ditelusuri ke beberapa faktor: Argumen yang disajikan Darwin
menyapu, namun jelas dan dapat dimengerti; argumennya didukung di setiap titik
dengan kekayaan bukti biologis dan fosil; perbandingan seleksi alam dengan
"seleksi buatan" yang digunakan dalam pembiakan hewan sangat
meyakinkan; dan argumen tersebut memberikan kerangka kerja pemersatu untuk
memandu penelitian di masa depan.
Para
ilmuwan yang menentang model Darwinian melakukannya karena mereka
memperdebatkan beberapa mekanisme yang ia usulkan untuk seleksi alam, atau
karena mereka percaya bahwa itu tidak dapat diprediksi seperti halnya sains
Newton. Namun, pada awal abad kedua puluh, sebagian besar ahli biologi telah
menerima premis dasar bahwa spesies berangsur-angsur berubah, meskipun
mekanisme pewarisan biologis masih belum sepenuhnya dipahami. Hari ini
perdebatan tidak lagi tentang apakah evolusi terjadi tetapi tentang perincian
mekanisme yang dengannya terjadi.
Di
masyarakat umum, ada beberapa orang yang sama sekali menolak konsep evolusi —
bukan atas dasar ilmiah tetapi atas dasar apa yang mereka anggap sebagai
implikasinya yang tidak dapat diterima: bahwa manusia dan spesies lain memiliki
nenek moyang yang sama dan karena itu terkait; bahwa manusia dan organisme lain
mungkin dihasilkan dari suatu proses yang tidak memiliki arah dan tujuan; dan
bahwa manusia, seperti binatang tingkat rendah, terlibat dalam perjuangan untuk
bertahan hidup dan reproduksi. Dan bagi sebagian orang, konsep evolusi
melanggar catatan alkitabiah tentang penciptaan manusia secara khusus (dan
terpisah) dan semua spesies lainnya.
Pada
awal abad ke-20, karya peneliti Austria Gregor Mendel tentang karakteristik
yang diwariskan ditemukan kembali setelah berlalu tanpa diketahui selama
bertahun-tahun. Ia berpendapat bahwa sifat-sifat yang diwarisi oleh suatu
organisme tidak dihasilkan dari campuran cairan orangtua tetapi dari transmisi
partikel-partikel diskrit — yang sekarang disebut gen — dari masing-masing
orangtua. Jika organisme memiliki sejumlah besar partikel seperti itu dan
beberapa proses penyortiran acak terjadi selama reproduksi, maka variasi
individu dalam suatu spesies — penting untuk evolusi Darwin — akan mengikuti
secara alami.
Dalam
seperempat abad penemuan kembali karya Mendel, penemuan dengan mikroskop
menunjukkan bahwa gen diorganisasikan dalam untaian yang terpecah dan bergabung
kembali dengan cara yang melengkapi setiap sel telur atau sperma dengan
kombinasi gen yang berbeda. Pada pertengahan abad ke-20, gen telah ditemukan
sebagai bagian dari molekul DNA, yang mengontrol pembuatan bahan-bahan penting
dari mana organisme dibuat. Studi kimia DNA telah membawa dukungan kimia yang
dramatis untuk evolusi biologis: Kode genetik yang ditemukan dalam DNA adalah
sama untuk hampir semua spesies organisme, dari bakteri hingga manusia.
Dengan
demikian, kehadiran Islam (Arab: الإسلام)
sebagai satu set ajaran (Arab: الدين)
yang menyebarkan kasih tanpa pilih kasih kepada seluruh komponen alam raya
(Arab: رحمة للعالمين) hanya bisa
bermakna secara utuh kalau turut menyertakan aspek kesadaran terhadap
lingkungan (Inggris: environmental awareness). Fakta bahwa manusia
merupakan bagian dari siklus energi dan rantai materi alam raya yang saling
menopang harus menjadi bagian dari kesadaran beragama. Sehingga perlu
dikembangkan nilai persaudaraan lain yang tidak hanya ditujukan kepada sesama
manusia saja, tetapi kepada sesama makhluk Allah (alam raya). Persaudaraan
antar sesama manusia (Arab: أُخُوَّة
بَشَرِيَّة) sangat baik dalam menghadapi interaksi sosial yang majemuk.
Namun, persaudaraan antar sesama komponen alam raya (Arab: أُخُوّة
عَالَمِيّة) seperti dengan kucing, telo, dan udara juga perlu
dipupuk.