Episode 11 — Manfaat Abadi Pantat Aini

 

Di Wonogiri, sebuah semangat kompetisi dan kegembiraan berpadu dalam gelaran Turnamen Bola Voli Putra "Jekek Mania 2". Lapangan Sekijang Arena di Jatiroto menjadi saksi bisu persiapan matang untuk menyambut 16 tim terbaik yang datang dari berbagai penjuru Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Daerah Istimewa Yogyakarta. Turnamen yang diselenggarakan oleh Karang Taruna Sekijang Lingkungan Sambiroto Kidul ini bukan hanya menjanjikan adu kekuatan dan strategi di atas net, namun juga sebuah perayaan kebersamaan bagi masyarakat Wonogiri. Hadiah total puluhan juta rupiah, termasuk hadiah menggiurkan untuk para pemenang dan pemain terbaik, semakin menambah daya tarik turnamen ini. Namun, ada satu nama yang secara khusus mampu menyedot perhatian khalayak ramai dan membangkitkan antusiasme yang berlipat ganda: Aini Zhafara. Kehadirannya sebagai bintang tamu di malam pembukaan menjadi magnet tersendiri, menjanjikan sebuah perpaduan apik antara sengitnya persaingan olahraga dan hiburan yang memukau. Terlebih ini adalah kali pertama Aini Zhafara tampil setelah 2 pekan jeda usai dikhianati tangan kanannya.

Di layar ponsel Arkana, notifikasi Instagram berkedip. Sebuah story baru dari Aini Zhafara. Dengan cepat ia membukanya. "Halo aku Aini Zhafara jangan lupa saksikan saya di pembukaan turnamen bola voli Jekek Mania 2 di Sekijang Arena Jatiroto Wonogiri dadah Sampai ketemu di sana pasti!" Arkana tersenyum lebar. "Wah, beneran datang!" gumamnya, segera membagikan story itu ke grup WhatsApp teman-temannya. "Gas, lur! Aini Zhafara manggung!"

Sementara itu, di Sekijang Arena, Eko, ketua panitia, mengawasi para anggotanya yang sibuk menata panggung. " sound system sudah oke, To?" tanyanya pada Santo, bagian perlengkapan. "Siap, Mas Eko! Nanti malam tinggal cek sound sama timnya Mbak Aini," jawab Santo sambil mengacungkan jempol. Di sudut lain, Rina dan Dewi menata kursi VIP. "Semoga Mbak Aini dan para tamu penting lainnya nyaman ya, Rin," ujar Dewi sambil merapikan taplak meja. "Pasti, Dew. Ini kan acara spesial," balas Rina dengan senyum optimis.

Antisipasi pun memuncak, para penggemar Aini Zhafara dan para pecinta bola voli tak sabar menanti malam pembukaan "Jekek Mania 2" yang dipastikan akan menjadi perpaduan apik antara semangat olahraga dan hiburan yang memukau.

Malam yang dinanti tiba. Sekijang Arena, yang beralaskan tanah merah khas lapangan voli kampung, bermandi cahaya dari lampu-lampu sorot yang dipasang di sekeliling arena. Ratusan pasang mata memadati setiap sudut, menciptakan atmosfer yang riuh rendah namun penuh semangat. Di tengah arena, barisan Passkansa dari SMK Negeri 1 Jatiroto dengan langkah tegap membawa kibaran bendera; Merah Putih, bendera PBVSI, bendera kebanggaan Jekek Mania, dan bendera-bendera tim peserta yang siap berlaga. Tepuk tangan meriah menyambut setiap bendera yang melintas, menambah khidmat suasana pembukaan. Tak ketinggalan, penampilan Rewanda Rewaka dengan kostum uniknya menghibur penonton, disusul dengan gerakan lincah dan cerita magis dari seni tari Kethek Ogleng yang dibawakan oleh siswa-siswi SMP Negeri 3 Sidoharjo.

Di antara riuhnya acara pembukaan, bisik-bisik penonton semakin santer menantikan kehadiran bintang utama. "Katanya Mbak Aini sebentar lagi ya, Yu?" tanya seorang ibu kepada temannya. "Iya, katanya habis ini. Penasaran aku lihat langsung," jawab Yu Minah sambil sesekali melirik ke arah sudut arena yang tampak disiapkan khusus untuk penampilan. Di sisi panitia, Mas Tarso, salah satu anggota DPRD Wonogiri, tampak berbincang dengan Pak Djoko Purwidyatmo, pembina Jekek Mania. "Luar biasa antusiasmenya, Pak Djoko. Penampilan Mbak Aini ini memang daya tarik tersendiri," ujar Mas Tarso sambil mengamati kerumunan penonton. Pak Djoko mengangguk setuju. "Betul sekali, Mas Tarso. Kita harapkan malam ini menjadi pembukaan yang berkesan untuk semua."

Dan akhirnya, sorak sorai semakin membahana ketika sosok yang dinanti muncul di arena. Aini Zhafara, dengan atasan silvernya yang berkilauan memantulkan cahaya lampu dan celana hitam yang pas di tubuhnya, berjalan menuju area yang telah disiapkan. Tepuk tangan dan teriakan histeris menyambut kehadirannya, menandakan dimulainya hiburan utama malam itu.

Setelah beberapa penampilan pembuka dari para pengisi acara sebelumnya, suasana di Sekijang Arena sedikit mereda. Lampu sorot tidak lagi fokus ke tengah arena, memberikan kesempatan bagi para penonton untuk sekadar berbincang atau membeli minuman. Di salah satu sudut arena yang agak teduh, tampak Aini Zhafara sedang duduk di sebuah kursi sederhana. Ia terlihat menghela napas pelan sambil memijat pelipisnya. Seorang wanita yang tampak seperti asistennya menyodorkan sebotol air mineral. Aini menerimanya dengan senyum tipis dan meneguk beberapa kali. Momen istirahat sekitar sepuluh menit ini tampak dimanfaatkan Aini untuk memulihkan tenaga sebelum kembali menghibur ribuan penggemarnya yang sudah tak sabar menanti penampilannya.

Dengan senyum lebar yang menyapa seluruh penjuru arena, Aini Zhafara meraih mikrofon. Alunan musik dangdut yang rancak segera menghentak, memicu sorak sorai dan tepuk tangan yang semakin riuh. Ia membuka penampilannya dengan lagu-lagu yang sudah tak asing di telinga para penggemarnya, enerjinya seolah tak terbatas saat ia bergerak mengikuti irama. Cahaya lampu menari-nari di atas atasan silvernya, menciptakan efek gemerlap yang memukau. Sesekali, ia menyapa penonton di berbagai sisi arena. "Wonogiri... apa kabar semuanya? Semangat?" teriaknya, yang dijawab dengan pekikan antusias dari ribuan pasang mata.

Di antara jeda lagu, interaksi hangat terjalin. "Ada request lagu malam ini?" tanyanya, yang langsung disambut dengan berbagai teriakan judul dari arah penonton. Aini Zhafara mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk dan tersenyum. "Oke siap! Buat yang dari tadi minta lagu 'Sayang'... ini dia buat kalian semua!" Ucapannya disambut dengan tepuk tangan meriah, dan alunan musik pun kembali mengalun. Tak hanya bernyanyi, Aini juga mengajak penonton untuk ikut bernyanyi dan bergoyang bersamanya. "Yang hafal lagunya, jangan malu-malu! Kita nyanyi bareng!" serunya, dan banyak penonton pun ikut melantunkan lirik, menciptakan koor massal yang menggema di arena.

Di barisan depan, tampak beberapa anak kecil yang begitu antusias melihat Aini Zhafara. Salah satunya, seorang gadis kecil bernama Risa, tampak tak berkedip menatap sang idola. Melihat tatapan polos itu, Aini Zhafara mendekat ke tepi arena. Ia berjongkok, menyamakan tingginya dengan Risa. "Hai cantik... suka lagunya?" tanyanya lembut. Risa mengangguk malu-malu sambil tersenyum. Momen interaksi singkat itu disambut hangat oleh para penonton di sekitar mereka, menambah suasana akrab malam itu.

Setelah menyelesaikan beberapa lagu yang membuat seisi arena bergoyang, Aini Zhafara kembali berinteraksi dengan para penggemar di dekat bibir arena. Kali ini, perhatiannya tertuju pada beberapa anak kecil yang tampak begitu mengaguminya. Salah satunya adalah seorang gadis kecil bersemangat bernama Sinta yang sedari tadi tak henti-hentinya melambaikan tangan. Aini Zhafara menghampirinya dengan senyum lembut. "Hai, cantik! Semangat sekali dari tadi," sapanya. Sinta tampak sedikit malu namun matanya berbinar. "Iya, Mbak Aini! Aku sering lihat Mbak Aini di YouTube," jawabnya dengan suara lantang, "Kata Ibu, Mbak Aini keren!"

Mendengar pengakuan polos Sinta, hati Aini Zhafara terasa hangat. "Oh ya? Sering lihat di mana?" tanyanya sambil berjongkok agar lebih dekat. "Di HP Ibu, waktu Ibu kerja di warung makan," jawab Sinta polos. Aini tersenyum dan mengusap lembut kepala Sinta. "Wah, terima kasih ya sudah sering lihat," ucapnya tulus. Kemudian, ia meraih sebungkus Lays dari tas kecil yang dibawanya dan memberikannya kepada Sinta. "Ini buat Sinta, biar tambah semangat nontonnya." Mata Sinta berbinar-binar menerima hadiah tersebut.

Melihat antusiasme Sinta dan anak-anak lainnya, ide spontan muncul di benak Aini. "Siapa yang mau belajar goyang sama Mbak Aini?" tanyanya sambil terkekeh. Beberapa anak langsung mengangkat tangan dengan semangat. Aini pun mulai memperagakan gerakan sederhana namun menggemaskan. "Ini namanya... goyang ulegh ulegh!" katanya sambil sedikit menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan memutar kecil, seperti sedang mengulek sambal. Sinta dan teman-temannya mencoba menirukan gerakan tersebut dengan tawa riang. Aini Zhafara dengan sabar membimbing mereka, menciptakan momen kebersamaan yang hangat. Di akhir sesi goyang singkat itu, Aini memeluk Sinta sekilas, membuat gadis kecil itu tersipu bahagia. Para penonton di sekitar mereka ikut tersenyum dan bertepuk tangan melihat interaksi yang manis dan tulus tersebut. Ekspresi Aini Zhafara memancarkan kehangatan dan kasih sayang, sementara reaksi penonton menunjukkan apresiasi atas keramahannya.

Setelah sukses dengan lelang atasan silver yang tak terduga, Aini Zhafara kembali memegang mikrofon dengan semangat yang tak surut. Alunan musik kembali mengalir, kali ini dengan ritme yang lebih menghentak dan penuh energi. Aini pun tak kalah memberikan penampilan yang memukau. Ia bergerak lincah di atas arena, sesekali melakukan goyangan pinggul yang disambut sorak sorai riuh dari para penonton. Di tengah lagu, ia bahkan berinteraksi dengan para pemusik, menciptakan kolaborasi yang semakin memeriahkan suasana.

Usai lagu yang penuh enerji itu, Aini Zhafara tampak sedikit terengah-engah dan memberikan isyarat kepada band untuk beristirahat sejenak. Ia mengambil botol air mineral dan meneguk beberapa kali sambil menyeka keringat di dahinya dengan tisu. Baru saja ia sedikit bersantai, tiba-tiba suara lantang seorang penonton kembali memecah keheningan singkat. "Celananya juga, Mbak Aini!" teriak seorang pria dari arah tengah arena, disambut gelak tawa dan teriakan dukungan dari penonton lainnya.

Awalnya Aini tampak sedikit terkejut dan menoleh ke arah suara tersebut dengan ekspresi bingung bercampur geli. "Hah? Celana juga?" tanyanya sambil tertawa kecil. Namun, melihat antusiasme yang begitu besar dan sorakan yang semakin ramai, ia kembali melemparkan senyum jahil. "Wah, kalian ini... ada-ada saja!" ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Oke deh! Siapa berani nawar celana bekas Aini?" tantang Aini Zhafara sambil tersenyum lebar melihat antusiasme yang tak kunjung padam.

"Tiga ratus ribu!" seru seorang pemuda dari arah belakang.

"Lima ratus ribu!" timpal ibu-ibu di sisi kanan arena.

Tawa Aini Zhafara semakin keras. "Naik lagi dong! Ini celana bekas goyang lho!" candanya yang disambut gelak tawa penonton.

"Satu juta!" suara seorang bapak terdengar mantap.

"Wih, langsung satu juta! Ada yang berani menyaingi?" Aini Zhafara mengedarkan pandangannya ke seluruh arena.

Hening sejenak, lalu terdengar suara seorang pria dengan nada sedikit ragu, "Satu juta lima ratus ribu?"

"Naik lagi, Mas! Ini celana penuh kenangan!" timpal penonton lain, memancing tawa.

Hingga akhirnya, seorang pria berjaket cokelat di barisan tengah berteriak lantang, "Dua juta tiga ratus ribu!"

Aini Zhafara terbelalak pura-pura kaget. "Dua juta tiga ratus ribu! Serius ini?" Pria berjaket cokelat itu mengangguk mantap sambil tersenyum lebar. "Oke! Sah! Celana penuh kenangan ini milik mas yang berjaket cokelat!" seru Aini Zhafara yang disambut tepuk tangan meriah. Pria itu maju ke depan untuk menyerahkan uang tunai.

Setelah menerima uang, Aini Zhafara kembali tersenyum. "Terima kasih banyak ya, Mas. Semoga berkah rezekinya. Dan semoga berkah juga dari Aini Zhafara melalui baju bekas dan celana bekas yang sudah basah keringat ini," celetuknya sambil tertawa kecil, disambut riuh rendah tawa dan sorakan dari para penonton. Kejadian lelang spontan ini benar-benar menciptakan suasana yang tak terlupakan dan semakin mendekatkan Aini Zhafara dengan para penggemarnya.

Setelah riuh rendah lelang pakaian bekas, Aini Zhafara kembali memegang mikrofon, siap menghibur para penggemarnya dengan lagu-lagu berikutnya. Alunan musik kembali memenuhi Sekijang Arena, dan Aini kembali bersemangat melantunkan tembang-tembang dangdut yang membuat kaki bergoyang. Penonton pun kembali hanyut dalam irama, melupakan sejenak kejadian lelang yang baru saja usai. Beberapa lagu dibawakan dengan penuh enerji, membuat Aini Zhafara kembali berkeringat di bawah sorot lampu.

Setelah beberapa waktu, Aini kembali memberikan isyarat kepada band untuk beristirahat. Ia mengambil napas dalam-dalam dan menyapa penonton dengan senyum lebar. "Okeee... kita break sebentar yaaa... buat yang mau minum atau ke belakang, silakan..." Ucapannya disambut anggukan dan beberapa penonton mulai bergerak. Namun, belum sempat Aini benar-benar beristirahat, seorang penonton kembali berteriak dari arah depan. "Mbak Aini! Sepatunya sekalian, Mbak!"

Awalnya Aini Zhafara tampak sedikit terkejut, namun kemudian tertawa kecil menyadari antusiasme para penggemarnya yang tak ada habisnya. "Sepatu bekas juga mau dilelang ini ceritanya?" tanyanya sambil menunduk melihat sepatu sneakers putih dengan detail hitam yang dikenakannya. "Hmm... ini sepatu sudah menemani saya bergoyang dari awal acara lho ya... keringatnya sudah lumayan meresap ini," godanya sambil terkekeh. Sontak, godaan Aini ini justru memicu minat para penonton. Sekitar lima atau enam orang langsung mengajukan diri sebagai pelelang, dengan antusias menyebutkan angka tawaran. Lelang sepatu bekas Aini Zhafara pun dimulai.

Proses lelang berlangsung cukup lama dan sengit. Para pelelang, yang beberapa di antaranya tampak seperti pejabat daerah yang hadir dalam acara tersebut, saling menaikkan tawaran dengan semangat. Aini Zhafara pun tak ketinggalan ikut memanaskan suasana dengan celetukan-celetukan jenakanya. "Ini bukan cuma sepatu bekas biasa ya, Bapak-bapak, Ibu-ibu... tapi ini sepatu bekas jogetnya Aini Zhafara! Aromanya... hmm... aroma bintang!" godanya sambil pura-pura mencium sepatunya, disambut tawa riuh penonton. Harga terus merangkak naik hingga akhirnya mencapai angka lima juta enam ratus ribu rupiah, yang ditawarkan oleh seorang bapak yang tampak bersemangat dari barisan VIP.

Saat hendak menyerahkan sepatu bekasnya, Aini Zhafara mempersilakan pemenang lelang untuk maju ke depan. "Masnya sini... biar lebih afdol, sepatunya dilepas sendiri ya," kata Aini sambil tersenyum dan mengulurkan kakinya. Pria pemenang lelang itu tampak begitu antusias hingga berlutut di hadapan Aini untuk membuka tali sepatu dan melepaskan sepatu yang dikenakan Aini sejak awal acara.

Setelah sepatunya terlepas, Aini kembali mengulurkan kakinya yang kini hanya berbalut kaos kaki. "Sekalian bonusnya, Mas... biar tambah berkah," katanya sambil tersenyum, menyodorkan kakinya agar pria itu sekalian melepas kaos kaki putih yang tampak sedikit lembap tersebut. Pria itu dengan senang hati menerima uluran kaki Aini dan melepaskan kaos kakinya. Ia menerima sepatu dan kaos kaki bekas Aini dengan wajah berseri-seri.

Di luar dugaan, ia kemudian membawa sepatu bekas Aini ke dekat wajahnya dan menciumnya sekilas, lalu menghirupnya dalam-dalam aroma keringat sang idola. Tak berhenti di situ, ia kemudian mengusapkan kaos kaki bekas tersebut ke wajahnya, membuat ekspresi bahagia yang bercampur haru. Aini Zhafara yang menyaksikan pemandangan itu terkekeh cukup lama, tak bisa menahan gelaknya melihat tingkah penggemarnya yang begitu mengidolakan dirinya. Para penonton di sekitar mereka pun sontak berteriak, tertawa, dan merekam momen unik tersebut dengan ponsel mereka.

Setelah momen lelang yang unik dan menghibur itu, suasana di Sekijang Arena kembali fokus pada tujuan utama acara, yaitu turnamen bola voli. Aini Zhafara yang masih berada di sekitar lapangan, menyempatkan diri untuk berinteraksi dengan para pelatih, pemain, dan official dari kedua tim yang akan bertanding pada laga perdana: Dhaksinarga Gunungkidul dan Sukun Badak Kudus.

Para anggota tim dari kedua kubu tampak menghampiri Aini dengan wajah penuh hormat. Mereka mengulurkan tangan untuk bersalaman sambil sedikit menundukkan badan sebagai bentuk sopan santun. Beberapa di antara mereka bahkan terlihat mencium tangan Aini sebagai tanda kekaguman.

Salah seorang pemain dari tim Dhaksinarga Gunungkidul, seorang pemuda dengan postur tinggi dan tegap bernama Rendra, tampak sangat antusias. Setelah bersalaman dan mencium tangan Aini, ia memberanikan diri memohon doa restu. "Mbak Aini, mohon doanya ya untuk pertandingan nanti," ucapnya dengan nada sungguh-sungguh sambil kembali mencium tangan Aini. Dengan senyum tulus, Aini Zhafara mendoakan Rendra. Ia mengusap lembut kepala dan tangan pemain muda itu, lalu mengambil sebotol air mineral yang ada di dekatnya dan memberikannya kepada Rendra. "Semoga diberi kelancaran dan kekuatan ya," kata Aini dengan nada menyemangati. Rendra menerima air minum tersebut dengan wajah berterima kasih. "Amin, terima kasih banyak, Mbak Aini. Semoga berkah doa dan dukungan dari Mbak," jawabnya tulus. Para pemain dan official lainnya dari kedua tim pun turut menyaksikan momen tersebut dengan senyum dan anggukan kepala. Interaksi yang penuh hormat dan dukungan ini semakin mempererat hubungan antara sang bintang tamu dan para atlet yang akan berlaga.

Setelah rangkaian interaksi yang hangat dengan para atlet, Aini Zhafara tampak sedikit menarik napas lega. Ia berjalan menuju sisi arena yang agak lengang dan duduk di sebuah kursi plastik sederhana yang disiapkan oleh panitia. Di dekatnya, Arya, asisten pribadinya, dengan sigap menghampirinya sambil membawa sebotol air mineral. Ia membuka tutup botol dan menyodorkannya kepada Aini. Setelah Aini meneguk beberapa kali, Arya mengambil botol itu dan meletakkannya di meja kecil di samping kursi Aini.

Melihat Aini yang tampak sedikit berkeringat, Arya berinisiatif mengambil kipas angin kecil elektrik dari tasnya dan mengarahkannya ke wajah Aini. Tak lama kemudian, ia juga mengambil handuk kecil dan menyodorkannya. "Ini, Mbak Aini, buat lap keringat," ucap Arya dengan nada perhatian. Aini menerima handuk itu dengan senyum terima kasih.

Tak berselang lama, Arya kembali menghampiri Aini sambil membawa wadah berisi makanan berat yang disediakan oleh panitia. Ia membukanya dan menyodorkannya kepada Aini. "Mbak Aini mau makan dulu?" tawar Arya lembut. Aini mengangguk. "Boleh deh, Ya. Laper juga," jawabnya. Namun sebelum menyentuh makanan, Aini meminta untuk mencuci tangan. Tanpa ragu, Arya mengambil botol air mineral yang baru, membukanya, dan menyodorkannya kepada Aini untuk mencuci tangan. Aini menuangkan sedikit air ke tangannya, menggosoknya, lalu mengeringkannya dengan tisu yang diberikan Arya. Kemudian, dengan khusyuk Aini mengucapkan, "Bismillahirrohmanirrohim..." sebelum mulai menyantap makanan berat itu dengan tangan.

Sambil makan, Aini dan Arya terlibat dalam percakapan ringan. Aini bercerita tentang antusiasme penonton dan kejadian-kejadian unik selama penampilannya. Arya mendengarkan dengan penuh perhatian dan sesekali memberikan tanggapan dengan nada penuh ta'dzim. Setelah selesai makan, Aini kembali mencuci tangannya dengan air mineral yang disodorkan Arya sambil mengucapkan, "Alhamdulillah... Ya Allah..."

Kemudian, Arya kembali menawarkan camilan yang juga disediakan panitia. Ia menyodorkan kotak berisi beberapa jenis makanan ringan. Aini mengambil beberapa keping Lays dan menggigitnya perlahan. Matanya kemudian tertuju pada kotak donat. Ia mengambil satu per satu dari enam donat yang ada, menggigitnya sedikit di beberapa bagian, namun tidak menghabiskan satupun. Setelah itu, ia menyandarkan punggungnya ke kursi, tampak sedikit lebih segar setelah beristirahat dan mengisi perut. Arya terus berada di dekatnya, siap jika Aini membutuhkan sesuatu.

Tak lama setelah Aini Zhafara dan Arya beranjak dari sisi arena untuk bersiap meninggalkan lokasi acara, pemandangan tak biasa terjadi. Beberapa penonton laki-laki, yang sedari tadi tampak begitu antusias menyaksikan penampilan Aini, tiba-tiba bergerak cepat menuju area tempat Aini beristirahat. Mereka tampak mencari-cari sesuatu di sekitar kursi dan meja kecil yang baru saja ditinggalkan.

Awalnya, hanya beberapa orang yang tampak celingukan. Namun, begitu satu orang menemukan botol air mineral bekas yang sempat diminum Aini, kabar itu dengan cepat menyebar. Ternyata, ada tiga botol air mineral yang tertinggal: dua bekas diminum Aini dan satu bekas ia gunakan untuk mencuci tangan. Dalam sekejap, area tersebut menjadi ramai oleh belasan pria yang berebut untuk mendapatkan "berkah" dari sang idola.

"Ini bekas Mbak Aini!" seru seorang pria berjaket hitam sambil mengangkat tinggi satu botol yang berhasil diraihnya.

"Sini, Mas! Bagi sedikit!" timpal pria lain berusaha merebutnya.

Namun, pria berjaket hitam itu menggelengkan kepala sambil membuka tutup botol dan langsung mengguyurkan sisa air mineral ke kepalanya. "Wah... sejuk! Berkah tenan iki!" gumamnya dengan mata terpejam menikmati sensasi dingin air bekas Aini.

Pria lain berhasil mendapatkan botol yang berbeda. Ia membukanya dan langsung meminum sisa air di dalamnya denganRakus. "Manis... seperti Mbak Aini!" celetuknya sambil tersenyum lebar. Sementara itu, seorang pria berkumis tebal hanya berhasil mendapatkan botol kosong. Namun, ia tetap terlihat senang. "Yang penting bekas Mbak Aini! Buat kenang-kenangan!" katanya sambil mencium botol tersebut dengan khidmat.

Tak hanya botol air mineral, sebuah handuk kecil berwarna putih yang sempat digunakan Aini untuk menyeka keringat juga ditemukan tergeletak di kursi. Seorang pemuda dengan sigap mengambilnya. "Ini handuknya Mbak Aini!" serunya bangga sambil mencium aroma handuk tersebut dalam-dalam. "Wangi... wangi Mbak Aini!"

Pemandangan ini tentu saja mengundang perhatian beberapa penonton lain yang menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum melihat fanatisme yang begitu besar. Sementara itu, Aini Zhafara dan Arya yang masih berada di dekat area parkir, sempat menoleh ke belakang dan melihat kerumunan yang terjadi.

Pemandangan ini tentu saja mengundang perhatian beberapa penonton lain yang menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum melihat fanatisme yang begitu besar. "Edan tenan penggemare Mbak Aini," celetuk seorang bapak kepada temannya sambil tertawa kecil. "Yo wislah, sing penting seneng," balas temannya sambil mengacungkan jempol ke arah kerumunan.

Sementara itu, di dekat area parkir, Aini Zhafara dan Arya yang hendak masuk ke dalam mobil sempat menoleh ke belakang dan melihat kerumunan yang terjadi di bekas tempat istirahat Aini. Arya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum heran. "Mbak Aini lihat itu... sampai segitunya ya?" komentarnya.

Aini hanya tersenyum kecil melihat antusiasme ekstrem para penggemarnya sambil menghela napas pelan. "Ya begitulah, Ya. Kadang aku juga nggak habis pikir. Tapi ya... anggap saja ini bentuk cinta mereka," jawab Aini dengan nada lembut. Ia melambaikan tangan sekilas ke arah arena sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Sekijang Arena. Antusiasme ekstrem para penggemarnya malam itu menjadi salah satu cerita unik yang akan ia kenang dari penampilannya di "Jekek Mania 2".

Lebih dari sekadar menghibur di atas panggung, Aini Zhafara, seorang seniman kelahiran Yogyakarta, memiliki kepedulian yang mendalam terhadap perkembangan olahraga di berbagai daerah. Jauh sebelum memukau ribuan penggemarnya di "Jekek Mania 2" Wonogiri, hari itu menjadi hari yang padat bagi Aini. Pagi harinya, ia bertolak dari Yogyakarta menuju Karanganyar, tempat di mana ia tercatat sebagai pemilik klub sepak bola Persika Karanganyar.

Sejak kepemilikan Aini, Persika Karanganyar mengalami dampak komersial yang signifikan. Popularitas Aini sebagai seorang entertainer berhasil menarik banyak sponsor untuk mendukung klub. Stadion Persika pun selalu dipenuhi penonton, bukan hanya untuk menyaksikan pertandingan, tetapi juga untuk menikmati penampilan Aini yang selalu membuka setiap laga kandang dengan nyanyian dan goyangan khasnya. Bahkan, jersey klub Persika kini menampilkan nama dan tanda tangan Aini, serta menjadi buruan para penggemar. Tak jarang, jersey bekas pakai Aini pun menjadi sumber pemasukan tambahan bagi klub melalui lelang atau penjualan edisi terbatas.

Setelah urusan dengan Persika di Karanganyar selesai, siang hingga sore harinya Aini melanjutkan perjalanan ke Wonogiri. Di sana, ia terlibat dalam proses negosiasi dan pengalihan kepemilikan klub sepak bola kebanggaan Wonogiri, Persiwi Wonogiri. Menariknya, kepemilikan Persiwi ini didapatkan Aini bukan melalui pembelian dengan sejumlah uang. Kehadirannya sebagai pemilik diharapkan mampu memberikan dampak komersial yang serupa dengan yang ia lakukan di Persika Karanganyar. Aini menyadari, berdasarkan riset yang dilakukan oleh asistennya, Arya, bahwa baik di Karanganyar maupun di Wonogiri, ia memiliki basis massa penggemar fanatik yang sangat besar dan berpotensi untuk mendukung perkembangan klub lokal.

Kesibukan berpindah dari Yogyakarta ke Karanganyar untuk Persika, lalu ke Wonogiri untuk proses pengalihan Persiwi, tentu saja menguras energi Aini. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa ia terlihat sedikit kelelahan saat tiba dan beristirahat sejenak sebelum penampilannya di "Jekek Mania 2". Meskipun demikian, profesionalisme tetap diutamakan. Ia tetap memberikan penampilan yang maksimal dan berinteraksi dengan penuh semangat bersama para penggemarnya. Kepedulian Aini terhadap olahraga dan komitmennya untuk memajukan sepak bola di Jawa Tengah memberikan dimensi yang lebih dalam pada kehadirannya di acara pembukaan turnamen bola voli tersebut. Ia bukan hanya seorang bintang tamu, tetapi juga sosok yang memiliki visi untuk kemajuan olahraga di daerahnya, memanfaatkan popularitasnya untuk memberikan dampak positif bagi klub-klub lokal yang ia naungi. Momen-momen seperti berbagi goyangan dengan anak-anak, melelang barang-barang pribadinya, hingga berinteraksi hangat dengan para atlet, semuanya meninggalkan kesan mendalam bagi para penonton yang hadir. Bahkan, fenomena rebutan sisa barang pribadinya setelah acara usai menjadi cerita tersendiri yang menunjukkan betapa besar kekaguman mereka terhadap sang idola.

Malam pembukaan "Jekek Mania 2" yang dimeriahkan oleh penampilan Aini Zhafara bukan hanya sekadar ajang pembuka turnamen bola voli, namun juga menjadi panggung perayaan kebersamaan dan hiburan yang tak terlupakan. Dampak kehadiran sang bintang terasa begitu kuat, menarik ratusan penonton dari berbagai kalangan untuk memadati Sekijang Arena. Interaksi Aini yang hangat dan spontan berhasil menciptakan ikatan emosional yang mendalam dengan para penggemarnya.

Jejak popularitas Aini Zhafara juga terlihat jelas di ranah digital. Siaran langsung penampilannya di channel YouTube SEKIJANG VOLI berhasil menarik perhatian luar biasa, tercatat sebanyak 61.818 tayangan. Angka ini jauh melampaui rata-rata tayangan video di channel tersebut yang biasanya berkisar antara 4 hingga 9 ribu penonton. Fenomena serupa juga terjadi di channel YouTube SKANJA TV yang menayangkan live streaming acara tersebut, dengan jumlah penonton mencapai 70.154, melonjak signifikan dari rata-rata 3 hingga 7 ribu tayangan per video.

Dari segi ekonomi, kehadiran Aini Zhafara memberikan dampak yang luar biasa bagi acara pembukaan "Jekek Mania 2". Panitia menyediakan 400 lembar tiket khusus seharga Rp300.000 untuk malam yang menampilkan sang bintang, dan seluruhnya ludes terjual. Angka ini sungguh mencengangkan jika dibandingkan dengan penjualan tiket pertandingan voli di turnamen yang sama. Biasanya, tiket pertandingan hanya dijual seharga Rp25.000 dan menarik sekitar 100 hingga 200 penonton saja. Dengan demikian, penampilan tunggal Aini Zhafara berhasil menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp120.000.000, sebuah angka yang jauh melampaui potensi pendapatan kotor dari seluruh rangkaian pertandingan turnamen yang diperkirakan maksimal hanya mencapai Rp80.000.000. Keberhasilan ini jelas menunjukkan betapa besar daya tarik Aini Zhafara bagi masyarakat dan bagaimana kehadirannya mampu memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan bagi penyelenggara acara.

Antusiasme penonton yang membludak ini juga membawa berkah tersendiri bagi para pedagang di sekitar Sekijang Arena. Lapak-lapak makanan, minuman, dan pernak-pernik tampak ramai diserbu pembeli sejak sore hari. Banyak pedagang yang mengaku mengalami peningkatan omzet yang signifikan dibandingkan hari-hari biasa. Kehadiran Aini Zhafara tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar.

Di tengah antusiasme masyarakat yang begitu besar menyambut Aini Zhafara, kehadiran para pejabat yang turut hadir dalam acara pembukaan seolah luput dari perhatian. Meskipun beberapa tokoh penting daerah seperti Wakil Bupati Wonogiri, anggota DPRD, dan kepala BKD turut hadir dan memberikan sambutan, fokus utama masyarakat sepenuhnya tertuju pada sang bintang tamu. Setiap gerak-gerik Aini Zhafara lebih menarik perhatian kamera dan sorak sorai penonton dibandingkan pidato atau kehadiran para pejabat di atas panggung kehormatan. Fenomena ini secara tidak langsung menunjukkan betapa besar popularitas Aini Zhafara di mata masyarakat Wonogiri, hingga mampu mengalihkan perhatian dari tokoh-tokoh publik daerah.

Di antara para pelelang yang begitu antusias untuk mendapatkan memorabilia dari Aini Zhafara, ternyata salah satu pejabat daerah yang hadir dalam acara pembukaan juga ikut serta dalam persaingan sengit lelang sepatu bekas. Bapak berkemeja batik, yang diketahui merupakan salah satu kepala dinas di Kabupaten Wonogiri, berhasil menjadi penawar tertinggi untuk sepatu yang telah menemani Aini bergoyang di atas arena. Keberhasilannya mendapatkan sepatu bekas sang idola disambut tepuk tangan meriah dari penonton lainnya, menunjukkan bahwa kekaguman terhadap Aini Zhafara melampaui batas status sosial dan jabatan. Kini, dengan bangga, sepatu bekas Aini Zhafara berpindah tangan ke seorang pejabat daerah, menjadi simbol unik dari malam yang tak terlupakan.

Bagi Sinta, gadis kecil yang berkesempatan berinteraksi langsung dan mendapatkan jajan serta pelukan dari Aini, malam itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Ia pulang dengan senyum lebar dan cerita yang tak sabar untuk dibagikan kepada ibunya di warung makan. Dari kejauhan, ibu Sinta menyaksikan interaksi putrinya dengan Aini. Hatinya dipenuhi rasa terima kasih yang mendalam kepada sang artis atas keramahannya kepada Sinta. Meskipun tak berinteraksi langsung, momen itu menjadi kebahagiaan tersendiri baginya. Goyangan "ulegh ulegh" yang diajarkan Aini pun terus Sinta praktikkan dengan riang di rumah.

Arkana dan teman-temannya, para penggemar yang mengikuti setiap unggahan Aini, pulang dengan cerita heboh tentang lelang barang bekas sang idola. Mereka tak menyangka bisa menyaksikan langsung momen unik tersebut dan semakin mengagumi Aini atas spontanitas dan kedekatannya dengan penggemar. Atasan silver berkilauan yang berhasil didapatkan Arkana kini tersimpan dengan bangga di dalam lemari kaca di ruang tamu rumahnya. Lemari itu kini berfungsi ganda, sebagai pajangan berharga dan sekaligus sarana pamer kepada setiap tamu yang berkunjung, menceritakan kisah unik bagaimana ia mendapatkan "artefak" dari sang idola.

Bapak berkemeja batik yang berhasil memenangkan lelang celana bekas Aini pulang dengan senyum bangga. Celana tersebut kini tergantung dengan rapi di ruang kerjanya, sesekali ia sentuh dengan penuh hormat, mengingat momen interaksi tak terduga dengan Aini. Baginya, celana itu bukan hanya sekadar kain, tetapi juga simbol kedekatan dengan idola yang ia kagumi.

Pria bertopi merah yang mendapatkan sepatu dan bonus kaos kaki bekas Aini memperlakukan kedua barang tersebut layaknya relikui suci. Sepatu itu ia simpan di dalam kotak khusus, sesekali ia buka hanya untuk mengagumi dan mengingat momen berlutut di hadapan Aini. Kaos kaki bekasnya pun ia simpan dengan hati-hati, membawanya sesekali untuk sekadar mencium aromanya yang ia yakini sebagai "aroma bintang".

Bahkan, para pria yang berebut sisa botol air mineral dan handuk bekas Aini pulang dengan keyakinan telah mendapatkan "berkah" dari sang idola. Botol-botol air mineral bekas itu kini tersimpan rapi di lemari pajangan mereka, sementara handuk bekas Aini mereka gunakan dengan penuh khidmat, meyakini ada energi positif yang tersalurkan dari sentuhan barang-barang tersebut.

Bagi para atlet, kehadiran Aini Zhafara memberikan semangat dan hiburan tersendiri sebelum dimulainya kompetisi. Interaksi hangat dan doa restu yang diberikan Aini kepada Rendra dari Dhaksinarga Gunungkidul, yang kemudian berhasil mengantarkan timnya meraih kemenangan sengit 3-2 atas Sukun Badak Kudus di laga perdana, semakin menambah kesan positif kehadiran Aini dalam acara tersebut. Kemenangan itu seolah menjadi berkah nyata dari interaksi dan doa sang bintang.

Keesokan harinya, kisah Rendra dan "berkah Aini Zhafara" menjadi perbincangan hangat di berbagai media lokal. "Saya benar-benar tidak menyangka bisa menjadi MVP dan tim kami menang melawan tim kuat seperti Sukun Badak," ujarnya seperti dikutip DerapJuang.id. DerapJuang.id sendiri memberitakan pertandingan itu dengan judul, "Doa Aini Zhafara Bawa Dhaksinarga Juara, Rendra Raih MVP!".

"Malam sebelum pertandingan, saya memberanikan diri memohon doa restu kepada Mbak Aini. Beliau sangat ramah, mendoakan kami, mengusap kepala saya, dan bahkan memberikan air minum. Saya percaya, energi positif dan doa dari beliau membawa keberuntungan bagi kami," kutip BeritaWonogiri.com dari wawancara dengan Rendra. BeritaWonogiri.com lalu menulis berita dengan, "Fenomena Jekek Mania: Bukan Hanya Voli, Berkah Bintang Tamu Aini Zhafara Antarkan Kemenangan Dramatis".

Di akun media sosialnya, @aini_zhafaratoktil, Aini Zhafara juga mengunggah ulang postingan Rendra dan mengucapkan selamat atas kemenangan tim Dhaksinarga. Ia juga menuliskan rasa senangnya bisa menjadi bagian dari acara yang meriah dan memberikan semangat bagi para atlet. Interaksi ini semakin memperkuat citra Aini Zhafara sebagai sosok yang dekat dengan penggemar dan peduli terhadap perkembangan olahraga di daerah.

Sebagai penutup, penampilan Aini Zhafara di malam pembukaan "Jekek Mania 2" tidak hanya memberikan hiburan yang tak ternilai harganya, tetapi juga membawa keuntungan finansial bagi berbagai pihak. Untuk penampilannya tersebut, Aini Zhafara menerima honor sebesar Rp10.000.000. Selain itu, dari aksi lelang spontan barang-barang pribadinya, Aini juga mendapatkan tambahan pemasukan sebesar Rp4.300.000. Sementara itu, panitia penyelenggara "Jekek Mania 2" berhasil meraup pemasukan kotor sebesar Rp120.000.000 dari penjualan tiket khusus malam pembukaan.

Namun, di balik angka-angka komersial tersebut, hal yang jauh lebih penting adalah dampak emosional dan ikatan yang semakin kuat antara Aini Zhafara dan para penggemarnya. Setiap interaksi hangat, momen berbagi kebahagiaan, dan antusiasme yang meluap dari para penggemar menjadi bukti nyata betapa kehadiran Aini memberikan arti yang mendalam bagi mereka. Kebahagiaan yang dirasakan para penggemar, kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan idola, dan kenangan tak terlupakan yang mereka bawa pulang, nilainya jauh melebihi sekadar keuntungan materi. Peristiwa di malam pembukaan "Jekek Mania 2" sekali lagi menegaskan bahwa ikatan yang tulus antara seorang bintang dan penggemarnya adalah hal yang tak ternilai harganya.

Keesokan harinya, sambil menggulir layar ponselnya, Aini Zhafara melihat berbagai komentar positif dan ungkapan kebahagiaan dari para penggemarnya yang hadir di "Jekek Mania 2". Ia tersenyum tipis, tampak terharu membaca setiap pesan yang masuk. Setelah membaca salah satu komentar yang menyentuh hatinya, Aini menghela napas pelan, pandangannya menerawang sejenak. Kemudian, dengan tulus ia mengucapkan, "Alhamdulillah... dimudahkan Allah untuk memberi manfaat dan kebahagiaan kepada sesama manusia." Ekspresi wajahnya memancarkan rasa syukur yang mendalam atas kesempatan yang diberikan kepadanya untuk berbagi kebahagiaan dan memberikan dampak positif bagi orang lain. Ada ketenangan dan kepuasan terpancar dari sorot matanya, seolah ia menyadari bahwa apa yang dilakukannya bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga sebuah kesempatan untuk berbuat baik.