— Mengenali Diri Melalui Biologi
Richard
Phillips Feynman (11 Mei 1918 – 5 Februari 1988) menjadi orang pertama yang
muncul dalam angan ketika menerima informasi kalau saya mengampu Biologi di
Kelas X MA NU TBS Kudus. Cerita tentang ‘Peta Kucing’ yang disampaikan oleh Feynman
melalui Surely You're Joking, Mr. Feynman! memahat dalam ruang ingat.
Bagian tersebut terbilang bagus. Bagusnya ialah karena dapat menunjukkan rasa
keingintahuan dari Feynman yang sangat kuat.
Pada
bagian itu pula perilaku lucu Feynman banyak diungkapkan. Mulai dari kesalahan
pengucapan ‘blastomere’ (sel yang dibentuk oleh pembelahan sel telur yang
dibuahi) menjadi ‘blastosphere’ sampai yang paling menggelikan ialah ketika
dirinya menanyakan ‘peta kucing’. Waktu itu Feynman memang sedang ingin tahu
letak setiap otot dalam tubuh kucing. Hanya saja ketika dirinya tuna istilah
teknis biologi, jadilah bukan bertanya ‘anatomi kucing’ tapi ‘peta kucing’.
Feynman tak salah, Biologi saja yang ruwet.
Selain
dari autobiografi paling lucu di dunia itu, angan mengenai Feynman dan Biologi
juga muncul dari Six Easy Pieces. Dalam buku yang ditujukan untuk
pembaca umum tersebut, Feynman menunjukkan kemesraan antara Fisika dan Biologi
dalam menemukan Hukum Kelestarian Energi. Fenomena ini kali pertama ditangkap
oleh Julius Robert von Mayer (25 November 1814 – 20 Maret 1878) sehubungan
dengan jumlah panas yang keluar dan masuk dari tubuh makhluk hidup.
Hukum
Kelestarian Energi termasuk bagian mendasar dalam fisika. Buat saya, Hukum
Kelestarian Energi termasuk temuan yang sakti karena—sejauh yang saya tahu—tidak ada pengecualian dalam hukum ini. Hukum Gerak
yang biasa disebut Hukum Newton, misalnya, walau berperan penting dalam
industri mesin, masih menyediakan pengecualian terhadap objek yang bergerak
setara dengan kecepatan cahaya.
Dalam Hukum Kelestarian Energi, jumlah besaran tertentu (yang kita sebut
energi) tidak akan berubah dalam berbagai ragam perubahan yang dialami alam.
Dalam pembelajaran di sekolah, soal perhitungan mengenai Hukum Kelestarian
Energi boleh disebut mudah dijawab. Sementara dalam pemikiran lintas kancah,
persoalan terkait Hukum Kelestarian Energi menimbulkan beragam pertanyaan yang jawabannya
sulit untuk diungkap—apalagi ditangkap.
Melalui
Six Easy Pieces Feynman memuji Biologi sebagai cabang ilmu yang paling
banyak mengalami kemajuan dalam upaya manusia untuk memahami kehidupan.
Barangkali hal ini terjadi karena, seperti diungkap oleh Feynman, dalam Biologi
kita sangat mudah untuk menemukan pertanyaan menarik yang belum diketahui
jawabannya sama sekali.
Pertanyaan
tersebut misalnya, apakah manusia punya kehendak bebas? Kalau punya, di mana
kehendak bebas tersebut mulai muncul? Pada tingkat Organel Sel atau Molekul? Kalau
tidak, mengapa saya dapat berinisiatif untuk mencintai Park Bom (Hangul: 박봄; 24 Maret 1984)? Dari mana insiatif
mencintai ini muncul? Kalau dari Organ yang disebut hati, Jaringan apa yang
mengendalikannya? Sel apa yang bertanggung jawab?
Atau
malah yang lebih sederhana lagi, mengapa manusia diciptakan—dengan perasaan lebih istimewa dibanding
makhluk lain? Saking merasa lebih istimewa sampai-sampai ketika mencari kehidupan
lain di luar planet Bumi, kerap kali ukuran kehidupan ialah yang sesuai dengan
manusia. Jarang atau mungkin enggan memakai ukuran lain, semisal memasukkan
ukuran Thermus aquaticus (bakteri yang dapat hidup pada kisaran
temperatur 122-176 derajat Fahrenheit).
Setelah Feynman, orang kedua yang muncul dalam angan ialah Syarofis Si’ayah
(26 Desember 1994). Ofis dan saya bisa dibilang tak pernah saling mengenal
ketika kami sekolah di tingkat MA. Namun, belakangan melalui serentetan
peristiwa kebetulan (artinya peristiwa yang tidak pernah dibayangkan dapat
terjadi), saya merasa cocok berinteraksi dengannya. Dari interaksi tersebut
saya menyaksikan perkembangan pesat Ofis dalam belajar—terutama sejak 2015.
Ofis muncul dalam angan karena dirinya kuliah di Kedokteran.
Saya yakin kalau Biologi termasuk cabang ilmu yang punya peran dominan di
Kedokteran. ‘Peta tubuh’, tanaman obat, bakteri, virus, dan sebagainya tentu
dipelajari secara mendalam di Kedokteran ‘kan? Itu semua objek pembahasan
Biologi. Karena menyaksikan perkembangan pesat Ofis, khususnya terkait Biologi
yang sebenarnya tak disukainya ketika MA, wajar dong kalau saya ingin belajar
tentang cara belajar Ofis?
Ofis sendiri lawan interaksi yang enak. Dirinya
selalu biasa saja dalam memandang saya, mungkin terhadap semua orang juga
demikian. Maksudnya tak merendahkan atau meninggikan orang lain. Menyanjung
sepantasnya, mencibir seperlunya. Kira-kira sejenis demikian.
Perkataan spontan Ofis ketika menanggai juga
seringkali bagus. Misalnya ketika menanggapi pertanyan saya tentang penggunaan
kata akal dalam al-Qur’ān (Arab: القرآن), spontan dan tampak ringan Ofis bilang, “al-Qur’ān memakai kata kerja bukan kata benda untuk akal itu maksudnya agar
akal dipekerjakan, tidak hanya dibendakan saja.” Satu perkataan paling
memuaskan yang pernah saya dengar, meski mungkin butuh pembahasan lanjutan sejak kali pertama diucapkan Ofis pada 24 Oktober 2016.
Di luar 2 teladan saya tersebut, ialah Feynman dan
Ofis, nama-nama lain muncul belakangan. Mulai dari Roger Meddows Taylor (26 Juli 1949), Lee Hyo-ri (Hangul: 이효리, 10 Mei
1979), sampai Abū 'Alī al-Ḥusayn ibn
'Abd Allāh ibn al-Ḥasan ibn 'Alī ibn Sīnā (Persia: أبو علی حسین بن عبدالله بن حسن بن علی بن سینا; 22 Agustus 980 – 21 Juni 1037).
Roger Taylor merupakan pemusik yang lebih dikenal
sebagai drummer band Queen. Banyak lagu Queen yang saya suka,
misalnya Under Pressure, Radio Ga Ga, Breakthru, dan
terutama Innuendo, yang semuanya tak lepas dari peran Roger Taylor
sebagai penulis lagu. Bahkan Radio Ga Ga yang
berhasil menjadi hits besar sampai dilestarikan sebagai nama panggung oleh Lady
Gaga ditulis sendiri oleh Roger Taylor!
Drummer yang
menjadi vokalis Queen pada lagu Rock it ini
dulunya mendaftar kuliah Kedokteran Gigi di London Hospital Medical College
pada 1967. Namun, kuliah tersebut hanya bertahan 1 tahun karena bosan dengan
perkuliahan tersebut sekaligus hasrat bermusik sedang meningkat. Meski
demikian, Roger Taylor tetap melanjutkan kuliahnya dengan pindah ke Biologi di East
London Polytechnic.
Lee Hyori merupakan penyanyi yang saya kenal karena
dikagumi oleh Park Bom. Belakangan saya mulai suka dengan Hyori setelah merilis
Monochrome 21 Mei
2013 silam. Miss Korea dan Bad
Girls menjadi lagu paling saya suka, karena lirik dan videnya terasa kritis
dalam mengungkap femomena sosial. Sementara Amor Mio terasa
menyentuh batin yang saat itu sedang gamang urusan asmara.
Lee Hyori termasuk penganut pescetarian, ialah praktik
diet yang tidak mau mau makan daging hewan selain ikan. Hal ini merupakan bentuk
ego Lee Hyori yang gencar menyuarakan kesejahteraan dan hak-hak hewan.
Pada 12 Agustus 2012, dirinya menerbitkan buku
Closer:
A story of Hyo Ri and Sunsim. Buku photo-essay tersebut
berisi tentang cerita Hyori dengan anjing kesayangannya, Soonshim, yang diadopsi
dari penampungan hewan. Hyori tak sekadar menceritakan kenangan dengan
Soonshim, walakin turut mengungkapkan pemikirannya tentang kesejahteraan hewan.
Abū 'Alī al-Ḥusayn ibn 'Abd Allāh ibn al-Ḥasan ibn
'Alī ibn Sīnā yang lebih sohor dengan ibn Sīnā atau Avicenna dulu saya ketahui
sebagai ilmuwan hebat yang kebetulan beragama Islam. Belakangan Avicenna masuk
ke dalam radar pengamatan saya selepas perkenalan dengan Arij Zulfi Mufassaroh
(10 April 1996). Ais mungkin tak pernah membaca al-Qōnūn fī al-Ṭibb (Arab: القانون في الطب, Prinsip Umum Kedokteran) dan Kitāb al-Syifā’ (Arab: کتاب الشفاء, Buku Penyembuhan), dua buku karya Avicenna. Namun, penggunaan
kata Avicenna sebagai nama akun Facebook cukup menunjukkan kalau Ais mengagumi
sosok tersebut.
Berbeda dengan semua sosok yang telah disebutkan,
Avicenna menjadi orang yang punya peran langsung dalam pembahasan Biologi.
Bukunya al-Qōnūn fī al-Ṭibb berhasil masuk ke dalam
linikala perkembangan Biologi. Anatomi (Cabang Biologi tentang Peta Tubuh) dan
Fisiologi (Cabang Biologi tentang Fungsi Organ Tubuh) memberi kapling permanen
bagi Avicenna.
Avicenna sendiri kabarnya berhasil mengamati Venus.
Hal ini dimungkinkan karena pada 24 Mei 1032 sedang terjadi Transit Venus,
ialah peristiwa ketika Venus tampak dekat dengan Matahari. Sayang Avicenna tak
memberi data lengkapnya, sehingga dirinya tak punya tempat dalam linikala
Fisika. Kebetulan juga Fisika saat itu belum mengalami perkembangan berarti
yang bisa melampaui warisan generasi Ionia pimpinan Thales (Yunani: Θαλῆ;
624-546 SM).
Penggemar Avicenna yang saya kenal, ialah Ais,
belakangan juga turut serta dengan sosok-sosok tersebut. Ais belakangan
bercerita kalau dirinya punya ketertarikan terhadap Alam Raya seraya mengakui
kelemahannya dalam Matematika. Ais memang lemah dalam Matematika, bahkan dirinya
sempat mengatakan pada saya kalau 0,8 lebih kecil daripada 0 sambil keukeuh
dengan perkataannya!
Kelemahan dalam Matematika tak serta merta
melemahkan hasratnya dalam Ilmu Alam. Ais merasa senang mempelajari Biologi. Bukan hanya
karena belum menjumpai penggunaan Matematika yang rumit di Biologi, melainkan
juga selaras dengan kegemaran menggambar. Menggambar peta pembahasan maupun
ilustrasi objek diksebut oleh Ais sebagai caranya belajar Biologi. Rasanya Ais
tak sekadar omong doang karena Inferno, novel kesukaan
dan film yang ditonton pada 23 Oktober 2016 silam, tak jauh-jauh dari Biologi.
Sosok-sosok tersebut muncul dalam angan sebagai pemberi dorongan. Masing-masing
memiliki tempat tersendiri, yang meski dapat saling beririsan tak bisa saling
menyingkirkan. Feynman memotivasi dalam hal serius sekaligus santai dalam
mempelajari cabang ilmu yang baru mulai ditekuni tanpa banyak modal pengetahuan
yang dimiliki. Selama saya terus tetap merawat rasa percaya diri sekaligus kemauan
belajar pada orang lain seperti keteladanan yang diberikan oleh Ofis.
Biologi
bukanlah objek yang mengganggu kegemaran pribadi. Malahan kalau dikaitkan
dengan kegemaran menulis, Biologi lebih asyik dibuat cerita karena lebih dekat
dengan diri manusia ketimbang Fisika. Keasyikan lain dari Biologi ialah mudah
dibawa ke dalam wacana lingkungan sosial seperti ditunjukkan oleh Lee Hyori.
Keduanya, yakni menulis dan wacana lingkungan sosial, tentu dapat dilibatkan
dalam pembelajaran.
Saya
termasuk orang yang menolak keras usaha pengaitan langsung antara Ilmu Alam dengan
tafsir al-Qur’an. Walau begitu, Avicenna mengajari saya bahwa Biologi merupakan
objek paling awal yang semestinya dipelajari kalau ingin belajar Tauḥīd (Arab: توحيد) melalui āyāh kauniyyah (Arab: آيات كونية). Pengenalan terhadap diri sendiri
membuka kemungkinan untuk melihat batas antara perilaku ‘yang mandiri mengelola
diri sendiri’ atau sebenarnya terdapat ‘driver’ yang mengendalikan
perilaku itu. Ketika luluh terhadap Ais misalnya. (``,)
أَلَمْ تَرَ
أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ
مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ
أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ ✡
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ✡
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ✡
«القرآن الكريم سورة فاطر :
٢٨-٢٧»
K.Sb.Po.291139.110818.00:38