Into the New World (다시 만난 세계)



Gambling (dalam arti ‘take risky action in the hope of a desired result’ bukan ‘play games of chance for money’) terbesar sepanjang menjadi pengajar Biologi, so far, saya lakukan pada Oktober 2018 ini, paling parah pada tanggal 21 dan 23. Kedua tanggal tersebut ialah pelaksanaan Tes Unit ke-4 Biologi, pertama setelah Ujian Tengah Semester (UTS) I. Gambling-nya ialah pada soal yang disusun. Terdapat 20 butir soal, yang dikelompokkan ke dalam 6 bagian. Masing-masing bagian merupakan tujuan pembelajaran K.D. 3.5 & 4.5. berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi masa kerja Anies Baswedan.[0] Pada bagian A, B, dan C, soal terkait dengan Biologi ‘murni’, sedangkan pada bagian D, E, dan F, adalah Biologi ‘oplosan’ yang secara berurutan Kimia, Fisika, dan Matematika.

Terus terang soal itu tidak disusun secara rumit, malah terkesan sebagai uraian (pertanyaan yang diberikan dan jawaban yang diharapkan) mendadak. Tes unit pun dilaksanakan secara individual open book yang saya sarankan membawa kalkulator. Terus terang juga soal itu sengaja dibuat atas dasar keinginan meraih perhatian dari beberapa siswa, yang sebelumnya tidak tertarik dengan Biologi. Sebagian besar siswa yang tidak tertarik karena mereka lebih suka Matematika, yang membuat mereka lebih mudah menyukai Fisika ketimbang Biologi. Meski demikian, saya sadar kalau gambling ini punya dampak mengurangi semangat siswa yang tertarik Biologi karena ‘tidak akan berjumpa Matematika’, mataneee.

Hasilnya memuaskan. Pertama, tampak terdapat kesungguhan dari siswa untuk mengikuti tes unit. Hal ini terlihat dari perlengkapan mereka: buku tulis, buku pegangan, serta kalkulator yang beberapa dipakai gantian dengan teman sebelah; serta kehadiran di kelas: kelas X A dan B yang mulai setelah istirahat dan X C yang mulai pada jam pertama membuat keajaiban dengan tidak ada siswa yang telat. Waheeee... Selain itu, siswa yang tidak masuk karena alasan beragam, langsung menghubungi saya pada 24 Oktober 2018. Alhasil, pada 25 Oktober 2018 saya sudah dapat melihat perolehan skor masing-masing. Hasilnya beragam, kaitan antara siswa yang pro dan anti Biologi nyaris tampak dari perolehan skor setiap bagian. Kepuasan muncul karena hasilnya sesuai harapan: banyak siswa meraih skor di atas 60 (buat saya ini cukup, tidak perlu lah ngoyo sampai 75).

Pada masa itu, saya baru sadar kalau gagasan Literasi Saintifik ala PISA, tak masalah diterapkan untuk siswa tingkat menengah atas (SMA/MA/SMK/MAK). Pasalnya saya sempat gagal paham menyangka bahwa gagasan tersebut ‘hanya pantas’ untuk siswa tingkat menengah pertama (SMP/MTs). Kegagalanpahaman itulah yang sempat membuat saya bingung, karena dalam hati saya suka gagasan Literasi Saintifik ala PISA (yang dibahas dalam Skripsi), tapi ketika saya mau melangkah ke jurnal akademik merasa ragu seiring populasi penelitiannya adalah kelas saya, siswa MA. Beruntung obrolan melalui WhatsApp dengan Muhamad Gina Nugraha itu berhasil mengatasi kegagalpahaman saya. Setidaknya saya punya celah lah kalau memang dorongan melangkah ke jurnal akademik itu bisa diwujudkan.

Fokus pembelajaran Biologi untuk kelas X ialah Taksonomi dan Ekologi. Sebelum libur panjang Idul Adha (liburnya dipanjangkan karena banyak siswa merupkan santri pondok pesnatren yang berasal dari luar Kabupaten Kudus, Indonesia Raya lah), pembelajaran sudah bisa mencakup Pengenalan Biologi, Dasar Klasifikasi Hayati (Pengenalan Taksonomi), dan Pengenalan Ekologi. Baru setelah libur panjang Idul Adha itulah pembelajaran masuk ke arena Taksonomi, dimulai dari Virus wa akhowatuha (ha ya, bukan hi).

Ketika Pengenalan Taksonomi, saya beruntung dapat mengakses beberapa bacaan yang diperlukan, sebagian besar dibantu oleh Pak Gin Gin dan Kamelia Mushonev yang sekarang masih sedang S2 di ITB. Dari situ saya bisa memperoleh gambaran umum beberara madzhab Taksonomi (yang belum melahirkan konsensus dari seluruh ahli) sebagai bahan menceritakan sejarah singkat klasifikasi hayati serta menunjukkan pilihan yang saya ambil dalam pembelajaran (yang agak berbeda dengan panduan kurikulum).

Untuk pembahasan Taksonomi, terdapat banyak madzhab, di antaranya: Édouard Chatton dengan 2 Imperium (Prokariota dan Eukariota)[1], Robert Harding Whittaker dengan 5 kerajaan (Animalia, Plantae, Fungi, Protista, dan Monera)[2], Carl Richard Woese dengan 3 domain (Arkaea, Bakteri, dan Eukarya)[3], Thomas Cavalier-Smith dengan 7 kerajaan (qoul qodim 6 kerajaan, qoul jadid 8 kerajaan, dan qoul ajdad 7 kerajaan, yaitu Animalia, Plantae, Fungi, Protozoa, Chromista, Bakteri, dan Arkaea)[4], serta Stefan Luketa dengan 5 domain (Bacteriobiota, Archaebiota, Eukaryobiota, Prionobiota, dan Virusobiota)[5].

Dari kelima madzhab tersebut, madzhab Stefan Luketa terasa paling mengakomodasi seluruh makhluk, baik bersel atau tidak. Namun, saya tidak memakainya karena buat saya Virus(obiota) dan Prion(obiota) tidak perlu dianggap sebagai makhluk hidup. Dari 6 ciri makhluk hidup berupa homeostatis (pengaturan internal tubuh), metabolisme (pengolahan bahan untuk menghasilkan energi), adaptasi, peka, tumbuh, dan berkembang biak, virus dan prion tidak dapat melakukan metabolisme sendiri.[6][7][8][9][10] Walau begitu, saya terbantu dengan kreativitas Stefan Luketa dalam menyusun istilah taksonominya dengan imbuhan akhir (suffix) ...-biota untuk domain dan ...-ida (tak ada Kaniawati-nya) untuk kerajaan. Malah Stefan Luketa terasa sudah mengakomodasi keempat madzhab lain, cuma  ya itu saya ‘kan belum tahu menahu tentang Biologi (ketidaktahuan saya bakal tambah jelas pada uraian berikutnya).

Secara pribadi saya memilih madzhab Carl Richard Woese dengan 3 domainnya. Alasannya sangat sepele.

Pertama, Carl Richard Woese dulunya kuliah di Fisika lalu beralih ke Biofisika, dari sini dirinya kemudian menekuni Mikrobiologi.[11] Ketika kuliah Fisika, lelaki kelahiran 15 Juli 1928 (tahunnya sama dengan pendirian Madrasah TBS) ini hanya sekali mengikuti perkuliahan terkait Biologi, ialah Biokimia, nyaris seperti saya andai tak gagal mengikuti perkuliahan Biofisika yang diampu oleh Wiendartun.

Kedua, Carl Richard Woese mengajukan pandangan 3 domain melalui Prosiding di National Academy of Sciences (NAS), Amerika Serikat pada 26 Maret 1990.[12] Tanggalnya tepat 4 tahun sebelum saya lahir, meski saat itu orangtua belum saling berjuma, serta NAS merupakan lembaga yang saya pakai dalam menyelesaikan Skripsi agar lulus kuliah.[7] 

Konyol banget kan? Emang, wekkkk.

Tentunya saya tak dapat begitu saja memakai alasan pribadi tanpa memperhatikan faktor lain ketika membuat kebijakan publik (buat saya semua keputusan yang diambil oleh pengajar termasuk dalam kebijakan publik).

Pertama, pandangan 3 domain tidak serta merta mengabaikan 2 Imperium warisan Édouard Chatton serta 7 kerajaan yang dicetuskan oleh Thomas Cavalier-Smith. Pasalnya Carl Richard Woese tidak terlampau rinci dalam menyusun kerajaan, tingkat di bawah domain, sehingga hanya menggunakan pandangan 6 kerajaan yang diusulkan 23 tahun sebelumnya (Animalia, Plantae, Fungi, Protista, Bakteri, dan Arkaea). Pandangan 6 kerajaan ini pun tidak serta merta melindas warisan Robert Harding Whittaker. Dalam kegiatan pembelajaran, utak-atik seperti ini berguna dalam melatih keterampilan siswa untuk berargumen. Mereka bebas memilih madzhab mana (saya tidak menetapkan madzhab resmi taksonomi, ngapain juga), tapi semua pilihan mereka harus disertai argumen pendukung berupa informasi valid seperti jurnal akademik atau textbook.

Kedua, biologi umumnya mengakui sel sebagai satuan dasar kehidupan, gen sebagai satuan dasar pewarisan, evolusi sebagai mekanisme yang mendorong terciptanya organisme baru yang diyakini bertahan dengan melakukan homeostatis (mengonsumsi, dan mengubah energi serta dengan meregulasi keadaan dalamnya agar tetap stabil).[6][7][8][9] Dengan ungkapan lain, biologi dibangun oleh empat soko teori: sel, evolusi, genetika, dan homeostatis. Ketiga soko teori merupakan soko mandiri, satunya soko tatal karena energi lebih banyak dibahas dalam fisika beserta anak durhakanya kimia (struktur bangunannya memang mirip Masjid Agung Demak, planet lain).[12][13] Dengan memilih madzhab 3 domain yang punya hipotesis bahwa Arkaea sebagai organisme pertama yang terdapat di Bumi, saya juga sedang menata jalan untuk meniti teori evolusi (yang tidak dapat disangkal walau terus terang sering kontroversial). Kontroversi ini memaksa saya beserta siswa untuk mendalami Tafsir Alquran beserta seluruh komponen yang diperlukan seperti Nahwu dan Bayan (itu kalau mau, kalau tidak kita nonton Park Bom sama Kwon Yuri saja). Selain itu juga dapat mengajak untuk meraba kosmologi, cabang kebablasan astronomi yang banyak membahas masalah penciptaan alam raya.

Tentu gambling yang saya lakukan terjadi karena beragam keterbatasan pembahasan yang saya mengerti, tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, serta tidak bersifat netral dan  final (saya tidak pernah netral namun siap objektif, dan buat saya netral tidak sama dengan objektif). Penulisan catatan ini tidak dimaksudkan untuk dibuat sebagai naskah akademis atau hasil dari sebuah kajian ilmiah. (Itz not such a humble statement but my defending act, lalalalalala).

Kalau mau jujur, pada zaman ini orang yang menguasai cabang ilmu tertentu kerap tidak kompeten sama sekali untuk membahas ilmu yang lain. Saya tak punya data statistik, tapi dari beberapa obrolan dan pengamatan sering menemukan hasil seperti itu. Karena itu, masalah hubungan antara satu ilmu dengan aspek lain dari keseharian masyarakat kerap tidak tuntas dibahas (dulu rame susu kental manis merek bendera, sekarang malah rame bendera, kan kampret). Namun, saya tertarik untuk dapat menyusun program pembelajaran yang membuat siswa tidak hanya memikirkan pelajaran yang saya ampu melainkan juga menyertakan pelajaran lain sebagai bahan mereka untuk bermasyarakat. Mengingat kurangnya pengertian saya tentang fisika (saya sama sekali tak mengerti kuantum lho, Irma Rahma Suwarma perlu mengajari ini...), biologi, dan ilmu lainnya, saya berharap mendapat bantuan dari banyak orang untuk menyusun program tersebut. Sekian. 

Dari Alobatnic, di samping Dispenser.

أن مفتاح معرفة الله تعالى هو معرفة النفس، لأَنَّهُ ليس شيء أقرب إليك من نفسك، فإذا لم تعرف نفسك، فكيف تعرف ربك؟[14]
 و من طرق معرفة النفس دراسة علم الأحياء. مع النجاح في الدراسة بإِذن الله


K.Jm.Wg.170240.261018.17:30

— Bibliografi

[0] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Lampiran 07. Jakarta Pusat: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. [lihat]

[1] Jan Sapp. (2005). The Prokaryote-Eukaryote Dichotomy: Meanings and Mythology. Microbiology and Molecular Biology Reviews, 69(2), 292-305. [lihat]

[2] Robert Harding Whittaker. (1969). New Concepts of Kingdoms of Organisms. Science, 3863, 150-160. [lihat]

[3] Carl Richard Woese. (1990). Towards A Natural System of Organisms: Proposal for The Domains Archaea, Bacteria, and Eucarya. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 87 (12), 4576–9. [lihat]

[4] Thomas Cavalier-Smith, dkk. (2015). A Higher Level Classification of All Living Organisms. Plos One. 10 (4): e0119248. [lihat]

[5] Stefan Luketa. (2012). New Views on the Megaclassification of Life. Protistology, 7 (4), 218–237. [lihat]

[6] Paolo Mazzarello. (1999). A Unifying Concept: The History of Cell Theory. Nature Cell Biology, 1 (1), E13–E15. [lihat]

[7] Brian K. Hall & Benedikt Hallgrímsson. (2011). Strickberger's Evolution, hlm. 4-6. Jones & Bartlett Publishers. [lihat]

[8] Gene G. Marcial. (2007). From SemBiosys, A New Kind Of Insulin. businessweek.com, 12 Agustus. [lihat]

[9] Kelvin Rodolfo. (2000). What is Homeostasis?. Scientific American, Januari. [lihat]

[10] Luis P. Villarreal. (2004). Are Viruses Alive?. Scientific American, 8 Agustus . [lihat]

[11] Carl Richard Woese. (2005). Q & A. Current Biology, 15 (4), R111–R112. [lihat]

[12] Adib Rifqi Setiawan. (2017). Penerapan Pendekatan Saintifik untuk Melatihkan Literasi Saintifik dalam Domain Kompetensi Pada Topik Gerak Lurus di Sekolah Menengah Pertama, hlm. 1. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia. [lihat]

[12] Richard Phillips Feynman. (1964). The Relation of Physics to Other Sciences. The Feynman Lectures on Physics, Vol. 1 Chapter 3. [lihat]

[13] Richard Phillips Feynman. (1964). Conservation of Energy. The Feynman Lectures on Physics, Vol. 1 Chapter 3. [lihat]

[14] Abū Ḥāmid Muḥammad al-Ghazālī. (2010). Kimiya-yi Sa'ādat, hlm. 2. Shamela.ws. [lihat]