— Fall in Love Vallen
in Love in Valentine
وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ ۞ أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي
كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ ۞ وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ ۞ إِلَّا الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانْتَصَرُوا مِنْ
بَعْدِ مَا ظُلِمُوا وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ
۞
«القرآن الكريم سورة الشعراء :٢٢٧-٢٢٤»
Apa yang terbayang pertama kali ketika
disebutkan nama Via Vallen? Penyanyi yang beberapa waktu terakhir sedang berada
di jajaran papan atas blantika musik Indonesia. Buat saya pribadi, Via adalah
penjual talenta dalam kemasan penampilan bersahaja.
Terus terang ketika Via Vallen meniti
titian kariernya, saya belum tahu menahu siapa dia. Malahan baru pada pada 14
Februari 2015 lalu saya mulai serius mendengar lantunan suara Via. Itupun tanpa
disengaja.
Gara-garanya, ketika Eny R. Octaviani
bersama Rully Borrison dan (alm.) Ani Agustianingtyas karaokean memilih lagu Mendem
Kangen, yang kebetulan dinyanyikan oleh Via Vallen. Dari classic moment
itulah saya mulai Fallin in Love with Via Vallen. Perempuan kelahiran
Surabaya yang melewatkan masa remajanya di Sidoarjo itu segera menarik
perhatian saya. Saat itu sendiri saya sedang menggilai Cita Citata.
Nama lengkapnya Maulidia Octavia. Dia
lahir pada 01 Oktober 1991 di Surabaya. Sejak kelas V SD, Via sudah bergelut
dengan dunia tarik suara. Bahkan, dia sudah berani tampil di pentas seni
sekolah dan beberapa ajang lomba menyanyi.
Sang ayah, Mohammad Arifin, adalah
motor penggerak semangat penggemar Manchester United ini. Profesi Arif sebagai
gitaris ikut memengaruhi kecintaan Via terhadap dunia musik. “Dari kecil, aku
sudah suka nyanyi. Di mana pun, kapan pun. Nyanyi terus,’’ ucap Via, lantas
tertawa.
Meski kini kondang sebagai penyanyi
dangdut nasional, rupanya Via sangat menyukai genre musik rock
sejak menginjak usia remaja. Evanescence, grup band asal Arkansas, Amerika
Serikat, dan Avril Ramona Lavigne (Avril Lavigne), penyanyi-penulis lagu asal
Belleville, Kanada, merupakan dua sumber ilham Via dalam berlanggam.
“Mereka
itu karakter suaranya powerful. Terus dandanan panggungnya simple,
apa adanya mereka aja gitu,’’ ujar Via. Nama panggung Vallen juga diambil dari
album pertama Evanescence yang berjudul Fallen. “Aku
plesetin saja jadi Vallen. Kece kan?” selorohnya.
Saking gilanya sama pemusik tersebut,
Via kemudian merasa tertantang. Jika masyarakat Indonesia bisa menikmati musik
barat, mengapa dangdut tidak bisa dikenal di luar negeri? Pertanyaan itulah
yang ingin dijawab Via melalui musik-musiknya.
Saat talentanya tercium oleh Sera,
salah satu orkes melayu yang hit di
tanah air, Via langsung mengambil kesempatan itu. “Aku gabung sama Sera pada
2008. Dari situ, aku jalani manggung dari kota ke kota,” tutur Via.
Sejak awal, Via tidak ingin mengikuti
kecenderungan penyanyi dangdut saat itu yang kerap tampil vulgar, menor, dan ngejreng.
Dia ingin tampil dengan fesyen yang lebih sederhana dan bersahaja. Gaya
perempuan Korea yang dewasa, namun tetap imut atau sentuhan padu padan Harajuku
ala Jepang menjadi rujukannya.
Pemilihan fesyen itu ternyata sempat
mendapat sedikit tentangan dari sang bunda, Rosida. Ibunya meminta Via memakai
gaun-gaun supergemerlap hingga sepatu hak belasan sentimeter. Maklum, pilihan
tersebut sedang menjadi fesyen andalan penyanyi-penyanyi dangdut terkenal.
“Moh ah ndeso (Jawa: nggak mau,
kampungan),’’ celetuk Via menirukan jawabannya kepada sang bunda kala itu. Dia
kemudian memilih tampil dengan celana jins sobek-sobek, kaus, dan sepatu sneakers.
“Pertamanya ya dicibir teman seprofesi. Katanya, nggak bondo (Jawa:
tidak modal),’’ ungkap Via.
Namun, Via cuek saja. Dia
mempertahankan penampilan yang terkesan kekinian dan lepas dari kedisinian. Rok
gaun dipadukan dengan kemeja dan heels sporty yang kerap dikenakannya
sekarang malah menjadi kecenderungan di kalangan penyanyi dangdut lainnya.
Terkadang, Via malah menggunakan aksesori ala Koreanstyle seperti kalung
choker. Alhasil, penampilannya di panggung maupun layar kaca benar-benar
fresh. Dengan sisipan lirik lirik rap yang khas saat bernyanyi,
Via terlihat begitu energic memberikan hiburan.
Berkat fesyen yang beda dan kualitas suara
yang prima, karier Via melambung. Tidak hanya berhasil menembus panggung
nasional dan tampil di layar kaca, Via bahkan saat ini bisa dibilang sebagai
salah satu penguasa panggung dangdut. Statusnya itu semakin ditabalkan dengan
bejibun fans yang menggandrunginya. Para penggemar Via itu menghimpun diri
dengan nama Vianisty.
Via berkali-kali mengucap syukur. Kerja
kerasnya berbuah manis. Yang terpenting, dia bisa membahagiakan orangtua. Dari
semua pengalaman luar biasa itu, Via mengaku paling terkesan saat berduet
bersama Rita Sugiarto, penyanyi dangdut legendaris yang kerap berduet dan
mengisi suara dalam sejumlah film Rhoma Irama. “Bunda Rita itu diva dangdut.
Aku banyak belajar cengkok dan teknik lain. Sama attitude supaya bisa
diakui,” tuturnya.
Jalan Via menuju kesuksesan tentunya
tidak semulus kulitnya. Selain cibiran dari penyanyi-penyanyi lain yang kerap
didengar, dia sempat menerima somasi dari pencipta lagu Sayang yang
dipopulerkannya. “Lagu itu dari awal aku rasa unik. Jadi, aku kenalkan ke semua
kota yang aku datangi sampai akhirnya booming. Begitu banyak yang nyanyi ya
baru jadi masalah,” kata Via. Meski begitu, pihaknya sudah mendapat
penyelesaian atas permasalahan tersebut.
Via juga pernah menerima kejadian tidak
menyenangkan. Salah satunya, saat manggung di Kota Jombang. “Pas turun
panggung, pinggulku dipegang. Aku reflek nonjok bahu masnya,” cerita Via. Berkat
ekstrakurikuler karate yang diikutinya semasa sekolah dulu, Via bisa membela
diri. Dia berharap stigma bahwa penyanyi dangdut adalah cewek murahan mulai
dihilangkan. “Kami jual talenta, bukan kayak begitu,” tegasnya.