— Pidato
Politik Akhir Tahun 2018 Grace Natalie Louisa Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia
(PSI) di Festival 11 Surabaya, Selasa 11 Desember 2018.
Assalamualaikum,
salam sejahtera, om swastiastu, namo budaye
Bro and Sis
di Surabaya, Jawa Timur dan seluruh Indonesia. Salam solidaritas!
Izinkan saya
menyampaikan pidato akhir tahun yang saya beri judul “Keadilan untuk Semua,
Keadilan untuk Perempuan Indonesia”
Belum pernah
dalam hidup, saya begitu tergetar mendengar lagu “Indonesia Raya”. Entah kenapa
dua tahun terakhir, saya sering merasa terharu ketika mendengar atau
menyanyikan Indonesia Raya. Ada perasaan cinta yang semakin besar, sekaligus
rasa cemas melihat apa yang terjadi atas negeri ini.
Orang
menyebut ini adalah abad ketersinggungan, sebuah abad yang penuh amarah. Masa
ketika politik dipenuhi oleh prasangka yang tumbuh subur akibat meluasnya
hasutan dan ujaran kebencian.
Penelitian
Cherian George memperlihatkan, ketersinggungan ini adalah hasil REKAYASA para
“ENTERPRENEUR KEBENCIAN” yang memproduksi hasutan dan menyebarkan syak wasangka
untuk mendorong timbulnya PERASAAN PALSU seolah-olah kelompok dihina,
seolah-olah ada serangan dari luar, yang pada gilirannya membangkitkan perasaan
teraniaya, perasaan ketidakadilan, menciptakan suasana ketersinggungan dan
amarah.
REKAYASA
ketersinggungan yang sebetulnya tak lebih dari cara kotor untuk menyingkirkan
lawan politik sambil menempatkan diri sebagai pahlawan pembela kelompok, yang
pada akhirnya itu semua tak lebih dari sebuah cara kotor meraih kekuasaan.
Begitulah
rasa ketersinggungan DIREKAYASA. Begitulah cara politik kebencian bekerja.
Hasutan
kebencian ini tersebar melalui sosial media dalam bentuk HOAX. Informasi palsu
yang sengaja dibuat menyerupai kebenaran.
Hoax yang
merajalela akan menenggelamkan AKAL SEHAT. Memperkuat POLITIK IDENTITAS,
POLITIK PERKAUMAN. Itulah ancaman terbesar bagi persatuan kita hari ini.
Bro and Sis yang
saya hormati,
Perempuan
seringkali menjadi target para “ENTERPRENEUR KEBENCIAN”.
Saya
termasuk orang yang menjadi sasaran. Beberapa bulan lalu, sebuah akun Instagram
menyebar fitnah keji yang mengatakan saya pernah melakukan hubungan terlarang
dengan Ahok. Ia pikir saya akan mundur karena tekanan fitnah keji itu. Saya
tantang ia memberikan bukti, dan hasilnya akun itu justru tutup!
Bulan lalu,
setelah pidato politik saya yang menegaskan bahwa PSI tidak akan mendukung
Perda berbasis Agama yang diskriminatif, para “Enterprenuer Kebencian” kembali
menyerang.
Di grup
Whatsapp dan sosial media, beredar foto saya yang telah DIEDIT dan DIPALSUKAN
seolah-olah saya telanjang, sambil diberi komentar merendahkan. Wall saya
dibanjiri komentar menyakitkan: “Grace itu aslinya perek yang terjun ke dunia
politik. Politik kalau ditangani pelacur, habislah sudah!”. Masih ada ribuan
serangan lain yang terlalu kasar dan kotor, sehingga tidak patut saya sampaikan
di sini.
Pernahkah
kalian bayangkan perasaan ibu saya, atau anak-anak saya, suami saya, jika
komentar-komentar itu terbaca oleh mereka?
Apakah Bro
dan Sis rela jika foto yang dimanipulasi dan diedarkan itu adalah ibu yang
sangat Bro and Sis sayangi?
Tidak hanya
saya, Caleg PSI dari Dapil Sumut III, Dara Adinda Nasution, beberapa waktu lalu
menuliskan pelecehan yang ia alami melalui artikel di harian The Jakarta Post.
Ia dihina sebagai pelacur, diminta melepaskan hijabnya karena dituduh sebagai
kamuflase.
Kawan
lainnya, Sis Susy Rizky, Caleg PSI dari Jabar VI , nomor teleponnya disebar di
grup laki-laki iseng, sebagai perempuan bayaran. Setahun terakhir, Sis Susy
memblokir ENAM RIBU nomor telpon yang mengganggu dirinya setiap malam.
Itulah
resiko yang perempuan hadapi, ketika masuk ke politik, dan berani menyuarakan
pendapat.
Untuk
menanggapi serangan itu, kepada seluruh pengurus dan kader PSI saya
instruksikan: jika lawan politik menyebar fitnah dan hoax, kita TIDAK BOLEH
ikut-ikutan!
Ketika
mereka memainkan POLITIK RENDAHAN, kader PSI justru harus meninggikan MUTU.
Meningkatkan kualitas, belajar lebih banyak, perbaiki cara berargumen, turun ke
basis-basis melanjutkan kerja perubahan, sambil terus berani mengatakan yang
benar!
Apa yang
kami alami ini tidak mudah, namun jauh lebih berat yang dialami para perempuan
korban kekerasan.
Kita masih
ingat Yuyun, gadis belia berumur 14 tahun yang tewas dibunuh secara keji
setelah diperkosa oleh empatbelas pemuda.
Komnas
Perempuan mencatat, setiap hari ada 35 perempuan mengalami kekerasan seksual.
Setiap 2 jam, 3 perempuan diperkosa!
SATU dari
TIGA PEREMPUAN Indonesia, pernah mengalami kekerasan. Dipukuli, diperkosa, atau
disiksa oleh partner mereka.
Bro and Sis,
Kita tidak sedang menuntut agar perempuan diperlakukan lebih. Kita tidak ingin laki-laki lebih rendah dari perempuan. TIDAK!
Kita tidak sedang menuntut agar perempuan diperlakukan lebih. Kita tidak ingin laki-laki lebih rendah dari perempuan. TIDAK!
Kita hanya
ingin semua manusia diperlakukan sama.
Kita pasti
tidak ingin ibu kita disakiti. Tidak ingin adik perempuan kita mendapat upah
lebih rendah dari koleganya yang laki-laki. Kita pasti tidak rela kakak
perempuan kita dilecehkan.
Kita percaya
bahwa semua orang harus diperlakukan SETARA. Kita ingin laki-laki atau
perempuan — ada kaitannya dengan kita atau tidak — SAMA-SAMA mendapatkan
keadilan.
Bro and Sis
yang sedang memperjuangkan keadilan,
Desember
adalah bulan istimewa. Bulan yang baik untuk menyegarkan kembali komitmen kita
kepada KEMANUSIAAN. 10 Desember adalah Peringatan Hari Hak Asasi Manusia. 22
Desember Peringatan Hari Ibu.
Izinkan saya
mengutip kata-kata Raden Ajeng Kartini: “Gadis yang pikirannya sudah
dicerdaskan, pandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di
dunia nenek moyangnya”.
Kartini,
remaja yang dibesarkan dalam lingkungan feodal lebih dari satu abad lalu, telah
memulai perjuangan penting menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan.
Kini
perempuan Indonesia mencatat sejumlah kemajuan. Perempuan Indonesia kini tampil
memegang berbagai posisi terpenting di negeri ini.
Beruntung
kita memiliki Presiden Jokowi yang memberi kepercayaan kepada perempuan.
Sri Mulyani
dipercaya mengawal anggaran negara. Menteri Luar Negeri ditunjuk Ibu Retno
Marsudi, Ibu Susi Pudjiastuti menjadi Menteri Kelautan, ada Ibu Rini Soemarno
Menteri BUMN.
Di Surabaya,
perempuan bernama Risma mempercantik kota. Dua pekan terakhir, “Sakura”
Surabaya, bunga Tabebuya yang berwarna jambon, mekar dan berguguran, membuat
kota ini begitu cantik. Membuat hati kita hangat dan bahagia.
Bro and Sis
semua, begitulah seharusnya politik bekerja.
Tapi kita
tidak boleh lupa,
Di tengah berbagai kemajuan, masih ada banyak perempuan mengalami KETIDAKADILAN.
Di tengah berbagai kemajuan, masih ada banyak perempuan mengalami KETIDAKADILAN.
Riset LBH
APIK tentang poligami menyimpulkan bahwa pada umumnya, praktik poligami
menyebabkan ketidakadilan: perempuan yang disakiti dan anak yang ditelantarkan.
Karena itu,
PSI tidak akan pernah mendukung poligami. Tak akan ada kader, pengurus, dan
anggota legislatif dari partai ini yang boleh mempraktikkan poligami.
Apakah
kalian akan rela jika ibu kalian diduakan?
Apakah Bro
and Sis rela jika kakak atau adik Bro and Sis dimadu?
Apakah Bro
and Sis rela jika anak Bro and Sis menjadi istri kedua atau ketiga?
Tidak, kita
pasti tidak rela!
PSI percaya,
perjuangan keadilan, penghapusan diskriminasi harus dimulai dari keluarga, dari
rumah.
Bro and Sis
yang akan berjuang bersama PSI menegakkan keadilan,
PEREMPUAN —
di PSI adalah INGRIDIENTS penting. Di tingkat pusat, 6 dari 9 Ketua Dewan
Pimpinan Pusat, adalah perempuan.
Pada tingkat
daerah, 42 persen pengurus PSI adalah perempuan. 45 persen Caleg DPR dan DPRD
PSI adalah perempuan.
Penelitian
di dunia memperlihatkan bahwa kehadiran perempuan di level pimpinan organisasi
atau perusahaan, berkorelasi dengan produktivitas yang lebih tinggi. Bahwa
salah satu alat ukur memprediksi kedamaian suatu negara tak cukup hanya dengan
melihat kesejahteraan, demokrasi, atau keragaman etnis, tapi juga terkait
tentang BAGAIMANA perempuan diperlakukan.
Lebih
setengah penduduk Indonesia adalah perempuan. Dari total usia produktif, 55
persen perempuan, namun ironisnya hanya separuh yang bekerja. 36 juta perempuan
memutuskan berhenti bekerja setelah menikah dan punya anak. Potensi inilah yang
ingin PSI gali.
Partai ini
akan berjuang membantu perempuan Indonesia untuk sekolah, bekerja, dan
memaksimalkan potensi terbaik mereka.
Jika kelak
lolos di parlemen, langkah yang akan kami lakukan adalah:
PERTAMA
memperjuangkan diberlakukannya larangan poligami bagi PEJABAT PUBLIK di
Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif, serta Aparatur Sipil Negara. Kami akan
memperjuangkan revisi atas Undang-undang No.1 Tahun 1974, yang memperbolehkan
poligami.
KEDUA, PSI
akan memperjuangkan agar Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual
— yang sudah dua tahun mandek di DPR — DISAHKAN menjadi sebuah payung hukum
untuk melindungi dan memberikan bantuan ketika perempuan menjadi korban
kekerasan.
Langkah
KETIGA, kami akan mendukung kenaikan batas usia pernikahan menjadi 18 tahun.
Agar tak ada lagi perempuan putus wajib belajar 12 tahun. Kami sadar,
pendidikan yang rendah akan membuat perempuan sulit mendapat pekerjaan dan
rentan jatuh ke jurang kemiskinan.
KEEMPAT, PSI
ingin mendorong aturan yang memudahkan perempuan untuk bekerja, dengan mengalokasikan
anggaran negara untuk mendirikan “tempat-tempat penitipan anak”. Perlu ada opsi
pemberlakuan jam kerja fleksibel sesuai kebutuhan perempuan. Mendorong model
“bekerja dari rumah” dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Tujuannya agar
perempuan Indonesia tetap produktif.
KELIMA, kami
ingin menyelenggarakan kursus dan menyiapkan inkubator bisnis kecil menengah
untuk para ibu di setiap Kabupaten, agar skill mereka meningkat, dan kemudian
mengintegrasikan potensi mereka ke e-commerce.
KEENAM, PSI
ingin menyelenggarakan program nutrisi ibu hamil dan balita. “Smart Posyandu”
untuk mendidik masyarakat soal kesehatan dan menjemput bola mendatangi warga
yang tidak sempat ke Posyandu.
“Smart
Puskesmas” menyediakan layanan pemeriksaan rutin sekaligus merangkap ambulan
darurat. Untuk menekan angka kematian ibu melahirkan, akan disiapkan “Panic
Button” agar petugas medis bisa segera datang ke lokasi jika diperlukan.
Bro and Sis
teman seperjuangan,
Surabaya —
Jawa Timur, bagi PSI adalah istimewa.
Dari Jawa
Timur lahir tokoh bangsa, kampiun Islam moderat, seorang laki-laki monogami:
Presiden Abdurrahman Wahid.
Dari tempat
ini — selain Ibu Risma — lahir pemimpin daerah terbaik Indonesia.
Ibu Khofifah
Indar Parawansa dan wakilnya, Emil Dardak — yang kami dukung — adalah pemimpin
berkualitas.
Terpilihnya
mereka, memperlihatkan atmosfer politik yang sehat, yang tidak dikotori
kampanye kebencian suku dan agama.
Kita perlu
memperluas POLITIK AKAL SEHAT ini agar menyebar ke seluruh Indonesia. Tidak
hanya di Jawa Timur, tidak hanya di Surabaya!
Tahun ’45,
Surabaya menjadi simbol perlawanan mempertahankan kemerdekaan Republik.
Kini, kota
ini terasa semakin penting karena inilah BENTENG ISLAM MODERAT dan KAUM
NASIONALIS. Inilah daerah di mana politik akal sehat mempunyai akar yang kuat.
Dari
Surabaya, dari Jawa Timur, kita akan memulai perjuangan penting.
Mewujudkan
Indonesia — menjadi tanah di mana perempuan diperlakukan setara.
Negeri di
mana semua orang — tanpa memandang suku dan agama — bisa hidup berdampingan,
bekerjasama membangun Indonesia menjadi negara yang modern dan kuat!
Tanah tempat
keadilan berlaku untuk semua orang.
Ayo bergerak
bersama PSI. Kita tegakkan keadilan! Keadilan untuk semua. Keadilan untuk
perempuan Indonesia.
Wassalamualaikum