Biografi Fadhilaturrahmi

مَقَالَةُ الْمَنْظُوْمَةِ لِمُعَلِّمِيْ فَضِيْلَةُ الرَّحْمِ
مَقَالَةُ الْمَنْظُوْمَةِ لِمُعَلِّمِيْ فَضِيْلَةُ الرَّحْمِ

Fadhilaturrahmi (Arab: فَضِيْلَةُ الرَّحْمِ) dilahirkan di Kota Padang pada Rabu Legi, 18 Muḥarrom 1409 H. / 31 Agustus 1988 M. Nama tersebut berasal dari dua kata Bahasa Arab: (1) faḍilat (Arab: فَضِيْلَة) dan (2) al-roḥm (Arab: الرَّحْم), yang disusun secara iḍōfat (Arab: إِضَافَة). Secara literaral, makna Fadhilaturrahmi ialah “keutamaan kasih sayang”, yang dari sisi grammatical susunan kedua kata tersebut sudah sesuai dengan aturan tata Bahasa Arab.

Padang merupakan tempat yang identik dengan Islam. Karena itu, pada masa Belanda menguasai Hindia Timur, perlawanan di Padang seperti yang dipimpin oleh Sayyīd Sulaimān al-Jufrī (Arab: سيد سليمان الجفرى) adalah perlawanan terkait Islam. Salah satu tokoh Islam berdarah Padang paling dikenal secara global ialah Muḥammad Yāsīn ibn Muḥammad ‘Īsā al-Fādānī (Arab: محمد ياسين بن محمد عيسى الفاداني). Tokoh yang lebih populer dengan sebutan Syekh Yāsīn Padang ini sebenarnya dilahirkan dan wafat di Makkah, tapi menyematkan kata ‘Padang’ sebagai statement rasa cinta tanah asal beliau.

Tanggal kelahiran Fadhilaturrahmi, 31 Agustus 1988 M., bertepatan dengan kecelakaan penerbangan Delta Air Lines Flight 1141 menggunakan pesawat seri Boeing 727-200, yang jatuh saat lepas landas dari Bandara Internasional Dallas hingga menewaskan 2 dari 4 pramugari dan 12 dari 101 penumpang serta melukai 76 lainnya. Tanggal 18 Muḥarrom sendiri merupakan tanggal wafat Soeharto pada 27 Januari 2008, pembukaan resmi bangunan tertinggi di dunia yang mempunyai lift tercepat dengan kecepatan 60 km/jam atau 16,7 m/s bernama Burj Dubaīy (Arab: برج دبيّ) pada 4 Januari 2010 serta peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,4 Mw yang diikuti oleh tsunami dari Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 yang mengakibatkan terjadinya gejala pencairan (likuefaksi) tanah.

Tiga dari empat peristiwa yang sama dengan tanggal lahir Fadhilaturrahmi, berdasarkan kalender Matahari dan Bulan, terkait erat dengan fisika. Fisika merupakan cabang ilmu yang paling disuka oleh Fadhilaturrahmi ketika belia. “Kesukaan saya adalah fisika ...” tutur beliau menyampaikan ketertarikan tersebut.

Sejak memulai pendidikan formal dari SDN 8 Pulau Air, SMPN 17 Padang, sampai SMAN 6 Padang, beliau terbilang sebagai murid cemerlang. Prestasi sebagai juara kelas yang selalu diraih serta ketertarikan terhadap fisika menjadi jalan beliau terlibat aktif dalam perlombaan fisika. Keterlibatan tersebut tak sebatas menjadi peserta, bahkan bisa menjadi juara.

“Dulu waktu SMP saya pernah mendapatkan juara 1 fisika se-Kota Padang, jejaknya saya tinggal semua di SMP..untuk kenang-kenangan kata guru, karena waktu itu saya belum paham makna piagam dan piala.” ungkap beliau terkait masa lalu, “Saya tinggal semua di sekolah, jadi tak ada salinannya di saya. Saya selalu mendapat juara di sekolah mulai SD sampai SMA, tapi tak satupun sekolah favorit yang saya masuki karena lebih memilih yang dekat dengan rumah. Sering disayangkan oleh guru-guru kenapa pilihan-pilihan saya agak ‘lain’...” lanjut beliau bercerita sekaligus taḥadduts bini’matillāh.

Pilihan ‘lain’ tampak dari kecenderungan Fadhilaturrahmi yang tidak mengikuti arusutama (mainstream) bangsa Minangkabau sebagai personalitas beliau. Bangsa Minangkabau yang identik dengan kebiasaan merantau, tak dialami oleh Fadhilaturrahmi yang mulai SD sampai SMA, bahkan S1 lebih memilih lembaga yang terletak dekat dengan rumah. Pilihan ‘lain’ tersebut tampak diambil oleh Fadhilaturrahmi dalam mengalami pendidikan tinggi. Ketertarikan terhadap fisika membuat beliau sempat ingin melanjutkan kuliah di program studi astronomi. Namun, berkat saran dari orangtua, beliau akhirnya berkuliah di PGSD.

Fadhilaturrahmi memulai pendidikan tinggi secara formal di S1 PGSD UNP pada tahun akademik 2007/2008, yang berhasil diselesaikan pada 8 Oktober 2011. Skripsi yang beliau ajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) PGSD dari UNP berjudul Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Jaring-Jaring Balok dan Kubus dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Siswa Kelas IV SDN 05 Air Tawar Barat. Tampak walau memasuki S1 PGSD UNP dengan kecenderungan semangat terhadap astronomi, beliau justru memiliki pilihan ‘lain’ dengan fokus kepada matematika. “... hidup bawa saya ke matematika..menurut saya.” tutur beliau.

Bicara mengenai skripsi, melalui artikel Menyibak Makna Sebuah Skripsi yang diterbitkan di blog bundoku.wordpress.com Fadhilaturrahmi mengungkap refleksi dan opini terhadap penulisan skripsi.
“Sebuah skripsi disusun dengan diadakannya penelitian terlebih dahulu. Tentu saja melakukan penelitian tidak semudah yang dibayangkan. Butuh proses dan waktu baik dalam melakukannya maupun dalam menulis laporannya. Bahkan sebuah skripsi, yang ditulis oleh seorang mahasiswa sudah dikonsultasikan pula baik dari pembimbing akademik maupun penguji saat skripsi disidangkan. Sehingga nanti, didapatkan sebuah hasil dari studi penelitian tersebut. Inilah yang menjadi bagian penting dalam sebuah skripsi yaitu hasil penelitiannya. Lalu untuk apa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa yang telah dituangkannya dalam sebuah skripsi? Apakah memang hanya untuk menjadi pelengkap tugas akhir studi? Kalau iya, menurut saya adalah suatu kerugian besar bagi bangsa dalam bidang pendidikan.”
Dalam artikel tersebut beliau juga berpesan, “... jangan sampai makna sebuah skripsi hanya terbatas sebagai tugas akhir untuk bisa lepas atau bebas dalam suatu studi, tapi jauh lebih dari itu kita berharap penelitian yang sudah susah payah dilakukan dalam penyususnan skripsi bisa bermanfaat bagi kehidupan.”

Ungkapan tertulis tersebut menampakkan bahwa beliau punya perhatian khusus kepada keberadaan skripsi di Indonesia sebagai bagian dari kegiatan riset. Pasalnya skripsi dalam ranah riset di Indonesia, kurang dianggap sebagai karya tulis yang penting selain dari penulisnya.

Fadhilaturrahmi melanjutkan pendidikan tinggi formal ke S2 Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana (SPs) UPI pada tahun akademik 2012/2013. Beliau lulus dari UPI pada 14 Juli 2014. Tesis yang beliau ajukan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) ialah Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar.

Dalam penyelesaian tesis tersebut, Fadhilaturrahmi dibimbing oleh Wahyudin (pada waktu itu sudah dilantik sebagai guru besar) dan Turmudi (pada waktu itu belum dilantik sebagai guru besar). Kedua pembimbing tesis beliau sama-sama memiliki kepakaran di bidang pembelajaran matematika. Wajar kalau susunan tuturan judul tesis Fadhilaturrahmi memiliki keserupaan dengan tesis yang diajukan Wahyudin ketika S2, yakni Pengaruh Pembelajaran Siswa Aktif Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematika. Uniknya, dalam curriculum vitae (CV) Wahyudin disebutkan bahwa pembimbing tesis S2 beliau ialah Isyrin Nurdin, yang pernah menjadi rektor di UNP. Turmudi sendiri termasuk dosen dari Pendidikan Matematika UPI yang punya rekam jejak terlibat dengan Pendidikan Fisika UPI, seperti duet riset tentang arah qiblat dengan Judhistira Aria Utama serta penyusunan struktur kurikulum Kalkulus dan Matematika Fisika bersama Roswati Mudjiarto.

Koneksi informasi yang unik, mengingat Fadhilaturrahmi sebelumnya kuliah S1 di UNP serta menyampaikan, “Kesukaan saya adalah fisika, tapi hidup bawa saya ke matematika..menurut saya.”. Koneksi informasi dari singkat skripsi dan tesis tersebut sekaligus menguatkan tuturan yang disampaikan oleh Fadhilaturrahmi, bahwa perjalanan hidup membawa beliau ke matematika. Menurut beliau, “Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.”.

Karier sebagai dosen dimulai Fadhilaturrahmi pada semester genap tahun akademik 2014/2015 di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Pahlawan Tuanku Tambusai. STKIP Pahlawan Tuanku Tambusai ketika Fadhilaturrahmi mulai masuk terbilang muda. Pasalnya perguruan tinggi asal Riau ini memperoleh izin operasional bernomor 60/E/O/2012 pada 29 Februari 2012 dengan 3 Program Studi S1 yaitu: (1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar; (2) Pendidikan Guru PAUD; dan (3) Pendidikan Matematika. Belakangan lembaga yang berlokasi di Kabupaten Kampar ini berevolusi menjadi Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai setelah memperoleh ijin operasional pada 20 januari 2017 dengan nomor perundangan 97/KP/ I/2017.

Berkarier di Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai memberi kesempatan dan tantangan tersendiri kepada Fadhilaturrahmi. Kesempatan dan tantangan pertama diperoleh dengan mengampu 6 mata kuliah yang tersebar ke 12 kelas. Setelah 2 tahun menjadi dosen, beliau kemudian mulai dipercaya sebagai pembimbing skripsi pada semester genap tahun akademik 2016/7. Kesempatan dan tantangan kedua ialah mengembangkan riset dari kampus tersebut melalui keterlibatan dalam penerbitan jurnal akademik. Ini dilakukan beliau dengan menjadi editor-in-chief bagi Jurnal Basicedu (mulai April 2017) dan Jurnal Abdidas (mulai April 2020), editor di Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (mulai Desember 20180 dan Edukatif (mulai April 2019), serta reviewer untuk Jurnal Cendekia (mulai Mei 2017), Jurnal Pendidikan Tambusai (mulai Desember 2017), dan Jurnal Bola (mulai Desember 2018). Kesempatan dan tantangab ketiga ialah keterlibatan lain beliau dalam penerbitan jurnal akademik dari penerbit luar lembaga tempat beliau berkarier, yakni sebagai reviewer untuk Jurnal Cakrawala Pendas dan Elementary.

Selain menjadi pengajar, pembimbing, editorial in chief, editor, dan reviewer, Fadhilaturrahmi termasuk sosok yang aktif menulis jurnal akademik. Keaktifan dalam menulis telah membuahkan 17 jurnal akademik sampai sekarang, rinciannya: 9 sebagai penulis tunggal, 5 sebagai co-author dengan Rizki Ananda, serta 3 lainnya berkolaborasi masing-masing dengan Surani Oktavia & Lusi Marleni, Yuni Astuti & Rini Parmila Yanti, serta Mimi Rahmi Rosneli & Adityawarman Hidayat(Fadhilaturrahmi, 2017; 2017). Ini belum termasuk paper konferensi yang beliau sajikan sebagai pemakalah.

Sampai 9 Mei 2020, jejak digital menunjukkan bahwa jurnal akademik Fadhilaturrahmi telah dikutip oleh 82 karya tulis lain, yang membuatnya memiliki Hirsch index (h-index) sebesar 6 di Google Scholar dan 1 di Scopus. Sementara berdasarkan profil di Google Scholar, beliau memiliki Kardashian index (K-index) sebesar 0.023 (kalau dikaitkan akun Twitter @fadhilaturrahmi) bahkan 0 (kalau dikaitkan akun Twitter @fadhilah_za_). Ini berarti Fadhilaturrahmi termasuk akademisi yang bagus, tapi kurang diperhatikan oleh masyarakat umum. Ini pun tidak termasuk jurnal beliau tentang pendekatan matematika realistik yang tidak terindeks oleh Google Scholar maupun Scopus, paper konferensi yang beliau sajikan sebagai pemakalah, serta pandangan yang beliau sampaikan melalui blog bundoku.wordpress.com dan Twitter @fadhilaturrahmi & @fadhilah_za_. “Tulisan saya belumlah banyak, karena waktu kebanyakan saya habis mengurusi kerjaan struktural di universitas.” tutur beliau dengan penuh rendah hati.

Catatan:
Artikel ini dirangkum dari Menyibak Makna Karya Fadhilaturrahmi