Tips Menulis Abstrak

 


Panitia Seminar Nasional Fisika (SNF) 2021 Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada 4 Mei 2021 pukul 08.53 mengirim surel undangan untuk berpartisipasi dalam “The 10th National Physics Seminar (SNF 2021)”. Peserta yang berminat menjadi pemakalah dalam seminar tersebut, abstrak makalah dapat diterima oleh panitia paling lambat tanggal 22 Mei 2021. Informasi lebih lanjut mengenai proses registrasi, pengajuan, dan peninjuan dapat diakses melalui situs https://snf2021.snf-unj.ac.id/.

 

Esai ini tidak hendak mengupas tentang “The 10th National Physics Seminar (SNF 2021)” maupun kolokium pada umumnya, walakin berupaya menyampaikan informasi tentang teknik penulisan abstrak. Esai ini ditulis dengan beragam keterbatasan teknik penulisan yang saya mengerti. Tidak lepas dari kekurangan, kesalahan, bersifat subjektif, relatif, dan tidak final. Esai ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk ditulis sebagai naskah akademis atau hasil dari sebuah kajian ilmiah. Bukan humble atau wise statement, sekadar ungkapan jujur saja.

 

Abstrak adalah ringkasan artikel yang lebih informatif daripada judul sebagai informasi untuk memberikan gambaran sekilas tentang laporan penelitian yang disampaikan. Secara pribadi, saya menyebut abstrak dengan istilah “sari”, yang selaras dengan definisi abstrak, tapi sebenarnya untuk mengapresiasi peran Dewi Ratna Sari yang menjadi sekretaris saya ketika menjadi Pemimpin Umum BSO Santri.

 

Ketika orang yang tertarik kepada artikel setelah membaca judul, biasanya dia akan membaca abstrak untuk memperoleh informasi lebih lengkap. Walau tak menutup kemungkinan orang juga membaca abstrak lebih dulu tanpa peduli terhadap judul.

 

Ketentuan common untuk abstract ialah memuat komponen berupa: tujuan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian, serta simpulan yang diperoleh. Artikel Trends of research articles in the Korean Journal of Medical Education by social network analysis yang ditulis oleh Sein Shin bersama Hyo Hyun Yoo, bisa menjadi contoh paling rapi dalam menulis abstract (gambar 1). Sementara contoh latar belakang paling bagus yang disampaikan dalam abstrak antara lain ditulis oleh Carl Richard Woese, biofisikawan pengusul domain Arkaea, dalam artikel revolusioner berjudul Towards a natural system of organisms: proposal for the domains Archaea, Bacteria, and Eucarya (gambar 2).

 

Purpose:

This aim of this study is to examine trends in medical education research in the Korean Journal of Medical Education (KJME) and suggest improvements for medical education research.

Methods:

The main variables were keywords from research papers that were published in KJME. Abstracts of papers (n= 499) that were published from 1991 through 2015 were analyzed by social network analysis (NetMiner 4.0) a common research methodfor trends in academic subjects.

Results:

The most central keywords were “medical education,” “clinical competence,” “medical student,” and “curriculum.” After introduction into graduate medical school, newly appearing keywords were “professional behavior,” “medical humanities,” “communication,” and “physician-patient relation.” Based on these results, we generated a schematic of the network, in which the five groups before introduction to graduate medical school expanded to nine groups after introduction.

Conclusion:

Medical education research has been improving qualitatively and quantitatively, and research subjects have been expanded, subdivided, and specific. While KJME has encompassed medical education studies comprehensively, studies on medical students have risen in number. Thus, the studies that are published in KJME were consistent with the direction of journal and a new study on the changes in medical education is being conducted.

Gambar 1. Penulisan abstrak dari Sein Shin dan Hyo Hyun Yoo

 

“Molecular structures and sequences are generally more revealing of evolutionary relationships than are classical phenotypes (particularly so among microorganisms). Consequently, the basis for the definition of taxa has progressively shifted from the organismal to the cellular to the molecular level. Molecular comparisons show that life on this planet divides into three primary groupings, commonly known as the eubacteria, the archaebacteria, and the eukaryotes. The three are very dissimilar, the differences that separate them being of a more profound nature than the differences that separate typical kingdoms, such as animals and plants. Unfortunately, neither of the conventionally accepted views of the natural relationships among living systems--i.e., the five-kingdom taxonomy or the eukaryote-prokaryote dichotomy--reflects this primary tripartite division of the living world. To remedy this situation we propose that a formal system of organisms be established in which above the level of kingdom there exists a new taxon called a “domain”.”

Gambar 2. Abstrak dalam salah satu artikel Carl Richard Woese

 

Abstrak yang dibuat oleh Carl Woese tersebut cukup bagus dalam menunjukkan letak pekerjaannya dalam peta kajian keilmuan, dalam hal ini biologi. Tuturan tersebut ialah jawaban singkat untuk pertanyaan, seperti, “Mengapa penelitian itu dilakukan?” Namun, saya belum melakukan peniruan terhadap bentuk penulisan tersebut, sepertinya untuk penelitian 2020 saja.

 

Buk Setiya Utari memberi saran kepada saya pada 6 September 2016. Dalam obrolan sore hari menjelang adzan Maghrib tersebut, Buk Ut bilang bahwa abstrak paling bagus ialah yang memuat: tujuan penelitian, latar belakang penelitian, data yang dibutuhkan, metode penelitian, instrumen penelitian, serta simpulan yang diperoleh.

 

Gambaran penerapan saran tersebut dapat dilihat melalui tesis yang ditulis oleh Buk Ut pada 1 November 2010. Dalam tesis berjudul Pengembangan Program Perkuliahan untuk Membekali Calon Guru dalam Merencanakan Kegiatan Eksperimen Fisika di Sekolah Menengah, Buk Ut menyebutkan:

(a) Tujuan penelitian: mendapatkan rancangan program kursus fisika yang melengkapi biaya kuliah siswa untuk calon guru guna merencanakan kegiatan eksperimen fisika di sekolah menengah;

(b) Latar belakang penelitian: survei, analisis kurikulum, dan analisis keterampilan eksperimen pelajar di Lembaga Pendidikan Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK);

(c) Data yang dibutuhkan: analisis literatur terkait dan survei;

(d) Metode penelitian: research and development (R&D);

(e) Instrumen penelitian: tes program

(f) Simpulan yang diperoleh: keterampilan memperoleh informasi melalui pencarian daring memiliki efek langsung terbesar serta dapat memberikan efek tidak langsung melalui keterampilan untuk merancang teknik pengukuran dan untuk tujuan eksperimen.

 

Empat saran awal berupa tujuan penelitian, latar belakang penelitian, data yang dibutuhkan, metode penelitian, instrumen penelitian adalah tembakan perdana Buk Ut ketika menanggapi gagasan yang perlu penelitian. Biasanya tembakan perdana itu ditanyakan kepada pelajar yang sedang dibimbing oleh Buk Ut dalam menyelesaikan Skripsi atau Tesis. Cara tersebut cukup ampuh dalam menguji tingkat keseriusan seseorang dalam merencanakan penelitian, karena dapat dilakukan selama 1 menit. Jadi kalau direkam video bisa di-upload ke akun Instagram, sebagai bukti bimbingan.

 

Secara pribadi, saya cenderung menyusun komponen dalam abstrak berupa: tujuan penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, simpulan yang diperoleh, serta kelanjutan penelitian. Komponen berupa latar belakang penelitian dan data yang dibutuhkan seperti disarankan oleh Utari tidak saya sertakan dalam abstrak karena dapat membuat tuturan kian panjang. Apalagi belakangan, tepatnya sejak mengerjakan artikel untuk kolokium di Universitas Negeri Surabaya pada 23 Maret 2019, saya mulai tertarik untuk menulis abstrak dengan format seperti Über quantentheoretische Umdeutung kinematischer und mechanischer Beziehungen.

 

Dalam artikel yang terbit pada September 1925 tersebut, Werner Heisenberg hanya menulis satu komponen berupa tujuan penelitian: “In der Arbeit soll versucht werden, Grundlagen zu gewinnen für eine quantentheoretische Mechanik, die ausschließlich auf Beziehungen zwischen prinzipiell beobachtbaren Größen basiert ist.”.

 

Abstrak tersebut terbilang sakti karena dapat dibaca sebelum mata berkedip, tampak bahwa Werner Heisenberg menantang jin ‘Ifrit untuk eksperimen buckyball. Werner Heisenberg menulisnya saat berumur 24 tahun, ketika kehadirannya belum di-reken sebagai sosok penting dalam fisika kuantum. Jadi, meminimalisir cibiran bahwa abstrak tersebut diterima hanya karena nama besar penulisanya.

 

Bentuk tiruan terhadap artikel tersebut yang saya buat untuk artikel saya ialah, “Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendapatkan peningkatan kompetensi literasi saintifik siswa setelah diterapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi topik plantae dan animalia di sekolah menengah. Melalui penelitian menggunakan desain time series diperoleh bahwa peningkatan di kategori sedang dengan nilai sebesar 0,663.” Terus terang komponen metode dan simpulan tersebut sulit untuk tidak saya sertakan karena langkah dan hasil perlu disampaikan.

 

Contoh bagus terkait penulisan abstrak yang membuat saya kesulitan untuk tidak menyertakan simpulan, lagi-lagi, dari tesisnya Dick Feynman. Dick turut menyampaikan hasil penelitian, “in quantum mechanics, just as in classical mechanics, under certain circumstances the oscillator can be completely eliminated, its place being taken by a direct, but, in general, not instantaneous, interaction between the two systems.”. Selain itu, dirinya juga menyampaikan kekurangan penelitian, “The work is non-relativistic throughout.” Kalimat terakhir itu saya tiru dalam abstrak artikel yang ditulis bersama Mita dan Umam.

 

Tidak jarang penulis menunjukkan kekurangan penelitian yang disampaikan dalam artikel. Tujuannya agar peneliti lain bersedia untuk merujuknya, guna mengembangkan kerja yang telah dilakukan. Selain Dick Feynman, Carl Woese juga menyampaikan batasan penelitiannya dengan kalimat, “...taxonomic structure within the Bacteria and Eucarya is not treated herein ...”.

 

Kadang juga terdapat penulis yang menyampaikan kelebihan penelitian, seperti dilakukan oleh Catherine Hakim dalam artikel Erotic Capital. “We present a new theory of erotic capital as a fourth personal asset, an important addition to economic, cultural, and social capital.” Artikel A Portal into Biology Education: An Annotated List of Commonly Encountered Terms yang ditulis oleh duet Sarah Miller dan Kimberly D. Tanner juga melakukan hal yang serupa. “The authors provide a resource for those who are new to explorations of the biology education and biology education research worlds, including key terminology, brief definitions, and links to literature for further explorations.”.

 

Biasanya banyak kata yang disediakan untuk bagian abstrak dibatasi sekitar 250 kata. Namun, Buk Irma Rahma Suwarma menulis abstract dalam tesisnya Research on Theory and Practice STEM Education Implementation in Japan and Indonesia using Multiple Intelligences Approach sangat panjang mencapai 784 kata. Saya tak tahu dan belum mengonfirmasi apakah penulisan tersebut menyesuaikan ketentuan Shizuoka University, merupakan selera Buk Irma, atau selera Buk Irma yang diperkenankan oleh ketentuan Shizuoka University. Namun, kalau sesuai dengan pengertian bahwa abstrak adalah ringkasan artikel, bentuk penulisan Buk Irma terbilang paling lengkap merangkum keseluruhan tesis, sekaligus bisa mencurahkan hati, ehm. Bentuk penulisan abstrak dari tesis Buk Irma tersebut dapat dipakai untuk mengubah artikel akademik menjadi artikel populer, untuk diterbitkan melalui blog misalnya.

 

Karena abstrak adalah ringkasan artikel, saya harap penulis dapat menyusunnya supaya pembaca dapat segera mengambil keputusan untuk terus membaca bagian selanjutnya dari makalah tersebut atau berhenti sampai abstrak saja. Secara umum, dari tuturan yang disajikan, abstrak sebaiknya memuat: latar belakang penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, simpulan yang diperoleh, serta kelanjutan penelitian. Komponen yang hendak ditulis serta bentuk penulisan bisa sesuai dengan selera penulis dan/atau ketentuan penerbit.