Bersama Mewujudkan Cita-Cita Melalui
Majalah Pelantan
Banyak
remaja yang bercita-cita tapi tak semua berhasil mewujudkannya. Sebagian menyerah
di tengah jalan, sebagian lagi malah bingung memulai langkah. Semangat berusaha
agar cita-cita terwujud perlahan surut. Dari yang semula bercita-cita membangun
negeri akhirnya bercita-cita mendapatkan jodoh yang baik, misalnya. Hal ini
dihindari oleh Dahlia, yang bercita-cita menjadi jurnalis sejak muda.
Nama
lengkapnya Dewi Indah Dahlia. Ia lahir di Jeddah, Kerajaan Saudi Arabia, pada
18 Januari 1996. Saat ini, ia mulai hidup barunya sebagai akademisi di Program
Studi (Prodi) Bimbingan dan Konseling. Salah satu prodi yang masuk dalam
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Indah
kuliah di sini setelah diterima sebagai peserta PBSB.
PBSB
ialah kependekan dari Program Beasiswa Santri Berprestasi. PBSB merupakan salah
satu program dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) yang
bertujuan untuk membantu alumni pesantren mengakses pendidikan formal di
perguruan tinggi. Program yang dimulai sejak tahun 2005 ini terus dilaksanakan
hingga sekarang. Persyaratan utama calon peserta program ini adalah santri
mukim paling tidak selama 3 tahun terakhir.
Indah
memenuhi syarat ini. Tak kurang selama 6 tahun sebelumnya ia menahbiskan diri
sebagai santri mukim. Terakhir, sebelum menjadi peserta PBSB, ia adalah pelajar
di MA Al-Islam. Ketika belajar di lembaga pendidikan ini, ia juga nyantri di Pondok Pesantren Modern
Al-Islam. Keduanya sama-sama dikelola Yayasan Al-Islam Sukomoro Nganjuk.
Selama
belajar di sana, ia mulai mengasah minat jurnalistik dan seninya. Ia ikut serta
menjadi bagian Buletin dan Mading (Majalah Dinding) untuk organisasi pelajar
pondok tersebut. Di Buletin dan Mading itu ia menjadi penyeleksi dan penyunting
naskah. Dahlia turut mengambil bagian dalam tim mading yang mengikuti kompetisi
Perang Mading. Ajang Perang Mading edisi keenam ini diadakan oleh Radar Kediri
melalui School Contest. Sayang tim
Dahlia gagal menjadi juara. Mereka hanya menjadi finalis.
Prestasi
lain dicatat Dahlia pada seni kaligrafi. Ia dua kali mencatatkan prestasi dalam
cabang Kaligrafi di ajang MTQ (Mutsabaqah Tilawatil Qur’an) tingkat Kabupaten
Nganjuk. Pertama pada tahun 2012. Ia menempati posisi juara harapan pertama.
Kedua pada tahun 2014, dengan menempati satu posisi lebih rendah, juara harapan
kedua.
Selain
aktif di lembaga pers dan ikut serta dalam perlombaan, ia juga aktif di
pramuka. Dahlia menjadi pembina penegak di Koordinator Pramuka Brajamukti
Pangkalan Pondok Modern Al-Islam Nganjuk. Bisa dibilang selama menjadi pelajar
di Al-Islam, Dahlia mengasah minat jurnalistik, seni, dan kerja sama tim.
Pengalaman
organisasi sebelumnya ia dapatkan di OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) MTs
Darul Huda Ponorogo. Di sini ia duduk sebagai Sekretaris. Selama di MTs, hanya
aktif di OSIS yang menjadi kegiatan di luar belajar formal. Tak ada juga
prestasi lain yang ia catat.
Dahlia
adalah seorang “nomaden”. Hidupnya selalu berpindah dari satu tempat ke tempat
lainnya. Ia lahir di Jeddah, namun pada usia 3 tahun ia pindah ke kota hujan di
Indonesia, Bogor. Ia sempat mencicipi bangku TK dan SD ketika tinggal di Bogor.
Ia sekolah di TK Daruttaqwa Cibinong Bogor dan SDIT Al-Islah Cibinong Bogor. Ia
nyaris menyelesaikan sekolahnya di SD tersebut andai tak harus pindah ke
Madiun. Setelah ia pindah ke Madiun, ia masuk ke MI Plus Al-Islam Dagangan
Madiun. Di sini ia harus memulai lagi dari kelas 6 meski ia nyaris lulus dari
SD sebelumnya.
Petualangannya
dilanjutkan ke Kabupaten Ponorogo, tempat yang dikenal dengan Reog-nya. Ia
sekolah di MTs Darul Huda Mayak Ponorogo sekaligus nyantri di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo. Baru
kemudian ia melanjutkan kehidupan “nomaden”-nya ke Nganjuk, dengan menjadi
pelajar di MA Al-Islam dan Pondok Pesantren Modern Al-Islam, Sukomoro Nganjuk.
Lulus
dari Al-Islam, ia melirik pendaftaran peserta PBSB. Ia mengikuti seleksi yang
diadakan pada x 2015 di asrama haji Sukolilo Surabaya. Dahlia mendaftarkan diri
untuk prodi BK pada pilihan pertama dan x pada pilihan kedua. Hasil seleksi
yang diumumkan pada x 2015 menyebutkan ia diterima untuk prodi BK FIP UPI.
Semangat
aktif di organisasi dan mengasah minat jurnalistik tak padam setelah masuk UPI.
Sebagai peserta PBSB, ia diwajibkan masuk ke CSSMoRA (Community Santri Scholar of Ministry of Religious Affairs).
CSSMoRA adalah organisasi yang dibentuk untuk mewadahi komunitas peserta PBSB.
CSSMoRA dibentuk di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, pada 12 Desember 2005.
CSSMoRA
memiliki lembaga pers, yakni SANTRI. SANTRI menjadi badan semi otonom di sana,
dengan produk utama Majalah SANTRI yang terbit setiap 6 bulan. Dua periode
kepengurusan terakhir, SANTRI membuka kesempatan magang sebagai redaksi.
Kesempatan ini tak dilewatkan Dahlia. Melalui pemagangan, Dahlia ingin
melanjutkan cita-cita yang sempat tertunda yakni menjadi jurnalis muda. Ketika
mendaftarkan diri, Dahlia turut memberikan ide pengembangan SANTRI, yang salah
satunya adalah mengusahakan majalah terbit sebulan sekali.
Tak
ingin disebut hanya sekedar sesumbar, Dahlia berupaya untuk mewujudkan ide yang
diberikan pada SANTRI tersebut. Sambil mengikuti alur pemagangan SANTRI, Dahlia
membentuk penerbitan majalah sendiri. Melalui penerbitan majalah sendiri ini,
selain menjadi ajang pembuktian bahwa idenya bukan khayalan semata, juga
menjadi ajang mewujudkan cita-cita bersama teman-temannya.
Langkah
pertama yang ia lakukan adalah menghubungi salah satu temannya untuk diajak
ikut serta. Ia mengajak Adib Rifqi Setiawan, yang notabene bagian SANTRI.
Keduanya kemudian menyiapkan konsep untuk majalah yang akan digarap. Konsep
majalah dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menampung minat teman-temannya
yang bukan pada bidang tulis-menulis, seperti fotografi. Rancangan majalah
tersebut menyiratkan kecenderungan konten majalah yang mengarah ke bidang
pendidikan. Dengan demikian, sembari bersama-sama mewujudkan cita-cita, tak
melupakan bidang keilmuan yang ditekuni di perkuliahan, ialah pendidikan.
Rancangan
majalah yang diuraikan mendadak tersebut turut memberikan nama untuk majalah.
Pelantan, nama yang diberikan untuk majalah itu. Nama Pelantan diberikan oleh
Adib yang diadaptasi dari buku Pesan-Pesan
Al-Quran : Mencoba Mengerti Intisari Kitab Suci karya Djohan Effendi. Pelantan
mengandung arti : perawat, pengasuh, pembina,
pengayom, dan pencipta. Dilihat dari namanya serta kecenderungan bidang yang
digarap, terdapat keselarasan. Pendidikan tak hanya mengajari, namun juga
merawat, mengasuh, membina, mengayomi, dan bisa juga mencipta.
Selain nama, juga diberikan motto untuk majalah ini. Motto
yang dibawa Majalah Pelantan ialah “Ilmiah dan Indah”. Motto ini terinspirasi
dari nama lengkap Dahlia, yakni Indah. Motto ini menyiratkan karakter dan
komitmen Majalah Pelantan sebagai media yang memegang teguh prinsip ilmiah
serta menyajikan dengan indah, memuaskan pikiran dan perasaan. Melalui motto
ini, Majalah Pelantan ingin mewujudkan tujuan menjadi komunitas yang membangun
kebersamaan yang humanis dan harmonis melalui usaha berbasis pengetahuan.
Langkah
selanjutnya ia lakukan dengan menghubungi teman-teman untuk diajak ikut serta.
Bersama Adib, partner-nya dalam
membidani pembentukan Majalah Pelantan, keduanya menghubungi setiap orang yang
diharapkan mau ikut serta. Keduanya tak ambil pusing bagaimana kemampuan orang
yang mau diajak ikut serta. Karena bagi mereka yang penting adalah mereka
memiliki kemauan. Faktanya, dari beberapa orang yang diajak, nyaris tak ada
yang bisa disebut sudah berpengalaman dalam pengelolaan majalah. Namun mereka
percaya selama kemauan ada, tak ada yang perlu ditakutkan dalam perjalanan
bersama.
Melalui
media majalah, tak hanya urusan tulis-menulis yang dikerjakan. Majalah juga
bisa menjadi tempat untuk mengasah minat di bidang desain, ilustrasi, dan
fotografi. Mengelola majalah tak hanya mengasah minat pada jurnalistik semata.
Lebih dari itu, bisa menjadi ajang belajar manajemen dan bekerja sama dalam
satu tim yang padu. Memadukan banyak hal yang tampaknya tak saling berkaitan
menjadi berkait erat. Hal inilah yang menjadi pijakan awal keduanya dalam
membidani pembentukan Majalah Pelantan.
Di
Majalah Pelantan, Dahlia duduk sebagai Pemimpin Redaksi. Ia memetakan tim
dengan menempatkan teman-temannya selaras dengan minat masing-masing. Ada yang
ditempatkan pada bagian artikel, ilustrasi, fotografi, dan desain. Bahkan pada
bagian artikel pun ia tempatkan sesuai minatnya. Ada yang bagian reportase,
opini, esai, dan sastra.
Semua
ini dilakukan untuk mewujudkan keinginannya. Bersama-sama mewujudkan cita-cita.
Bersama mengasah minat yang berbeda, agar kelak bisa sukses bersama. Tak hanya
sukses seorang diri semata. [ars]
Biodata Diri
Nama : Dewi Indah
Dahlia
Tempat, Tanggal Lahir : Jeddah, 18 Januari 1996
Alamat Sekarang : Jl. Geger Kalong Girang Gg.
Kenanga No. 1 Rt/ Rw 003/ 006 Kel.Isola Kec. Sukasari Bandung 40154
Asal Perguruan Tinggi (PT) : Universitas
Pendidikan Indonesia
Angkatan : 2015
Program Studi/Fakultas : Bimbingan dan Konseling / Fakultas
Ilmu Pendidikan
B.Km.Po.171236.300915.20:12