— basic
islamic studies for children from my traditional islamic perspective
بسم الله و الحمد لله
الذي يفتتح بحمده كل رسالة ومقالة والصلاة والسلام على سيدنا محمد ابن عبد الله صاحب
النبوة والرسالة وعلى آله وأصحابـه الهادين من الضلالة ومن تبع سنته وجماعته من
يومنا هذا إلى يوم النهضية
“I
have been interested in basic Islamic studies for children (it's equivalent for
beginner), for a long time and would like to discuss it based on the principle
that I have limitations. The main limitations is my very evident lack of
knowledge and understanding of religion (a lack which will grow more apparent
as we proceed). In the second place, from the way that I am preparing to write
this essay, it may seem that I am trying to telling how to teach Islamic
studies. But, I am not at all in any way, because I don't know anything about
small children. I have one brother (my children is yet to come...), so I know
that I don't know. As a matter of fact, I have experience in teaching students
in branches of science (natural sciences,
religious sciences, formal sciences, social sciences, as well as
interdisciplinary studies). As a result of the experience I know that I don't
know how to teach.”
—
Alobatnic, a huge fans of BLΛƆKPIИK’s Rosé
Membahas
tentang kajian keislaman (الدراسات
الإسلامية/Islamic studies) tingkat dasar, saya teringat dengan
beberapa tuturan berikut:
« يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا
تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ»
«بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ،
وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ»
«الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتُقِيمَ
الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ
اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا»
4. Pandangan
al-Ghozalī
dan Ibn Sīnā terkait pendidikan yang diulas cantik masing-masing oleh Nabil Nofal
dan Abd al-Rahman al Naqib
5.
Pandangan Nong Darol Mahmada terhadap Islam melalui beberapa artikelnya yang saya baca maupun ucapan yang disampaikan kepada saya
Nong Darol Mahmada, walau mungkin dianggap remeh oleh sebagian orang, buat saya
adalah teladan mengagumkan. Makanya setiap berjumpa dengannya, saya selalu
berusaha untuk mencium tangannya laiknya kebiasaan santri pada umumnya, meski
dirinya kerap buru-buru menarik tangannya. Apalagi Mbak Nong, sapaan saya
kepadanya, dapat dibilang sebagai guru dalam arti sempit yakni mendidik saya secara
langsung. Dirinya bukanlah orang yang memengaruhi saya melalui karya belaka,
melainkan dari interaksi yang dijalin bersama.
Peran
paling penting Mbak Nong bermula dari tuturan yang ditulis dalam artikel Membangun Fikih yangPro-Perempuan, “Bangunan dan hasil pemikiran atau ijtihad para ulama
klasik terhadap penafsiran Alquran dan hadis atau biasa disebut fikih menjadi
landasan legal-formal umat Islam dalam beribadah dan berkehidupan sosial. Dalam
fikih itulah semua kehidupan umat Islam diatur, dari kehidupan pribadi seperti
nikah, puasa, zakat, salat, dan khitan, hingga kehidupan sosial dan politik.”
Dari
situlah saya kemudian mendapatkan pintu paling enak buat memahami Islam secara
sistematis. Kekhasan Fikih berupa uraian kontennya disusun urut dari kebutuhan
personal sampai publik, dengan langkah penyusunan yang dapat dilakukan kembali
oleh orang lain, yang hasilnya dapat dijustifikasi berdasarkan kaidah yang
jelas, selaras dengan kecenderungan saya yang menyukai Fisika. Tidak sulit buat
saya untuk menerima konstruksi Fikih yang demikian, walau dari sisi sumber pengambilan
bahan kajian memang berbeda seutuhnya dengan Fisika.
Dalam
perjalanan pribadi selama mempelajari Islam sendiri, Fikih memang sangat
dominan, khususnya sejak menjadi murid Pak Muhammad Arifin Fanani. Menjadi
murid Pak Arifin sebagai santri mukim di MUS-YQ yang diasuhnya, adalah anugerah
tersendiri buat saya. Ragam model pembelajaran Fikih, mulai bandongan, sorogan,
sampai musyawaroh tidak hanya menunjukkan cara belajar, juga mengajar. Karena
itu, mohon maaf kalau Fikih terasa sangat mendominasi dalam esai yang fokus
kepada pertanyaan berikut:
1. Apa kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kajian
keislaman tingkat dasar?
2. Bagaimana struktur kurikulum untuk
memenuhi kebutuhan tersebut?
3. Mengapa struktur tersebut lebih dipilih
ketimbang yang lain?
To
be continued...
K.Sn.Wg.080540.140119.00:16