Menikmati Penampilan Julia Perez di Talk Indonesia Metro TV

 


 

Semua orang pasti suka belah duren

Apalagi malam pengantin, sampai pagi pun yo wis ben

 

Pernah menyimak lirik lagu Belah Duren yang dilantunkan oleh Julia Perez alias Jupe? Citra apa yang kits tangkap dari lagu tersebut? Atau jika kita penyuka infotainment dan menyaksikan ‘sepak terjang’ Jupe sejak masih bersuamikan orang Perancis sampai sekarang, apa bayangan kita tentang si artis?

 

Saya berani bertaruh kalau citra Jupe di mata Anda tidak begitu baik meski mungkin tidak juga sampai jelek. Demikianlah perspektif masyarakat sepak terjang Jupe yang saya perhatikan sejak dulu sampai sekarang: seorang perempuan seksi yang gemar membuat sensasi, baik yang positif maupun yang banyak berujung pada hal negatif.

 

Masih segar di ingatan saya ketika Jupe tampil dengan cuek di program Silat Lidah dengan gaya lebay dan seolah menegaskan citra bahwa perempuan seksi dengan dandanan menor cenderung tidak punya apa-apa di dalam otaknya. Atau niatnya maju sebagai calon Bupati Pacitan yang seolah ingin mem-bypass semua norma legislasi berbasis kepartaian dan menciptakan perbedaan opini tajam di kalangan masyarakat Pacitan. Yang terakhir, perseteruan berlarut-larutnya dengan Dewi Persik yang berawal dari sebuah adegan syuting yang sangat sepele membuat saya menggeleng-gelengkan kepala.

 

Namun, benar salah Jupe idola saya, yang walau lekat dengan anggapaan “perempuan yang hidup dari sensasi”, bagi saya Jupe adalah “perempuan yang hidup menyebar motivasi dan inspirasi untuk berprestasi”.

 

Salah satu penampilan yang menguatkan anggapan saya ialah penampilan Jupe di acara Talk Indonesia yang dipandu oleh Dalton Tanonaka di Metro TV. Program talkshow dalam Bahasa Inggris tersebut mengundang Jupe dalam rangka perayaan 1 tahun acara tersebut mengudara dan mengambil lokasi di Binus University, Jakarta disaksikan oleh ratusan mahasiswa.

 

Saya membayangkan bahwa seorang Jupe akan ‘kelabakan’ menghadapi crowd pelajar perguruan tinggi yang tidak terlalu peduli akan gosip tentangnya dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis. Beberapa tweet yang terpantau membuktikan dugaan tersebut dan itu sah-sah saja. Dari beberapa tweet yang terpantau, Jupe terbaca begitu gugup menghadapi debut pertamanya di event yang menggunakan Bahasa Inggris tersebut.

 

“Otw to binus..aduh my goshhh...blajar2 and blajar.. Bhs inggris..cepet2..dlm waktu 3 hari..I must speak very good engles..help me binusian” tulis Jupe melalui akun Twitter @juliaperrez pada 3 November 2011 pukul 12.07.

 

Di sini Jupe menghadapi 2 pilihan: terus maju atau mundur teratur. Sadar akan ketidakmampuannya berekspresi secara baik dalam bahasa Inggris, Jupe kemudian mengaku berlatih pada sahabatnya Risa. Hasilnya luar biasa, kepercayaan diri Jupe dalam talkshow tersebut memancar di depan penonton.

 

Orang lain dapat saja mencela kemampuan berbahasa Inggris Jupe yang berantakan dan kerap kehilangan kata-kata; atau tiba-tiba susunan kalimatnya tampak rapi yang ternyata berasal dari ponsel yang diconteknya. Namun, yang saya catat dari sini adalah bahwa keberanian Jupe menghadapi ‘tantangan’ talkshow tersebut patut mendapat apresiasi. Keberanian yang memotivasi dan menginspirasi saya maupun para pelajar untuk tak takut dalam mengobrol dalam Bahasa Inggris.

 

Dalam kelas Bahasa Inggris di LBA (Lembaga Bahasa Asing) yang saya ikuti, saya maupun beberapa teman sering kali merasa tidak percaya diri untuk berbicara di depan orang lain dalam Bahasa Inggris karena takut salah dalam penggunaan tata bahasa atau pengucapan. Kemudian kami menanyakan trik-trik yang ampuh kepada mentor kami untuk belajar Bahasa Inggris dengan cepat.

 

Dalam situasi seperti itu biasanya kami akan ditanya balik, “Apa sih masalahmu? Sekadar persoalan bahasa atau sebenarnya kamu tidak tahu mesti ngomong apa? Ini soal grammar atau soal ide?!” Jika persoalannya terletak pada ide, maka itu di luar kontrol saya. Namun jika persoalannya ‘sepele’ yaitu bahasa, maka proses pemolesannya menjadi lebih mudah.

 

“To be honest..my english is not verry good.. But I do..brave to have a challenge..to prove its better 10 % someting than 100% nothing” tulis Jupe melalui akun Twitter @juliaperrez pada 6 November 2011 pukul 11.15.

 

Melalui penampilan Jupe di Indonesia Talk serta tweet Jupe yang mengakui kemampuan Bahasa Inggrisnya, saya menyimpulkan bahwa Jupe adalah sosok yang “Berani Nabrak.” Peduli amat dengan kesalahan tata bahasa; Jupe menginspirasi kita untuk harus siap mengkomunikasikan pemikiran kita dengan bahasa sederhana sekalipun.

 

Memang kesannya tidak membantu banyak sebab ketika belajar Bahasa Inggris, tujuannya ialah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa. Saya sendiri menganggap prinsip ‘berani nabrak’ tersebut adalah langkah kecil paling awal saja sebelum meningkatkan kemampuan pada aspek-aspek berbahasa yang lain.

 

Ketika menyaksikan penampilan Jupe di Indonesia Talk pada 6 November 2011 tersebut, saya tertegun sebab Jupe telah menjalankan prinsip ‘berani nabrak’ dan cenderung nekat tersebut dengan sukses. Tentunya Jupe tidak melakukan itu tanpa perhitungan. Perasaan gugup membuatnya mawas diri dan berlatih sebelum maju ke atas panggung; itulah yang saya saksikan.

 

Tindakan yang telah Jupe lakukan lebih dari sekadar mengatasi demam panggung; dirinya telah mendobrak batas-batas kemampuannya sehingga memperluas ruang pembelajaran yang mampu diraih. Pesan yang dibawanya begitu kuat sehingga tampak memancar meski disampaikan dengan tata bahasa yang tampak buruk dan pada akhirnya penonton tetap terkesima. Belum lagi celotehan-celotehan khas Jupe seperti ketika berkomentar tentang capres 2014: “The next president 2014 is gonna be me. It’s me, baby, I’m sorry.”

 

Pada akhir talkshow, keberanian Jupe maju apa adanya justru menunjukkan karakter baru: rendah hati dan siap menerima kritikan untuk belajar lebih baik lagi seperti terlihat dari tweet-nya: “...its better 10 % someting than 100% nothing”. Mental pembelajar seperti itu patut diteladani oleh murid mana pun yang sedang berjuang mengatasi krisis kepercayaan diri.

 

Dengan demikian, dari penampilan tersebut, Jupe telah menyebar motivasi dan inspirasi untuk berprestasi, khususnya kepada murid yang sedang mempelajari bahasa asing. Terdapat tiga hal yang dapat kita petik dari penampilan Jupe tersebut:

1. Kenali kemampuan diri dan batas-batasnya

2. Susun strategi untuk mengatasi keterbatasan tersebut

3. Sudah. Tabrak saja!

 

Mungkin citra Julia Perez tidak berubah dari yang tadinya seorang artis lebay menjadi seorang perempuan pemberani dan cermat. Namun, sebenarnya bukan sekadar omong-kosong bila memang Jupe berminat berkarier di bidang politik Indonesia masa depan, atau entah apa lagi ‘kegilaan’ yang hendak dilakukan. Paling tidak sekarang saya tambah mengerti bahwa Jupe bukanlah perempuan yang melangkah tanpa berpikir. Dengan karakter yang cermat berhitung itu pula, karisma Jupe naik 3 strip di mata saya. Dan yang lebih penting, saya bukanlah sekadar fans yang memuja dengan buta.

 

K.Sn.Wg.101232.061111.22:00