Di Wonogiri, sebuah semangat kompetisi dan kegembiraan berpadu dalam
gelaran Turnamen Bola Voli Putra "Jekek Mania 2". Lapangan Sekijang
Arena di Jatiroto menjadi saksi bisu persiapan matang untuk menyambut 16 tim
terbaik yang datang dari berbagai penjuru Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga
Daerah Istimewa Yogyakarta. Turnamen yang diselenggarakan oleh Karang Taruna
Sekijang Lingkungan Sambiroto Kidul ini bukan hanya menjanjikan adu kekuatan
dan strategi di atas net, namun juga sebuah perayaan kebersamaan bagi
masyarakat Wonogiri. Hadiah total puluhan juta rupiah, termasuk hadiah
menggiurkan untuk para pemenang dan pemain terbaik, semakin menambah daya tarik
turnamen ini. Namun, ada satu nama yang secara khusus mampu menyedot perhatian
khalayak ramai dan membangkitkan antusiasme yang berlipat ganda: Aini Zhafara.
Kehadirannya sebagai bintang tamu di malam pembukaan menjadi magnet tersendiri,
menjanjikan sebuah perpaduan apik antara sengitnya persaingan olahraga dan
hiburan yang memukau. Terlebih ini adalah kali pertama Aini Zhafara tampil setelah
2 pekan jeda usai dikhianati tangan kanannya.
Di layar ponsel Arkana, notifikasi Instagram berkedip. Sebuah story baru dari Aini Zhafara. Dengan cepat ia membukanya. "Halo aku Aini
Zhafara jangan lupa saksikan saya di pembukaan turnamen bola voli Jekek Mania 2
di Sekijang Arena Jatiroto Wonogiri dadah Sampai ketemu di sana pasti!"
Arkana tersenyum lebar. "Wah, beneran datang!" gumamnya, segera
membagikan story itu ke grup WhatsApp teman-temannya.
"Gas, lur! Aini Zhafara manggung!"
Sementara itu, di Sekijang Arena, Eko, ketua panitia, mengawasi para
anggotanya yang sibuk menata panggung. " sound system sudah oke, To?"
tanyanya pada Santo, bagian perlengkapan. "Siap, Mas Eko! Nanti malam
tinggal cek sound sama timnya Mbak Aini," jawab Santo
sambil mengacungkan jempol. Di sudut lain, Rina dan Dewi menata kursi VIP.
"Semoga Mbak Aini dan para tamu penting lainnya nyaman ya, Rin," ujar
Dewi sambil merapikan taplak meja. "Pasti, Dew. Ini kan acara
spesial," balas Rina dengan senyum optimis.
Antisipasi pun memuncak, para penggemar Aini Zhafara dan para pecinta
bola voli tak sabar menanti malam pembukaan "Jekek Mania 2" yang dipastikan
akan menjadi perpaduan apik antara semangat olahraga dan hiburan yang memukau.
Malam yang dinanti tiba. Sekijang Arena, yang beralaskan tanah merah
khas lapangan voli kampung, bermandi cahaya dari lampu-lampu sorot yang
dipasang di sekeliling arena. Ratusan pasang mata memadati setiap sudut,
menciptakan atmosfer yang riuh rendah namun penuh semangat. Di tengah arena,
barisan Passkansa dari SMK Negeri 1 Jatiroto dengan langkah tegap membawa
kibaran bendera; Merah Putih, bendera PBVSI, bendera kebanggaan Jekek Mania,
dan bendera-bendera tim peserta yang siap berlaga. Tepuk tangan meriah
menyambut setiap bendera yang melintas, menambah khidmat suasana pembukaan. Tak
ketinggalan, penampilan Rewanda Rewaka dengan kostum uniknya menghibur
penonton, disusul dengan gerakan lincah dan cerita magis dari seni tari Kethek
Ogleng yang dibawakan oleh siswa-siswi SMP Negeri 3 Sidoharjo.
Di antara riuhnya acara pembukaan, bisik-bisik penonton semakin santer
menantikan kehadiran bintang utama. "Katanya Mbak Aini sebentar lagi ya,
Yu?" tanya seorang ibu kepada temannya. "Iya, katanya habis ini.
Penasaran aku lihat langsung," jawab Yu Minah sambil sesekali melirik ke
arah sudut arena yang tampak disiapkan khusus untuk penampilan. Di sisi
panitia, Mas Tarso, salah satu anggota DPRD Wonogiri, tampak berbincang dengan
Pak Djoko Purwidyatmo, pembina Jekek Mania. "Luar biasa antusiasmenya, Pak
Djoko. Penampilan Mbak Aini ini memang daya tarik tersendiri," ujar Mas
Tarso sambil mengamati kerumunan penonton. Pak Djoko mengangguk setuju.
"Betul sekali, Mas Tarso. Kita harapkan malam ini menjadi pembukaan yang
berkesan untuk semua."
Dan akhirnya, sorak sorai semakin membahana ketika sosok yang dinanti
muncul di arena. Aini Zhafara, dengan atasan silvernya yang
berkilauan memantulkan cahaya lampu dan celana hitam yang pas di tubuhnya,
berjalan menuju area yang telah disiapkan. Tepuk tangan dan teriakan histeris
menyambut kehadirannya, menandakan dimulainya hiburan utama malam itu.
Setelah beberapa penampilan pembuka dari para pengisi acara sebelumnya,
suasana di Sekijang Arena sedikit mereda. Lampu sorot tidak lagi fokus ke
tengah arena, memberikan kesempatan bagi para penonton untuk sekadar berbincang
atau membeli minuman. Di salah satu sudut arena yang agak teduh, tampak Aini
Zhafara sedang duduk di sebuah kursi sederhana. Ia terlihat menghela napas
pelan sambil memijat pelipisnya. Seorang wanita yang tampak seperti asistennya
menyodorkan sebotol air mineral. Aini menerimanya dengan senyum tipis dan
meneguk beberapa kali. Momen istirahat sekitar sepuluh menit ini tampak
dimanfaatkan Aini untuk memulihkan tenaga sebelum kembali menghibur ribuan
penggemarnya yang sudah tak sabar menanti penampilannya.
Dengan senyum lebar yang menyapa seluruh penjuru arena, Aini Zhafara
meraih mikrofon. Alunan musik dangdut yang rancak segera menghentak, memicu
sorak sorai dan tepuk tangan yang semakin riuh. Ia membuka penampilannya dengan
lagu-lagu yang sudah tak asing di telinga para penggemarnya, enerjinya seolah
tak terbatas saat ia bergerak mengikuti irama. Cahaya lampu menari-nari di atas
atasan silvernya, menciptakan efek gemerlap yang memukau.
Sesekali, ia menyapa penonton di berbagai sisi arena. "Wonogiri... apa
kabar semuanya? Semangat?" teriaknya, yang dijawab dengan pekikan antusias
dari ribuan pasang mata.
Di antara jeda lagu, interaksi hangat terjalin. "Ada request lagu malam ini?" tanyanya, yang langsung disambut dengan berbagai
teriakan judul dari arah penonton. Aini Zhafara mendengarkan dengan seksama,
sesekali mengangguk dan tersenyum. "Oke siap! Buat yang dari tadi minta
lagu 'Sayang'... ini dia buat kalian semua!" Ucapannya disambut dengan
tepuk tangan meriah, dan alunan musik pun kembali mengalun. Tak hanya
bernyanyi, Aini juga mengajak penonton untuk ikut bernyanyi dan bergoyang
bersamanya. "Yang hafal lagunya, jangan malu-malu! Kita nyanyi
bareng!" serunya, dan banyak penonton pun ikut melantunkan lirik,
menciptakan koor massal yang menggema di arena.
Di barisan depan, tampak beberapa anak kecil yang begitu antusias
melihat Aini Zhafara. Salah satunya, seorang gadis kecil bernama Risa, tampak
tak berkedip menatap sang idola. Melihat tatapan polos itu, Aini Zhafara
mendekat ke tepi arena. Ia berjongkok, menyamakan tingginya dengan Risa.
"Hai cantik... suka lagunya?" tanyanya lembut. Risa mengangguk
malu-malu sambil tersenyum. Momen interaksi singkat itu disambut hangat oleh
para penonton di sekitar mereka, menambah suasana akrab malam itu.
Setelah menyelesaikan beberapa lagu yang membuat seisi arena bergoyang,
Aini Zhafara kembali berinteraksi dengan para penggemar di dekat bibir arena.
Kali ini, perhatiannya tertuju pada beberapa anak kecil yang tampak begitu
mengaguminya. Salah satunya adalah seorang gadis kecil bersemangat bernama
Sinta yang sedari tadi tak henti-hentinya melambaikan tangan. Aini Zhafara
menghampirinya dengan senyum lembut. "Hai, cantik! Semangat sekali dari
tadi," sapanya. Sinta tampak sedikit malu namun matanya berbinar.
"Iya, Mbak Aini! Aku sering lihat Mbak Aini di YouTube," jawabnya
dengan suara lantang, "Kata Ibu, Mbak Aini keren!"
Mendengar pengakuan polos Sinta, hati Aini Zhafara terasa hangat.
"Oh ya? Sering lihat di mana?" tanyanya sambil berjongkok agar lebih
dekat. "Di HP Ibu, waktu Ibu kerja di warung makan," jawab Sinta
polos. Aini tersenyum dan mengusap lembut kepala Sinta. "Wah, terima kasih
ya sudah sering lihat," ucapnya tulus. Kemudian, ia meraih sebungkus Lays
dari tas kecil yang dibawanya dan memberikannya kepada Sinta. "Ini buat
Sinta, biar tambah semangat nontonnya." Mata Sinta berbinar-binar menerima
hadiah tersebut.
Melihat antusiasme Sinta dan anak-anak lainnya, ide spontan muncul di
benak Aini. "Siapa yang mau belajar goyang sama Mbak Aini?" tanyanya
sambil terkekeh. Beberapa anak langsung mengangkat tangan dengan semangat. Aini
pun mulai memperagakan gerakan sederhana namun menggemaskan. "Ini
namanya... goyang ulegh ulegh!" katanya sambil sedikit menggoyangkan
pinggulnya dengan gerakan memutar kecil, seperti sedang mengulek sambal. Sinta
dan teman-temannya mencoba menirukan gerakan tersebut dengan tawa riang. Aini
Zhafara dengan sabar membimbing mereka, menciptakan momen kebersamaan yang
hangat. Di akhir sesi goyang singkat itu, Aini memeluk Sinta sekilas, membuat
gadis kecil itu tersipu bahagia. Para penonton di sekitar mereka ikut tersenyum
dan bertepuk tangan melihat interaksi yang manis dan tulus tersebut. Ekspresi
Aini Zhafara memancarkan kehangatan dan kasih sayang, sementara reaksi penonton
menunjukkan apresiasi atas keramahannya.
Setelah sukses dengan lelang atasan silver yang tak
terduga, Aini Zhafara kembali memegang mikrofon dengan semangat yang tak surut.
Alunan musik kembali mengalir, kali ini dengan ritme yang lebih menghentak dan
penuh energi. Aini pun tak kalah memberikan penampilan yang memukau. Ia
bergerak lincah di atas arena, sesekali melakukan goyangan pinggul yang
disambut sorak sorai riuh dari para penonton. Di tengah lagu, ia bahkan
berinteraksi dengan para pemusik, menciptakan kolaborasi yang semakin
memeriahkan suasana.
Usai lagu yang penuh enerji itu, Aini Zhafara tampak sedikit
terengah-engah dan memberikan isyarat kepada band untuk beristirahat sejenak.
Ia mengambil botol air mineral dan meneguk beberapa kali sambil menyeka
keringat di dahinya dengan tisu. Baru saja ia sedikit bersantai, tiba-tiba
suara lantang seorang penonton kembali memecah keheningan singkat.
"Celananya juga, Mbak Aini!" teriak seorang pria dari arah tengah
arena, disambut gelak tawa dan teriakan dukungan dari penonton lainnya.
Awalnya Aini tampak sedikit terkejut dan menoleh ke arah suara tersebut
dengan ekspresi bingung bercampur geli. "Hah? Celana juga?" tanyanya
sambil tertawa kecil. Namun, melihat antusiasme yang begitu besar dan sorakan
yang semakin ramai, ia kembali melemparkan senyum jahil. "Wah, kalian
ini... ada-ada saja!" ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Oke deh! Siapa berani nawar celana bekas Aini?" tantang Aini
Zhafara sambil tersenyum lebar melihat antusiasme yang tak kunjung padam.
"Tiga ratus ribu!" seru seorang pemuda dari arah belakang.
"Lima ratus ribu!" timpal ibu-ibu di sisi kanan arena.
Tawa Aini Zhafara semakin keras. "Naik lagi dong! Ini celana bekas
goyang lho!" candanya yang disambut gelak tawa penonton.
"Satu juta!" suara seorang bapak terdengar mantap.
"Wih, langsung satu juta! Ada yang berani menyaingi?" Aini
Zhafara mengedarkan pandangannya ke seluruh arena.
Hening sejenak, lalu terdengar suara seorang pria dengan nada sedikit
ragu, "Satu juta lima ratus ribu?"
"Naik lagi, Mas! Ini celana penuh kenangan!" timpal penonton
lain, memancing tawa.
Hingga akhirnya, seorang pria berjaket cokelat di barisan tengah
berteriak lantang, "Dua juta tiga ratus ribu!"
Aini Zhafara terbelalak pura-pura kaget. "Dua juta tiga ratus ribu!
Serius ini?" Pria berjaket cokelat itu mengangguk mantap sambil tersenyum
lebar. "Oke! Sah! Celana penuh kenangan ini milik mas yang berjaket
cokelat!" seru Aini Zhafara yang disambut tepuk tangan meriah. Pria itu
maju ke depan untuk menyerahkan uang tunai.
Setelah menerima uang, Aini Zhafara kembali tersenyum. "Terima
kasih banyak ya, Mas. Semoga berkah rezekinya. Dan semoga berkah juga dari Aini
Zhafara melalui baju bekas dan celana bekas yang sudah basah keringat
ini," celetuknya sambil tertawa kecil, disambut riuh rendah tawa dan
sorakan dari para penonton. Kejadian lelang spontan ini benar-benar menciptakan
suasana yang tak terlupakan dan semakin mendekatkan Aini Zhafara dengan para
penggemarnya.
Setelah riuh rendah lelang pakaian bekas, Aini Zhafara kembali memegang
mikrofon, siap menghibur para penggemarnya dengan lagu-lagu berikutnya. Alunan
musik kembali memenuhi Sekijang Arena, dan Aini kembali bersemangat melantunkan
tembang-tembang dangdut yang membuat kaki bergoyang. Penonton pun kembali
hanyut dalam irama, melupakan sejenak kejadian lelang yang baru saja usai.
Beberapa lagu dibawakan dengan penuh enerji, membuat Aini Zhafara kembali
berkeringat di bawah sorot lampu.
Setelah beberapa waktu, Aini kembali memberikan isyarat kepada band
untuk beristirahat. Ia mengambil napas dalam-dalam dan menyapa penonton dengan
senyum lebar. "Okeee... kita break sebentar yaaa... buat yang mau minum
atau ke belakang, silakan..." Ucapannya disambut anggukan dan beberapa
penonton mulai bergerak. Namun, belum sempat Aini benar-benar beristirahat,
seorang penonton kembali berteriak dari arah depan. "Mbak Aini! Sepatunya
sekalian, Mbak!"
Awalnya Aini Zhafara tampak sedikit terkejut, namun kemudian tertawa
kecil menyadari antusiasme para penggemarnya yang tak ada habisnya.
"Sepatu bekas juga mau dilelang ini ceritanya?" tanyanya sambil
menunduk melihat sepatu sneakers putih dengan detail hitam yang dikenakannya.
"Hmm... ini sepatu sudah menemani saya bergoyang dari awal acara lho ya...
keringatnya sudah lumayan meresap ini," godanya sambil terkekeh. Sontak,
godaan Aini ini justru memicu minat para penonton. Sekitar lima atau enam orang
langsung mengajukan diri sebagai pelelang, dengan antusias menyebutkan angka
tawaran. Lelang sepatu bekas Aini Zhafara pun dimulai.
Proses lelang berlangsung cukup lama dan sengit. Para pelelang, yang
beberapa di antaranya tampak seperti pejabat daerah yang hadir dalam acara
tersebut, saling menaikkan tawaran dengan semangat. Aini Zhafara pun tak
ketinggalan ikut memanaskan suasana dengan celetukan-celetukan jenakanya.
"Ini bukan cuma sepatu bekas biasa ya, Bapak-bapak, Ibu-ibu... tapi ini
sepatu bekas jogetnya Aini Zhafara! Aromanya... hmm... aroma bintang!"
godanya sambil pura-pura mencium sepatunya, disambut tawa riuh penonton. Harga
terus merangkak naik hingga akhirnya mencapai angka lima juta enam ratus ribu
rupiah, yang ditawarkan oleh seorang bapak yang tampak bersemangat dari barisan
VIP.
Saat hendak menyerahkan sepatu bekasnya, Aini Zhafara mempersilakan
pemenang lelang untuk maju ke depan. "Masnya sini... biar lebih afdol,
sepatunya dilepas sendiri ya," kata Aini sambil tersenyum dan mengulurkan
kakinya. Pria pemenang lelang itu tampak begitu antusias hingga berlutut di
hadapan Aini untuk membuka tali sepatu dan melepaskan sepatu yang dikenakan
Aini sejak awal acara.
Setelah sepatunya terlepas, Aini kembali mengulurkan kakinya yang kini
hanya berbalut kaos kaki. "Sekalian bonusnya, Mas... biar tambah
berkah," katanya sambil tersenyum, menyodorkan kakinya agar pria itu
sekalian melepas kaos kaki putih yang tampak sedikit lembap tersebut. Pria itu
dengan senang hati menerima uluran kaki Aini dan melepaskan kaos kakinya. Ia
menerima sepatu dan kaos kaki bekas Aini dengan wajah berseri-seri.
Di luar dugaan, ia kemudian membawa sepatu bekas Aini ke dekat wajahnya
dan menciumnya sekilas, lalu menghirupnya dalam-dalam aroma keringat sang
idola. Tak berhenti di situ, ia kemudian mengusapkan kaos kaki bekas tersebut
ke wajahnya, membuat ekspresi bahagia yang bercampur haru. Aini Zhafara yang
menyaksikan pemandangan itu terkekeh cukup lama, tak bisa menahan gelaknya
melihat tingkah penggemarnya yang begitu mengidolakan dirinya. Para penonton di
sekitar mereka pun sontak berteriak, tertawa, dan merekam momen unik tersebut
dengan ponsel mereka.
Setelah momen lelang yang unik dan menghibur itu, suasana di Sekijang
Arena kembali fokus pada tujuan utama acara, yaitu turnamen bola voli. Aini
Zhafara yang masih berada di sekitar lapangan, menyempatkan diri untuk
berinteraksi dengan para pelatih, pemain, dan official dari kedua tim yang akan
bertanding pada laga perdana: Dhaksinarga Gunungkidul dan Sukun Badak Kudus.
Para anggota tim dari kedua kubu tampak menghampiri Aini dengan wajah
penuh hormat. Mereka mengulurkan tangan untuk bersalaman sambil sedikit
menundukkan badan sebagai bentuk sopan santun. Beberapa di antara mereka bahkan
terlihat mencium tangan Aini sebagai tanda kekaguman.
Salah seorang pemain dari tim Dhaksinarga Gunungkidul, seorang pemuda
dengan postur tinggi dan tegap bernama Rendra, tampak sangat antusias. Setelah
bersalaman dan mencium tangan Aini, ia memberanikan diri memohon doa restu.
"Mbak Aini, mohon doanya ya untuk pertandingan nanti," ucapnya dengan
nada sungguh-sungguh sambil kembali mencium tangan Aini. Dengan senyum tulus,
Aini Zhafara mendoakan Rendra. Ia mengusap lembut kepala dan tangan pemain muda
itu, lalu mengambil sebotol air mineral yang ada di dekatnya dan memberikannya
kepada Rendra. "Semoga diberi kelancaran dan kekuatan ya," kata Aini
dengan nada menyemangati. Rendra menerima air minum tersebut dengan wajah
berterima kasih. "Amin, terima kasih banyak, Mbak Aini. Semoga berkah doa
dan dukungan dari Mbak," jawabnya tulus. Para pemain dan official lainnya
dari kedua tim pun turut menyaksikan momen tersebut dengan senyum dan anggukan
kepala. Interaksi yang penuh hormat dan dukungan ini semakin mempererat hubungan
antara sang bintang tamu dan para atlet yang akan berlaga.
Setelah rangkaian interaksi yang hangat dengan para atlet, Aini Zhafara
tampak sedikit menarik napas lega. Ia berjalan menuju sisi arena yang agak
lengang dan duduk di sebuah kursi plastik sederhana yang disiapkan oleh
panitia. Di dekatnya, Arya, asisten pribadinya, dengan sigap menghampirinya
sambil membawa sebotol air mineral. Ia membuka tutup botol dan menyodorkannya
kepada Aini. Setelah Aini meneguk beberapa kali, Arya mengambil botol itu dan
meletakkannya di meja kecil di samping kursi Aini.
Melihat Aini yang tampak sedikit berkeringat, Arya berinisiatif
mengambil kipas angin kecil elektrik dari tasnya dan mengarahkannya ke wajah
Aini. Tak lama kemudian, ia juga mengambil handuk kecil dan menyodorkannya.
"Ini, Mbak Aini, buat lap keringat," ucap Arya dengan nada perhatian.
Aini menerima handuk itu dengan senyum terima kasih.
Tak berselang lama, Arya kembali menghampiri Aini sambil membawa wadah
berisi makanan berat yang disediakan oleh panitia. Ia membukanya dan
menyodorkannya kepada Aini. "Mbak Aini mau makan dulu?" tawar Arya
lembut. Aini mengangguk. "Boleh deh, Ya. Laper juga," jawabnya. Namun
sebelum menyentuh makanan, Aini meminta untuk mencuci tangan. Tanpa ragu, Arya
mengambil botol air mineral yang baru, membukanya, dan menyodorkannya kepada
Aini untuk mencuci tangan. Aini menuangkan sedikit air ke tangannya,
menggosoknya, lalu mengeringkannya dengan tisu yang diberikan Arya. Kemudian,
dengan khusyuk Aini mengucapkan, "Bismillahirrohmanirrohim..." sebelum mulai menyantap makanan berat itu
dengan tangan.
Sambil makan, Aini dan Arya terlibat dalam percakapan ringan. Aini
bercerita tentang antusiasme penonton dan kejadian-kejadian unik selama
penampilannya. Arya mendengarkan dengan penuh perhatian dan sesekali memberikan
tanggapan dengan nada penuh ta'dzim. Setelah selesai makan, Aini kembali
mencuci tangannya dengan air mineral yang disodorkan Arya sambil mengucapkan, "Alhamdulillah... Ya Allah..."
Kemudian, Arya kembali menawarkan camilan yang juga disediakan panitia.
Ia menyodorkan kotak berisi beberapa jenis makanan ringan. Aini mengambil
beberapa keping Lays dan menggigitnya perlahan. Matanya kemudian tertuju pada
kotak donat. Ia mengambil satu per satu dari enam donat yang ada, menggigitnya
sedikit di beberapa bagian, namun tidak menghabiskan satupun. Setelah itu, ia
menyandarkan punggungnya ke kursi, tampak sedikit lebih segar setelah
beristirahat dan mengisi perut. Arya terus berada di dekatnya, siap jika Aini
membutuhkan sesuatu.
Tak lama setelah Aini Zhafara dan Arya beranjak dari sisi arena untuk
bersiap meninggalkan lokasi acara, pemandangan tak biasa terjadi. Beberapa
penonton laki-laki, yang sedari tadi tampak begitu antusias menyaksikan
penampilan Aini, tiba-tiba bergerak cepat menuju area tempat Aini beristirahat.
Mereka tampak mencari-cari sesuatu di sekitar kursi dan meja kecil yang baru
saja ditinggalkan.
Awalnya, hanya beberapa orang yang tampak celingukan. Namun, begitu satu
orang menemukan botol air mineral bekas yang sempat diminum Aini, kabar itu
dengan cepat menyebar. Ternyata, ada tiga botol air mineral yang tertinggal:
dua bekas diminum Aini dan satu bekas ia gunakan untuk mencuci tangan. Dalam
sekejap, area tersebut menjadi ramai oleh belasan pria yang berebut untuk mendapatkan
"berkah" dari sang idola.
"Ini bekas Mbak Aini!" seru seorang pria berjaket hitam sambil
mengangkat tinggi satu botol yang berhasil diraihnya.
"Sini, Mas! Bagi sedikit!" timpal pria lain berusaha
merebutnya.
Namun, pria berjaket hitam itu menggelengkan kepala sambil membuka tutup
botol dan langsung mengguyurkan sisa air mineral ke kepalanya. "Wah...
sejuk! Berkah tenan iki!" gumamnya dengan mata terpejam menikmati sensasi
dingin air bekas Aini.
Pria lain berhasil mendapatkan botol yang berbeda. Ia membukanya dan
langsung meminum sisa air di dalamnya denganRakus. "Manis... seperti Mbak
Aini!" celetuknya sambil tersenyum lebar. Sementara itu, seorang pria
berkumis tebal hanya berhasil mendapatkan botol kosong. Namun, ia tetap terlihat
senang. "Yang penting bekas Mbak Aini! Buat kenang-kenangan!" katanya
sambil mencium botol tersebut dengan khidmat.
Tak hanya botol air mineral, sebuah handuk kecil berwarna putih yang
sempat digunakan Aini untuk menyeka keringat juga ditemukan tergeletak di kursi.
Seorang pemuda dengan sigap mengambilnya. "Ini handuknya Mbak Aini!"
serunya bangga sambil mencium aroma handuk tersebut dalam-dalam. "Wangi...
wangi Mbak Aini!"
Pemandangan ini tentu saja mengundang perhatian beberapa penonton lain
yang menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum melihat fanatisme yang begitu
besar. Sementara itu, Aini Zhafara dan Arya yang masih berada di dekat area
parkir, sempat menoleh ke belakang dan melihat kerumunan yang terjadi.
Pemandangan ini tentu saja mengundang perhatian beberapa penonton lain
yang menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum melihat fanatisme yang begitu
besar. "Edan tenan penggemare Mbak Aini," celetuk seorang bapak
kepada temannya sambil tertawa kecil. "Yo wislah, sing penting seneng,"
balas temannya sambil mengacungkan jempol ke arah kerumunan.
Sementara itu, di dekat area parkir, Aini Zhafara dan Arya yang hendak
masuk ke dalam mobil sempat menoleh ke belakang dan melihat kerumunan yang
terjadi di bekas tempat istirahat Aini. Arya menggeleng-gelengkan kepala sambil
tersenyum heran. "Mbak Aini lihat itu... sampai segitunya ya?"
komentarnya.
Aini hanya tersenyum kecil melihat antusiasme ekstrem para penggemarnya
sambil menghela napas pelan. "Ya begitulah, Ya. Kadang aku juga nggak
habis pikir. Tapi ya... anggap saja ini bentuk cinta mereka," jawab Aini
dengan nada lembut. Ia melambaikan tangan sekilas ke arah arena sebelum
akhirnya masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Sekijang Arena. Antusiasme
ekstrem para penggemarnya malam itu menjadi salah satu cerita unik yang akan ia
kenang dari penampilannya di "Jekek Mania 2".
Lebih dari sekadar menghibur di atas panggung, Aini Zhafara, seorang
seniman kelahiran Yogyakarta, memiliki kepedulian yang mendalam terhadap
perkembangan olahraga di berbagai daerah. Jauh sebelum memukau ribuan
penggemarnya di "Jekek Mania 2" Wonogiri, hari itu menjadi hari yang
padat bagi Aini. Pagi harinya, ia bertolak dari Yogyakarta menuju Karanganyar,
tempat di mana ia tercatat sebagai pemilik klub sepak bola Persika Karanganyar.
Sejak kepemilikan Aini, Persika Karanganyar mengalami dampak komersial
yang signifikan. Popularitas Aini sebagai seorang entertainer berhasil menarik banyak sponsor untuk mendukung klub. Stadion Persika
pun selalu dipenuhi penonton, bukan hanya untuk menyaksikan pertandingan,
tetapi juga untuk menikmati penampilan Aini yang selalu membuka setiap laga
kandang dengan nyanyian dan goyangan khasnya. Bahkan, jersey klub Persika kini menampilkan nama dan tanda tangan Aini, serta menjadi
buruan para penggemar. Tak jarang, jersey bekas pakai Aini pun menjadi sumber
pemasukan tambahan bagi klub melalui lelang atau penjualan edisi terbatas.
Setelah urusan dengan Persika di Karanganyar selesai, siang hingga sore
harinya Aini melanjutkan perjalanan ke Wonogiri. Di sana, ia terlibat dalam
proses negosiasi dan pengalihan kepemilikan klub sepak bola kebanggaan
Wonogiri, Persiwi Wonogiri. Menariknya, kepemilikan Persiwi ini didapatkan Aini
bukan melalui pembelian dengan sejumlah uang. Kehadirannya sebagai pemilik
diharapkan mampu memberikan dampak komersial yang serupa dengan yang ia lakukan
di Persika Karanganyar. Aini menyadari, berdasarkan riset yang dilakukan oleh
asistennya, Arya, bahwa baik di Karanganyar maupun di Wonogiri, ia memiliki
basis massa penggemar fanatik yang sangat besar dan berpotensi untuk mendukung
perkembangan klub lokal.
Kesibukan berpindah dari Yogyakarta ke Karanganyar untuk Persika, lalu
ke Wonogiri untuk proses pengalihan Persiwi, tentu saja menguras energi Aini.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa ia terlihat sedikit kelelahan
saat tiba dan beristirahat sejenak sebelum penampilannya di "Jekek Mania
2". Meskipun demikian, profesionalisme tetap diutamakan. Ia tetap
memberikan penampilan yang maksimal dan berinteraksi dengan penuh semangat
bersama para penggemarnya. Kepedulian Aini terhadap olahraga dan komitmennya
untuk memajukan sepak bola di Jawa Tengah memberikan dimensi yang lebih dalam
pada kehadirannya di acara pembukaan turnamen bola voli tersebut. Ia bukan
hanya seorang bintang tamu, tetapi juga sosok yang memiliki visi untuk kemajuan
olahraga di daerahnya, memanfaatkan popularitasnya untuk memberikan dampak
positif bagi klub-klub lokal yang ia naungi. Momen-momen seperti berbagi
goyangan dengan anak-anak, melelang barang-barang pribadinya, hingga
berinteraksi hangat dengan para atlet, semuanya meninggalkan kesan mendalam
bagi para penonton yang hadir. Bahkan, fenomena rebutan sisa barang pribadinya
setelah acara usai menjadi cerita tersendiri yang menunjukkan betapa besar
kekaguman mereka terhadap sang idola.
Malam pembukaan "Jekek Mania 2" yang dimeriahkan oleh
penampilan Aini Zhafara bukan hanya sekadar ajang pembuka turnamen bola voli,
namun juga menjadi panggung perayaan kebersamaan dan hiburan yang tak
terlupakan. Dampak kehadiran sang bintang terasa begitu kuat, menarik ratusan
penonton dari berbagai kalangan untuk memadati Sekijang Arena. Interaksi Aini
yang hangat dan spontan berhasil menciptakan ikatan emosional yang mendalam
dengan para penggemarnya.
Jejak popularitas Aini Zhafara juga terlihat jelas di ranah digital.
Siaran langsung penampilannya di channel YouTube SEKIJANG VOLI berhasil menarik
perhatian luar biasa, tercatat sebanyak 61.818 tayangan. Angka ini jauh
melampaui rata-rata tayangan video di channel tersebut yang biasanya berkisar
antara 4 hingga 9 ribu penonton. Fenomena serupa juga terjadi di channel
YouTube SKANJA TV yang menayangkan live
streaming acara tersebut, dengan
jumlah penonton mencapai 70.154, melonjak signifikan dari rata-rata 3 hingga 7
ribu tayangan per video.
Dari segi ekonomi, kehadiran Aini Zhafara memberikan dampak yang luar
biasa bagi acara pembukaan "Jekek Mania 2". Panitia menyediakan 400
lembar tiket khusus seharga Rp300.000 untuk malam yang menampilkan sang
bintang, dan seluruhnya ludes terjual. Angka ini sungguh mencengangkan jika
dibandingkan dengan penjualan tiket pertandingan voli di turnamen yang sama.
Biasanya, tiket pertandingan hanya dijual seharga Rp25.000 dan menarik sekitar
100 hingga 200 penonton saja. Dengan demikian, penampilan tunggal Aini Zhafara
berhasil menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp120.000.000, sebuah angka yang
jauh melampaui potensi pendapatan kotor dari seluruh rangkaian pertandingan
turnamen yang diperkirakan maksimal hanya mencapai Rp80.000.000. Keberhasilan
ini jelas menunjukkan betapa besar daya tarik Aini Zhafara bagi masyarakat dan
bagaimana kehadirannya mampu memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan bagi
penyelenggara acara.
Antusiasme penonton yang membludak ini juga membawa berkah tersendiri
bagi para pedagang di sekitar Sekijang Arena. Lapak-lapak makanan, minuman, dan
pernak-pernik tampak ramai diserbu pembeli sejak sore hari. Banyak pedagang
yang mengaku mengalami peningkatan omzet yang signifikan dibandingkan hari-hari
biasa. Kehadiran Aini Zhafara tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan
dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar.
Di tengah antusiasme masyarakat yang begitu besar menyambut Aini
Zhafara, kehadiran para pejabat yang turut hadir dalam acara pembukaan seolah
luput dari perhatian. Meskipun beberapa tokoh penting daerah seperti Wakil
Bupati Wonogiri, anggota DPRD, dan kepala BKD turut hadir dan memberikan
sambutan, fokus utama masyarakat sepenuhnya tertuju pada sang bintang tamu.
Setiap gerak-gerik Aini Zhafara lebih menarik perhatian kamera dan sorak sorai
penonton dibandingkan pidato atau kehadiran para pejabat di atas panggung
kehormatan. Fenomena ini secara tidak langsung menunjukkan betapa besar
popularitas Aini Zhafara di mata masyarakat Wonogiri, hingga mampu mengalihkan
perhatian dari tokoh-tokoh publik daerah.
Di antara para pelelang yang begitu antusias untuk mendapatkan
memorabilia dari Aini Zhafara, ternyata salah satu pejabat daerah yang hadir
dalam acara pembukaan juga ikut serta dalam persaingan sengit lelang sepatu
bekas. Bapak berkemeja batik, yang diketahui merupakan salah satu kepala dinas
di Kabupaten Wonogiri, berhasil menjadi penawar tertinggi untuk sepatu yang
telah menemani Aini bergoyang di atas arena. Keberhasilannya mendapatkan sepatu
bekas sang idola disambut tepuk tangan meriah dari penonton lainnya,
menunjukkan bahwa kekaguman terhadap Aini Zhafara melampaui batas status sosial
dan jabatan. Kini, dengan bangga, sepatu bekas Aini Zhafara berpindah tangan ke
seorang pejabat daerah, menjadi simbol unik dari malam yang tak terlupakan.
Bagi Sinta, gadis kecil yang berkesempatan berinteraksi langsung dan
mendapatkan jajan serta pelukan dari Aini, malam itu adalah mimpi yang menjadi
kenyataan. Ia pulang dengan senyum lebar dan cerita yang tak sabar untuk
dibagikan kepada ibunya di warung makan. Dari kejauhan, ibu Sinta menyaksikan
interaksi putrinya dengan Aini. Hatinya dipenuhi rasa terima kasih yang
mendalam kepada sang artis atas keramahannya kepada Sinta. Meskipun tak
berinteraksi langsung, momen itu menjadi kebahagiaan tersendiri baginya.
Goyangan "ulegh ulegh" yang diajarkan Aini pun terus Sinta praktikkan
dengan riang di rumah.
Arkana dan teman-temannya, para penggemar yang mengikuti setiap unggahan
Aini, pulang dengan cerita heboh tentang lelang barang bekas sang idola. Mereka
tak menyangka bisa menyaksikan langsung momen unik tersebut dan semakin
mengagumi Aini atas spontanitas dan kedekatannya dengan penggemar. Atasan silver berkilauan yang berhasil didapatkan Arkana kini tersimpan dengan bangga
di dalam lemari kaca di ruang tamu rumahnya. Lemari itu kini berfungsi ganda,
sebagai pajangan berharga dan sekaligus sarana pamer kepada setiap tamu yang
berkunjung, menceritakan kisah unik bagaimana ia mendapatkan
"artefak" dari sang idola.
Bapak berkemeja batik yang berhasil memenangkan lelang celana bekas Aini
pulang dengan senyum bangga. Celana tersebut kini tergantung dengan rapi di
ruang kerjanya, sesekali ia sentuh dengan penuh hormat, mengingat momen
interaksi tak terduga dengan Aini. Baginya, celana itu bukan hanya sekadar
kain, tetapi juga simbol kedekatan dengan idola yang ia kagumi.
Pria bertopi merah yang mendapatkan sepatu dan bonus kaos kaki bekas
Aini memperlakukan kedua barang tersebut layaknya relikui suci. Sepatu itu ia
simpan di dalam kotak khusus, sesekali ia buka hanya untuk mengagumi dan
mengingat momen berlutut di hadapan Aini. Kaos kaki bekasnya pun ia simpan
dengan hati-hati, membawanya sesekali untuk sekadar mencium aromanya yang ia
yakini sebagai "aroma bintang".
Bahkan, para pria yang berebut sisa botol air mineral dan handuk bekas
Aini pulang dengan keyakinan telah mendapatkan "berkah" dari sang
idola. Botol-botol air mineral bekas itu kini tersimpan rapi di lemari pajangan
mereka, sementara handuk bekas Aini mereka gunakan dengan penuh khidmat,
meyakini ada energi positif yang tersalurkan dari sentuhan barang-barang
tersebut.
Bagi para atlet, kehadiran Aini Zhafara memberikan semangat dan hiburan
tersendiri sebelum dimulainya kompetisi. Interaksi hangat dan doa restu yang
diberikan Aini kepada Rendra dari Dhaksinarga Gunungkidul, yang kemudian
berhasil mengantarkan timnya meraih kemenangan sengit 3-2 atas Sukun Badak
Kudus di laga perdana, semakin menambah kesan positif kehadiran Aini dalam
acara tersebut. Kemenangan itu seolah menjadi berkah nyata dari interaksi dan
doa sang bintang.
Keesokan harinya, kisah Rendra dan "berkah Aini Zhafara"
menjadi perbincangan hangat di berbagai media lokal. "Saya benar-benar tidak menyangka bisa
menjadi MVP dan tim kami menang melawan tim kuat seperti Sukun Badak,"
ujarnya seperti dikutip DerapJuang.id. DerapJuang.id sendiri memberitakan
pertandingan itu dengan judul, "Doa Aini Zhafara Bawa Dhaksinarga Juara,
Rendra Raih MVP!".
"Malam sebelum pertandingan, saya memberanikan diri memohon
doa restu kepada Mbak Aini. Beliau sangat ramah, mendoakan kami, mengusap
kepala saya, dan bahkan memberikan air minum. Saya percaya, energi positif dan
doa dari beliau membawa keberuntungan bagi kami," kutip BeritaWonogiri.com
dari wawancara dengan Rendra. BeritaWonogiri.com lalu menulis berita dengan,
"Fenomena Jekek Mania: Bukan Hanya Voli, Berkah Bintang Tamu Aini Zhafara
Antarkan Kemenangan Dramatis".
Di akun media sosialnya, @aini_zhafaratoktil, Aini Zhafara juga
mengunggah ulang postingan Rendra dan mengucapkan selamat atas kemenangan tim
Dhaksinarga. Ia juga menuliskan rasa senangnya bisa menjadi bagian dari acara
yang meriah dan memberikan semangat bagi para atlet. Interaksi ini semakin
memperkuat citra Aini Zhafara sebagai sosok yang dekat dengan penggemar dan
peduli terhadap perkembangan olahraga di daerah.
Sebagai penutup, penampilan Aini Zhafara di malam pembukaan "Jekek
Mania 2" tidak hanya memberikan hiburan yang tak ternilai harganya, tetapi
juga membawa keuntungan finansial bagi berbagai pihak. Untuk penampilannya tersebut,
Aini Zhafara menerima honor sebesar Rp10.000.000. Selain itu, dari aksi lelang
spontan barang-barang pribadinya, Aini juga mendapatkan tambahan pemasukan
sebesar Rp4.300.000. Sementara itu, panitia penyelenggara "Jekek Mania
2" berhasil meraup pemasukan kotor sebesar Rp120.000.000 dari penjualan
tiket khusus malam pembukaan.
Namun, di balik angka-angka komersial tersebut, hal yang jauh lebih
penting adalah dampak emosional dan ikatan yang semakin kuat antara Aini
Zhafara dan para penggemarnya. Setiap interaksi hangat, momen berbagi
kebahagiaan, dan antusiasme yang meluap dari para penggemar menjadi bukti nyata
betapa kehadiran Aini memberikan arti yang mendalam bagi mereka. Kebahagiaan
yang dirasakan para penggemar, kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan
idola, dan kenangan tak terlupakan yang mereka bawa pulang, nilainya jauh
melebihi sekadar keuntungan materi. Peristiwa di malam pembukaan "Jekek
Mania 2" sekali lagi menegaskan bahwa ikatan yang tulus antara seorang
bintang dan penggemarnya adalah hal yang tak ternilai harganya.
Keesokan harinya, sambil menggulir layar ponselnya, Aini Zhafara melihat
berbagai komentar positif dan ungkapan kebahagiaan dari para penggemarnya yang
hadir di "Jekek Mania 2". Ia tersenyum tipis, tampak terharu membaca
setiap pesan yang masuk. Setelah membaca salah satu komentar yang menyentuh
hatinya, Aini menghela napas pelan, pandangannya menerawang sejenak. Kemudian,
dengan tulus ia mengucapkan, "Alhamdulillah... dimudahkan Allah untuk
memberi manfaat dan kebahagiaan kepada sesama manusia." Ekspresi wajahnya
memancarkan rasa syukur yang mendalam atas kesempatan yang diberikan kepadanya
untuk berbagi kebahagiaan dan memberikan dampak positif bagi orang lain. Ada
ketenangan dan kepuasan terpancar dari sorot matanya, seolah ia menyadari bahwa
apa yang dilakukannya bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga sebuah
kesempatan untuk berbuat baik.