Menjaga Motivasi Belajar Murid

ألا لاتنال العلم الا بســــتة سأنبيك عن مجموعها ببيان ذكاء وحرص واصطبار وبلغة وارشاد أستاذ وطول زمان

 

“Nah jika rasa percaya diri anak rendah maka kemungkinan mereka tidak maksimal dalam mengerjakan tugas atau berusaha dalam belajar.”

— Ibu Nasichatul Ummah pada 20 Februari 2024, dalam Anak Malas Belajar? Ortu Harus Gimana? scene 02:30:02 – 02:39:02.

 

José Mário dos Santos Mourinho Félix merupakan manager klub sepak bola favorit saya sejak mulai menukangi Chelsea sampai sekarang. Salah satu sisi paling saya suka ialah kombinasi keras kepala dan lemah lembut yang terdapat dalam diri lelaki kelahiran 26 Januari 1963 ini.

 

Ketika mulai terlibat sebagai pemandu pembelajaran pada 15 Juli 2017 silam, the special one termasuk beberapa nama yang segera hadir dalam ruang ingat saya. Mungkin saking kuatnya pengaruh yang diberikan atau karena keadaan berupa tugas memandu pembelajaran di luar bidang keilmuan, saya tak tahu. Yang jelas, aspek utama yang membuat nama José Mourinho mudah saya ingat ialah motivasi.

 

José Mourinho sebagai manager dikenal memiliki latar akademik yang tepat dengan perhatian terhadap detail serta memadukan perspektif teknis kepelatihan dengan motivasi. Paduan keseluruhan hal itulah yang membuat namanya memiliki kapling permanen dalam hati saya, selain kasih sayang kepada keluarga. Apalagi aspek motivasi lebih sering berurusan dengan saya, di samping perspektif teknis pembelajaran yang senantiasa berusaha dikembangkan. Kini, pada musim ketujuh terlibat pembelajaran, mungkin berguna untuk berbagi pengalaman terkait motivasi.

 

Bicara mengenai motivasi, salah satu nadzom paling saya ingat ialah nadzom yang terdapat dalam buku Ta’lim al-Muta’allim karya az-Zarnuji:

ألا لاتنال العلم الا بســــتة o سأنبيك عن مجموعها ببيان

ذكاء وحرص واصطبار وبلغة o وارشاد أستاذ وطول زمان

 

Secara pribadi, saya suka membandingkan dengan merawat ikatan intim dengan pasangan. Sepertihalnya rasa cinta, motivasi rentan memudar ketika tidak senantiasa dipupuk setiap waktu di semua tempat dalam seluruh keadaan. Tentu butuh materi serta energi yang besar untuk memupuknya, tapi hal ini buat saya bermanfaat.

 

Selama memperhatikan keadaan dalam pembelajaran, saya memperoleh tebakan bahwa motivasi murid berbanding lurus dengan motivasi guru. Untuk melihat ketepatan tebakan ini, saya butuh riset dengan instrumen absah dan andal yang dapat menghasilkan nilai kuantitatif. Dari hasil ini, tebakan tersebut dapat dilihat ketepatan sekaligus dihitung lebih rinci berapa besar konstanta pembanding tersebut. Namun yang jelas, ketika saya bisa menunjukkan hasrat kuat dalam memandu pembelajaran, murid cenderung memberi balasan setimpal berupa kemauan terlibat dalam langkah yang direncakan. Dari tebakan itulah saya kerap khawatir ketika mood sedang ambruk — seperti ketika Chelsea baru saja babak belur dilindas roda pembangunan.

 

Lalu apa saja langkah yang bisa dan biasa saya lakukan untuk melantan motivasi murid dalam pembelajaran? Berdasarkan pengalaman yang saya peroleh selama 7 musim, berikut ialah beberapa langkah sangkil dan mangkus. Urutan penyampaian bukan merupakan skala prioritas, hanya karena ingatan saja dalam suasana menunggu adzan Subuh yang ijeh suwennnnn ini.

 

Melibatkan Murid Sejak dalam Perencanaan

 

Banyak orang, entah beneran melakukan atau sekadar menyarankan, menuturkan bahwa murid harus dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas, laboratorium, dan/atau kunjungan lapangan. Saya tidak menyangkal, bahkan mendukung, tuturan ini. Namun, definisi aktif kerap tidak disepakati.

 

Pada Juni 2015 silam, tanggal dapat di-nego karena saya lupa pasnya kalau tidak salah itu tanggal 5, Pak Andhy Setiyawan memperingatkan dengan keras kepada saya gara-gara terlalu menyempitkan definisi aktif ke dalam perilaku yang teramati oleh mata. Melalui obrolan dengan Pak Andhy lalu Pak Didi Teguh Candra serta of cource my mom Buk Setiya Utari, saya mulai mengerti bahwa definisi aktif dapat diperluas ke dalam aktif berpikir, tidak hanya bergerak atau berucap.

 

Bagus, Hamka, Aa’, dan Arfa mungkin bisa menjadi contoh empiris dalam hal ini. Dalam pembelajaran, keempat squad 5D 2023/2024 ini jarang berucap dan bergerak. Namun, keempatnya menunjukkan bahwa mereka aktif berpikir dalam pembelajaran. Tandanya antara lain dari lembar kegiatan serta latihan yang biasanya bisa diikuti dengan baik. Aza dan Tsaqif 5A, Haidar dan Faqih 5B, serta Albana dan Aldivo 5C juga contoh bagus dalam hal ini.

 

Sisi aktif berpikir itulah yang sulit diamati dalam pembelajaran. Namun, biasanya kalau kita memakai strategi yang pernah disarankan oleh Richard Phillips Feynman berupa menembak acak murid untuk maju atau diberi pertanyaan, rasanya tidak sulit juga. Untuk mengetahui keaktifan murid, saya biasanya mengatur alur pembelajaran dengan menyelesaikan bersama (alur ketika murid dituntun) kemudian latihan (alur ketika murid dituntut). Hasil isian keduanya bisa dipakai sebagai bahan menebak bahwa murid aktif atau pasif selama pembelajaran.

 

Perluasan mengenai melibatkan murid secara aktif juga saya lakukan tak hanya dalam proses pembelajaran di kelas, malah sering sejak perencanaan maupun evaluasi. Sekarang enak, kita bisa bercakap dengan murid melalui WhatsApp atau merencanakan kegiatan pekan selanjutnya sambil curcol di luar jam pembelajaran. Dalam melakukan hal ini, biasanya saya bilang: ini targetnya, ini pembahasannya, kegiatannya silakan dipilih. Squad 4E 2023/2024 termasuk underrated squad yang sanggup memenuhi kebutuhan ini.

 

Perlu diperhatikan bahwa melibatkan murid secara aktif tidak melarang pemandu pembelajaran (alias guru) untuk berceramah dalam menyampaikan pembelajaran. Tidak semua konten pembelajaran cocok dilakukan dengan pendekatan non-ceramah, sebagian justru sangkil dan mangkus ketika disampaikan menggunakan ceramah.

 

Memberi Murid Kesempatan Untuk Merasa Berhasil

 

Pamer atau caper bukanlah hal yang buruk. Justru ini melatih kepercayaan diri sekaligus rendah hati. Ketika kita berhasil membangun budaya saling pamer atau caper, populasi akan secara alami menata diri untuk memamerkan yang pantas dan memilih caper yang layak diperhatikan. Coba saja.

 

Musim ini di kelas 4D saya banyak mengalami hal ini. Fiza, Yunan, dan Faza biasanya dapat dikatakan suka pamer dengan kecepatan mereka dalam menyelesaikan soal matematika atau sekadar menebak cara menyelesaikan. Melalui langkah seperti ini, kita memberi murid kesempatan untuk merasa berhasil.

 

Kasus berbeda saya alami di kelas 5C. Murid banyak yang ‘rendah hati’ dan ‘mendahulukan kesempatan kepada orang lain’. Dalam suasana seperti ini, memberi murid kesempatan untuk merasa berhasil saya lakukan dengan meniru urutan soal dalam buku Physics:Principles with Applications karya Douglas C. Giancoli. Pemberian soal dengan urutan berjenjang dari yang noob samapi glorious mythic dipecahkan dapat membuat murid merasa berhasil sampai titik tertentu. Sayang saya sering gagal memperhatikan murid yang sudah berada di ‘zona nyaman’ atau pegel kalau diajak ‘naik ke klasemen sementara’.

 

Menjadikan Pembelajaran Menyenangkan

 

Banyak perilaku konyol maupun ucapan yang pura-pura spontan saya sampaikan, yang justru paling mudah diingat oleh murid. Tak jarang saya melakukan hal yang paling sering dikritik: muter-muter sampai pegel ke hal lain, mostly soal sepak bola dan K-Pop, untuk memberi analogi terkait konten pembelajaran yang disampaikan. Cara ini sangat berguna ketika saya mengajar formal science berupa, please don’t laugh!, Matematika. Pembelajaran menyenangkan juga dapat berlangsung ketika kita mengerti kepribadian murid. Tidak semua murid suka dipuji, sebagian lebih suka dicaci, contohnya Radit.

 

Banyak yang menentang frasa “pembelajaran menyenangkan” antara lain terdapat kesenjangan perspektif tentang “menyenangkan”. Banyak yang menyangka bahwa makna “pembelajaran menyenangkan” mengarah kepada pembelajaran yang membebaskan murid bermain, membiarkan murid berteriak, maupun mengubah pembelajaran menjadi arena bermain. Buat saya, “pembelajaran menyenangkan” adalah pembelajaran yang memberi tantangan kepada murid, memberi kepercayaan (trust) kepada murid untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan style mereka, serta mendengarkan murid ketika mereka berkeluh-kesah terkait masalah pembelajaran. Murid lebih suka diberi tantangan, kepercayaan, dan didengarkan ketimbang dikasih jajan—beneran.

 

Tidak Terpaku kepada Kurikulum

 

Ketika mulai membedah Biologi saat memandu pembelajaran Biologi di MA NU TBS pada musim 2018/2019, saya banyak dianggap sebagai makhluk Tuhan paling ruwet. Hal ini terjadi karena saya tak bisa menerima alur pembelajaran Biologi dalam kurikulum, seiring biasa menggunakan track Fisika ketika mengajar apapun. Namun biar begitu, justru dari ke-ruwet-an itulah saya dapat membawa kesimpelan dalam mengajar. Pembelajaran terasa otentik dengan keterampilan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan murid. Tidak ada salahnya kita menistakan kurikulum, selama tujuan pendidikan nasional tercapai. Dalam pembelajaran Matematika di MI NU TBS juga seperti itu. Sangat jarang saya terpaku kepada kurikulum, tapi tidak juga mengabaikan. Konten pembelajaran selalu tersusun atas muatan seperti kurikulum yang berlaku, dengan sedikit perluasan dan pendalaman — beda dikit gak ngaruh, ceunah.

 

Menjelaskan Alasan Melakukan Sesuatu

 

Tidak ada yang lebih membosankan daripada seorang guru menyuruh murid untuk membuka buku mereka di halaman 26, dan meminta mereka untuk melakukan latihan soal yang tertera. Kira perlu menjelaskan mengapa kegiatan tertentu penting bagi mereka untuk melakukan latihan ini, dan apa yang akan mereka capai dengan melakukannya.

 

Saat memberi tugas, kita juga perlu menjelaskan dan memberi murid waktu untuk mempersiapkan terlebih dahulu dan mengajukan pertanyaan. Tidak ada yang lebih menyebalkan bagi mereka daripada tidak dapat bekerja dengan baik, karena mereka tidak mengerti tugasnya. Ini sangat penting bagi murid. Mereka perlu memiliki gagasan yang sangat jelas tentang apa yang seharusnya mereka lakukan.

 

Ketika memulai pelajaran, sebaiknya kita sampaikan rencana pembelajaran serta target yang ditetapkan. Untuk murid rajin, ini memberi kesempatan mereka untuk evaluasi diri. Sementara untuk murid males, bisa memberi gambaran sebaiknya mereka bucinan atau tidur saja di kelas maupun ijin ke kamar mandi terus temangsang di koperasi dan kantin ketika kembali. Buat saya, penting bagi murid untuk mengetahui peta pembelajaran dikaitkan dengan hal lain, seperti perkembangan keilmuan dan letak dalam kajian umum.

 

Di luar beberapa tips tersebut, apa tips terbaik yang dapat saya tawarkan? Selama 7 musim memandu pembelajaran, satu tips yang paling bagus untuk disampaikan ialah: empati. Sesederhana itu. Pak Musthofa Imron pernah bilang kepada saya, “Anak-anak juga punya perasaan, yang perlu kita jaga.”

 

K.Sn.Po.160845.260224.14:00