Hukum alam
adalah aturan berdasarkan kebiasaan peristiwa tertentu yang dapat menghasilkan
perkiraan melampaui saat peristiwa itu berlangsung. Misalnya ketika Ibrōhīm
memperhatikan bahwa matahari biasanya tampak terbit dari arah timur setiap
pagi, dirinya menyimpulkan, “Matahari selalu tampak terbit dari arah timur”.
Kesimpulan
itu merupakan pernyataan hukum alam karena diambil berdasarkan kebiasaan
penampakan matahari oleh pengamat yang berada di Bumi serta dapat menghasilkan
perkiraan bahwa esok hari, lusa, bulan depan, atau 6000 tahun setelah Ibrōhīm
menyimpulkan, matahari akan selalu tampak terbit dari arah timur.
Pada sisi
lain, kalau saya bilang, “Seragam Chelsea berwarna biru,” bukanlah hukum alam
karena biarpun disimpulkan dari kebiasaan selama 113 tahun bahwa Chelsea
menggunakan seragam berwarna biru, tidak dapat membuat prediksi seperti, “Kalau
Chelsea dibeli oleh Paris Hilton, seragamnya pasti biru.”
Pembedaan
seperti itu sepertinya sepele, tapi penting karena menunjukkan bahwa tidak
semua pernyataan umum yang disimpulkan berdasarkan pengamatan dapat
dipertimbangkan sebagai hukum alam. Misalnya perbandingan antara pernyataan,
“Semua bola berlian berdiameter kurang dari 9,3 km,” dengan pernyataan, “Semua
bola uranium-235 berdiameter kurang dari 9,3 km.”
Dari
pengamatan boleh saja kita menyimpulkan bahwa tidak ada bola berlian
berdiameter sama dengan atau lebih besar dari 9,3 km. Kita juga tak salah kalau
merasa bahwa bola berlian tersebut tidak akan ada. Namun, kita tak punya alasan
untuk percaya bahwa hal ini tidak akan ada. Berlian dikenal sebagai benda yang
stabil, tidak mudah beraksi, sehingga terdapat kemungkina untuk membuat bola
berlian berkukuran 9,3 km. Jadi ketika Kim Taeyeon, penyanyi bertinggi badan
158 cm, melantunkan, “I am a
diamond,” tidak perlu lah disalahkan, ngapain juga.
Sedangkan
pernyataan, “Semua bola uranium-235 berdiameter kurang dari 9,3 km,” dapat
dipertimbangkan sebagai hukum alam, karena menurut penelitian fisika nuklir
uranium-235 dapat meledak sendiri ketika diameternya membesar sekitar 15 cm. Jadi
bukan ide bagus untuk membuat uranium-235 berdiameter 9,3 km.
Semua
pernyataan umum boleh diterima atau ditolak untuk dipertimbangkan sebagai hukum
alam. Hal ini dapat terjadi karena sejauh ini hukum alam tidak berupa
pernyataan tunggal, melainkan beberapa pernyataan berkelindan dengan pernyataan
lain, yang kadang salah satu pernyataan bersifat lebih khusus ketimbang
pernyataan lain.
Seperti
sudah disebutkan, hukum alam diambil berdasarkan pengamatan, sehingga
pernyataannya dapat berupa kalimat verbal. Namun, karena terdapat keharusan
bahwa pernyataan tersebut bisa menghasilkan perkiraan, biasanya diperlukan
pernyataan matematis berupa persamaan matematika (hubungan dua unsur saling
terkait yang dapat dihitung). Dengan demikian, pernyataan hukum alam biasanya
ditunjukkan dengan seperangkat kalimat verbal yang kemudian dialihbahasakan ke
dalam persamaan matematika.
Perkiraan
yang didapatkan dari hukum alam bisa berupa satu hasil yang tentu atau beberapa
hasil yang berada pada kisaran tertentu, namun harus memiliki cakupan dan
batasan keberlakuan yang jelas. Misalnya Hukum Newton gagal memperkirakan benda
yang bergerak setara kecepatan cahaya, namun pernyataan tersebut masih dapat
dianggap hukum karena masih mencakup semua benda yang bergerak meski terbatas
pada kecepatan yang jauh di bahwa kecepatan cahaya.
Perkiraan
yang didapatkan dari hukum alam biasanya dapat dilakukan kalau diperoleh
informasi kondisi alam raya pada masa tertentu. Misalnya informasi mobil yang
bergerak dengan kecepatan tetap sebesar 80 km/jam pada pukul 08:00 di lintasan Bandung-Jakarta
melalui tol Padaleunyi, dapat dipakai sebagai bahan memperkirakaan lokasi mobil
tersebut satu jam yang lalu maupun kemudian.
Karena
manusia hidup di alam raya dan berinteraksi dengan benda lain di dalamnya,
manusia juga termasuk alam raya. Dengan demikian hukum alam juga berlaku bagi
manusia juga. Namun, banyak orang ketika mengakui keberlakukan hukum alam dalam
‘mengatur’ alam raya, mengecualikan perilaku manusia sebab mereka yakin kita mempunyai
kehendak bebas.
Keyakinan tentang
kehendak bebas yang terdapat dalam diri manusia didasari oleh pandangan bahwa
manusia terdiri dari dua bahan, ialah raga dan jiwa. Raga adalah susunan benda
biasa, yang boleh saja ‘diatur’ oleh hukum alam. Sedangkan jiwa tidak demikian,
di situlah ‘terletak’ kehendak bebas manusia.
Masalahnya,
apakah manusia memang punya kehendak bebas? Jika kita punya kehendak bebas, di
mana anugerah ini berkembang pada pohon evolusi? Apakah rumput laut punya
kehendak bebas atau perilaku mereka ‘diatur’ oleh hukum alam? Apakah hanya organisme
multisel yang punya kehendak bebas? Mungkin kita menganggap bahwa kucing punya
kehendak bebas ketika dia menggaruk-garuk badan Arij Zulfi Mufassaroh (dan membuat
saya pengen juga), namun bagaimana dengan Eschericia coli, organisme
sederhana yang tersusun dari satu sel? Mungkin E. Coli tidak pernah
berpikir, “Sisa pencernaan dalam usus besar manusia lezat juga untuk dimakan,”
tapi dia punya selera makanan yang jelas sehingga hanya mengonsumsi bahan yang
sesuai selerasa saja untuk memperoleh nutrisi. Apakah perilaku E. coli
ini merupakan bentuk kehendak bebas?
Meskipun
kita merasa bahwa kita bebas memilih perilaku yang ingin diperbuat, pemahaman
kita mengenai dasar molekul biologi menunjukkan bahwa proses biologi
dikendalikan oleh hukum alam juga, sehingga dapat ditentukan laiknya hukum
fisika menentukan orbit planet Venus mengelilingi bintang Matahari.
Penelitian
terkini dalam ilmu saraf mendukung bahwa otak kita mengikuti hukum alam yang
menentukan perbuatan kita, bukan terdapat sesuatu perantara yang berada di luar
hukum alam. Contohnya, penelitian tentang pasien yang tetap terjaga saat
pembedahan otak, menemukan dengan cara rangsangan listrik, daerah-derah yang
cocok pada otak, yang dapat merangsang pasien untuk menggerakkan tangan, lengan
atau kaki atau untuk menggerakkan bibir atau berbicara.
Mungkin
sulit diterima kalau perilaku manusia turut ‘diatur’ oleh hukum alam, namun
kian ke mari perkembangan ilmu alam kian menunjukkan bahwa manusia seakan mesin
saja dan kehendak bebas hanyalah Perfect Illusion seperti diucapkan oleh
Lady Gaga dalam lagunya. Guna
menyangkal hal ini, mungkin memunculkan tantangan untuk memperkirakan perilaku
manusia ketika berinteraksi dengan sesamanya, misalnya antara Park Bom dan
Jessica Jung.
Masalahnya,
informasi dasar untuk memperkirakan ini sulit ditentukan. Kita perlu mengetahui
keadaan sel yang terdapat dalam tubuh Park Bom dan Jessica Jung sejak awal
tahap evolusi dari arkaea hingga manusia serta proses pewarisan sel dari
manusia pertama sampai pada Park Bom dan Jessica Jung. Tentu saja proses
mendapatkan informasi ini sulit nan rumit, dan cukup terlambat untuk
memperkirakan perbuatan yang akan dilakukan oleh Jessica Jung ketika Park Bom lewat dalam acara Gaon Chart Music
Awards, 12 Februari 2014. Ciee Jessica jealous....
Memang untuk
menjawab sangkalan seperti itu sulit, namun terdapat cara yang dapat digunakan
kalau memang diinginkan (dari mana keinginan itu muncul?). Cara tersebut juga
menunjukkan bahwa hukum alam turut ‘mengatur’ perilaku manusia, namun karena
tidak sangkil wal mangkus untuk dipakai, boleh saja menggunakan teori efektif.
Pada ilmu
fisika, teori efektif adalah sebuah kerangka kerja yang dibuat untuk memodelkan
fenomena teramati tertentu tanpa menjabarkannya secara rinci seluruh
proses-proses yang mendasarinya. Contohnya, kita tidak dapat menyelesaikan
dengan tepat persamaan yang mengatur interaksi gravitasi pada tiap atom di dalam
tubuh manusia dengan tiap atom di planet Bumi. Namun untuk tujuan praktis, forsa
gravitasi antara seseorang dengan bumi dapat dijabarkan hanya dengan beberapa
angka, misalnya massa keseluruhan seseorang.
Demikian
pula kita tidak dapat menyelesaikan persamaan yang mengatur perilaku atom-atom
dan molekul yang rumit, namun teori efektif dalam ilmu fisika (yang kebablasan
menjadi cabang sempalan bernama kimia) menyediakan penjelasan memadai tentang
cara atom-atom dan molekul-molekul bertindak dalam reaksi kimia tanpa
mempertimbangkan rincian interaksi-interaksinya.
Pada kasus
manusia, karena kita tidak dapat menyelesaikan persamaan yang menentukan
tindakan kita, kita memakai teori efektif berupa anggapan bahwa manusia punya
kehendak bebas. Penelitian mengenai kehendak kita, dan tindakan yang timbul
darinya, merupakan wilayah pembahasan ilmu psikologi.
Teori
efektif memang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang muncul dalam
benak. Tapi, hasil yang diperoleh hanya sedang-sedang saja dalam memperkirakan.
Apalagi dalam kasus manusia, banyak perbuatan yang dilakukan terasa tidak masuk
akal. Misalnya perbuatan orang yang membuat patung sendiri, untuk dipuja
sendiri, ketika ditanya mengapa perbuatan itu dilakukan, dia jadi bingung
sendiri, ketika diminta supaya patungnya mengubah Matahari agar tampak terbit
dari arah barat, malah marah dan menyuruh orang-orang membakarnya. Ahelahhhh....
Namrūd.
Nah...
berdasarkan tuturan tersebut, yang menunjukkan kalau saya meyakini bahwa
seluruh materi, energi, dan interaksi di alam raya ‘diatur’ oleh hukum alam,
bagaimana saya menyintesa keyakinan ini dengan keyakinan bahwa saya percaya
adanya Tuhan, yang no matery no energy but You
(diucapkan kayak Wonder Girls melantunkan Nobody ya)? Caranya dengan
menganggap bahwa hukum alam itu adalah sifat Tuhan.
Selama ini
saya meyakini kalau hukum alam adalah qudrot Allah, yang membuat selain
Allah termasuk alam raya khususnya manusia bersifat ‘ajzun (lemah), “Can't
nobody hold us down,” seperti lantun Park Bom dalam Can’t No Body.
Berdasarkan
keyakinan seperti itu, let me say perkataan ini dalam setiap sholat
saya:
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“(Pada titik
ini) aku benar-benar menghadapkan wajahku (yakni seluruh jiwa dan raga
sepenuhnya), kepada Yang menciptakan langit dan bumi (dengan seluruh kandungan
materi, energi, dan interaksi yang terdapat di dalamnya), dalam keadaan
cenderung kepada (Yang menciptakan), dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (kepada Yang menciptakan).”
K.Km.Po.160240.251018.11:17