Mabādī ‘Asyroh Fisika


Mabādī ‘Asyroh Fisika (مَبَادِى عَشْرَة عِلْم الفيزيقا); Roseanne Park(Hangul: 박채영) a.k.a. Rosé pada detik ke-54 dalam music video Ddu-Du Ddu-Du (Hangul: 뚜두뚜두) dari BLΛƆKPIИK (Hangul: 블랙핑크).

Mabādī ‘asyroh (Arab: مَبَادِى عَشْرَة) adalah sepuluh indikator yang dipakai untuk menguraikan setiap disiplin ilmu yang tersusun dalam bentuk naḍom (Arab: نَظَم). Naḍom tersebut merupakan karya dari Abū al-'Irfān Muḥammad ibn 'Alī al-Ṣobbān (Arab: أبو العرفان محمد بن علي الصبان) yang disampaikan melalui bukunya Ḥāshīyat 'alā Syarḥ al-'Allāmah al-Mullawī 'alā al-Sullam al-Munawwraqi (Arab: حاشية الصبان على شرح الملوى على السلم المنورق) terdiri dari tiga bait berikut:
إِنَّ مَبَادِى كُلِّ فَنٍّ عَشرَةْ الحَدُّ وَالمَوْضُوْعُ ثُمَّ الثَّمرَةْ
وَنِسْبَةٌ وَفَضْلُهُ وَالوَاضِعُ وَالاسْمُ الاِسْتِمْدَادُ حُكْمُ الشَّارِعُ
مَسَائِلُ وَالبَعْضُ بِالبَعْضِ اكْتَفَى وَمَنْ دَرَى الجَمِيْعَ حَازَ الشَّرَفَا
yang dapat dialihbahasakan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia menjadi:
“Pengantar dalam setiap disiplin ilmu itu ada sepuluh, yaitu: (1) definisi; (2) objek; (3) hasil; (4) hubungan; (5) keistimewaan; (6) perintis; (7) sebutan; (8) pengambilan; (9) hukum syar’i; serta (10) permasalahan; yang kesepuluhnya saling melengkapi. Siapapun yang menguasai semuanya akan meraih kemuliaan.”

Naḍom mabādī ‘asyroh tersebut biasanya muncul dalam bagian pengantar disiplin ilmu, misalnya dalam Fiqh, Qowā’id al-Fiqh, dan al-Ḥadīts. Tujuannya agar orang yang ingin belajar dapat mengenali disiplin ilmu tersebut sebagai bahan menentukan prioritas belajar berdasarkan pandangan, pengalaman, dan kebutuhan. Namun, melalui kajian pustaka belum ditemukan penggunaan naḍom mabādī ‘asyroh dalam bagian pengantar fisika. Berdasarkan keadaan inilah esai ini ditulis.

Uraian Seadanya Fisika berdasarkan Mabādī ‘Asyroh

(1) Definisi Esensial (الحَدُّ)

Fisika adalah cabang ilmu alam yang mempelajari tatanan alam, atau, dengan kata lain, mempelajari urutan teratur peristiwa.

(2) Objek Pembahasan (المَوْضُوْعُ)

Perubahan energi terkait dengan interaksi antar forsa yang terdapat di alam.

(3) Hasil Mempelajari (الثَّمرَةْ)

Hasil positif dapat menjadi sarana memudahkan keseharian manusia, seperti teknologi ketapel yang memudahkan manusia dalam melempar kerikil, serta hasil negatif dapat menjadi alat kejahatan, seperti menggunakan ketabel untuk melempar kerikil kepada orang yang bikin sebel.

(4) Hubungan dengan Ilmu Lain (النِسْبَةٌ)

Membantu pengembangan ilmu lain melalui penerapan (application) dari produk pembahasan. Misalnya penerapan produk pembahasan terkait cara pembentukan bayangan sebuah benda yang terkena cahaya, menghasilkan alat berupa lensa untuk memperbesar bayangan benda. Dari sini, benda berukuran kecil dapat dipelajari lebih rinci, sehingga turut mengembangkan Teori Sel dalam ilmu Biologi.

(5) Keistimewaan Dibandingkan dengan Ilmu Lain (الفَضْلُ)

Selain dapat digunakan melalui penerapan secara konkret berupa teknologi, fisika punya keistimewaan yang dapat dirasakan secara abstrak berupa mengembangkan pengertian terkait alam. Melalui pengertian ini, dapat menjadi sarana untuk mewujudkan persaudaran antar komponen alam raya (Arab أُخُوّة عَالَمِيّة; ukhuwwah ‘ālamiyyah).

(6) Perintis (الوَاضِعُ)

Thalēs (Yunani: Θαλῆς), lelaki asal Ionia (Yunani: Ἰωνία) yang lahir sekitar 624 SM dan wafat sekitar 546 SM, terutama setelah berhasil memprediksi gerhana Matahari pada 28 Mei 585 SM.

(7) Nama Ilmunya (الاسْمُ)

Pada masa sekarang, ilmu ini disebut dengan “Fisika”, diambil dari Bahasa Yunani “Physikḗ” (Yunani: φυσική) yang arti harfiahnya “pengetahuan tentang alam”. Pada masa lalu, juga disebut “Filsafat Alam”.

(8) Pengambilan Bahan Pembahasan (الاِسْتِمْدَادُ)

Bahan pembahasan Fisika diambil melalui pengamatan (observation) dan percobaan (experiment) terhadap benda yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah seperangkat langkah teratur dan terukur berupa mencakup identifikasi masalah, perumusan masalah, penentuan informasi yang dibutuhkan beserta cara memperolehnya, pembahasan informasi yang didapatkan, serta penyimpulan hasil pembahasan untuk membahas objek tertentu yang dipakai agar runtutan langkah pembahasan dapat dilakukan kembali oleh orang lain, sehingga hasilnya dapat diuji maupun dikembangkan secara berkelanjutan.

(9) Ḥukm al-Syar'i Mempelajari (الحُكْمُ الشَّارِعُ)

Abū Ḥāmid Muḥammad al-Ghozālī (Arab: أبو حامد محمد بن محمد الغزالي), sufi asal Iran, menyebut bahwa tidak terdapat dasar syar’i untuk memungkiri pembahasan fisika, sehingga al-Ghozālī menyimpulkan bahwa ḥukm al-syar’i mempelajari Fisika adalah fardhu kifāyat (Arab : فرض كفاية; keharusan yang bersifat kolektif). Kesimpulan dari al-Ghozālī dikuatkan oleh Abū Zakariyyā Yahyā an-Nawawī (Arab: أبو زكريا يحيى بن شرف النووي), faqih asal Syiria, yang menyebut bahwa pembahasan fisika bermanfaat untuk keseharian manusia.

(10) Permasalahan yang dibahas (المَسَائِلُ)

Secara umum permasalahan yang dibahas di fisika berupa fenomena alam, dari fenomena yang ditunjukkan oleh benda berukuran sangat kecil sampai sangat besar, mulai fenomena yang terletak sangat hingga sangat jauh dengan tempat tinggal manusia (Bumi). Banyak fenomena alam yang belum dapat diselesaikan oleh fisika, misalnya mengapa energi selalu lestari (tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan)?

Setelah Uraian, Lalu Apa?

Uraian seadaanya tersebut bias menjadi bahan obrolan yang dapat digunakan untuk melatih beberapa keterampilan. Berikut ini ialah contoh beberapa keterampilan yang dapat dilatih melalui obrolan tentang uraian tersebut, yang diadopsi dari kerangka kerja Literasi Ilmiah PISA (Program for International Student Assessment; Program Penilaian Pelajar Internasional).

Tabel 1. Indikator Keterampilan Rincian Naḍom Mabādī ‘Asyroh
No.
Naḍom Mabādī ‘Asyroh
Indikator Keterampilan
1
الحَدُّ
Definisi Esensial
Mengingat dan menerapkan pengetahuan ilmiah yang sesuai
2
المَوْضُوْعُ
Objek Pembahasan
Menganalisis dan menafsirkan data serta menarik kesimpulan yang tepat
3
الثَّمرَةْ
Hasil Mempelajari
Menjelaskan penerapan dari pengetahuan ilmiah untuk masyarakat
4
النِسْبَةٌ
Hubungan dengan Ilmu Lain
Menawarkanm hipotesis penjelasan
5
الفَضْلُ
Keistimewaan Dibandingkan dengan Ilmu Lain
Membedakan antara argumen yang didasarkan pada bukti dan teori ilmiah dengan argumen yang didasarkan pada pertimbangan lain
6
الوَاضِعُ
Peletak dasar
Mengidentifikasi asumsi-asumsi, bukti, dan penalaran dalam bacaan terkait fisika
7
الاِسْمُ
Nama Ilmunya
Menganalisis dan menafsirkan data serta menarik kesimpulan yang tepat
8
الاِسْتِمْدَادُ
Sumber Pengambilan Bahan Pembahasan
Menjelaskan dan mengevaluasi berbagai cara yang digunakan oleh ilmuan untuk memastikan keandalan data serta keobjektifan dan keumuman penjelasan
9
الحُكْمُ الشَّارِعُ
Hukum mempelajari (ditinjau secara syar'i)
Mengusulkan cara mengeksplorasi pertanyaan ilmiah yang diberikan
10
المَسَائِلُ
Permasalahan
Mengevaluasi cara mengeksplorasi pertanyaan ilmiah yang diberikan


K.Sn.Kl.220440.311218.13:23.

— Bibliografi

‘Abdullōh ibn Sa’id al-Laḥjī. (2013). Idhōh al-Qowā’id al-Fiqhiyyah li Ṭōlibi al-Madrosati al-Ṣulatiyatiyat, hlm. 14. Kuwait: Dar Aldheya.

‘Alawī ‘Abbās al-Mālikī & Ḥasan Sulaimān al-Naurī. (2008). Ibānatu al-Aḥkāmi Syarḥ Bulūghu al-Marōm, vol 1, hlm. 7. Beritut: Dār al-Fikr.

Abū al-Fatḥ Muḥammad ibn `Abd al-Karīm ash-Syahrastsānī. (2010). Al-Milal wa al-Niḥal, vol 2, hlm. 119. Amman: Muassasat al-Ḥalabi.

Abū al-'Irfān Muḥammad ibn 'Alī al-Ṣobbān. (1938). Ḥāshīyat 'alā Syarḥ al-'Allāmah al-Mullawī 'alā al-Sullam al-Munawwraq (3th ed.), hlm. 35. Kairo: Maṭba’at Muṣtafa al-Bābī al-Ḥalabī wa Awlādihi.

Abū Bakr ‘Utsman ibn Muḥammad al-Dimyāṭī. (1997). I'ānatu al-Ṭōlibīna, hlm. 21-2. Beirut: Dār al-Fikr.

Abū Ḥāmid Muḥammad al-Ghozālī. (2005). Iḥya` ‘Ulūmu al-Dīni, hlm. 24. Beirut: Dār ibn Ḥazm.

Abū Ḥāmid Muḥammad al-Ghozālī. (2010). Al-Munqidh min al-Ḍolāl wa al-Mauṣūl ilā dzi al-‘Izzati wa al-Jalāl, hlm. 6. Riyadh: Islamicbook.

Abū Zakariyyā Yahyā ibn Syarof an-Nawawī. (2005). Al-Majmū’, volume 1, hlm. 51. Jeddah: al-Irsyād.

David Halliday, Robert Resnick, dan Jearl Walker. (2007). Fundamentals of Physics (8th ed.), hlm. 3-8. Hoboken: John Wiley & Sons.

David Noel Freedman & Allen C. Myers. (2000). Eerdmans Dictionary of the Bible, hlm. 519. Amsterdam: Amsterdam University Press.

Douglas C. Giancoli. (2005). Physics Principles with Applications (6th ed.), hlm. 1-15. Upper Saddle River: Prentice Hall.

Henry George Liddell & Robert Scott. (1940). A Greek-English Lexicon. Oxford: Clarendon Press.

Howard Gest. (2004). The Discovery of Microorganisms by Robert Hooke and Antoni van Leeuwenhoek, Fellows of The Royal Society, hlm. 187-8. Notes and Records of the Royal Society of London, 58 (2), hlm. 187–201.

Jack R. Fraenkel & Norman E. Wallen. (2009). How to Design and Evaluate Research in Education (7th ed.), hlm. 5-7. McGraw-hill.

James Clerk Maxwell. (1925). Matter and Motion, hlm 1. London: Sheldon Press.

OECD. (2015). PISA 2015 Draft Science Framework March 2013, hlm. 15-6.. Paris: OECD Publishing.

Richard Phillips Feynman. (2011). Six Easy Pieces, hlm. 47. New York City: Basic Books.

Stephen William Hawking & Leonard Mlodinow. (2010). The Grand Design, hlm 2 & 11-2. New York City: Bantam Books.

“The Nimrud Lens / The Layard Lens”. Koleksi British Museum sumbangan dari Austen Henry Layard pada 1850.

— Fotografi

Roseanne ParkHangul: 박채영) a.k.a. Rosé pada detik ke-54 dalam music video Ddu-Du Ddu-Du (Hangul: 뚜두뚜두) dari BLΛƆKPIИK (Hangul: 블랙핑크).