— Obrolan dengan Grace Natalie Louisa
Grace
Natalie Louisa : A Leader for Our Time
|
Grace Natalie Louisa (Grace)
terbilang sosok yang berani dalam kancah politik praktis Indonesia. Keberanian
Grace mendirikan partai politik baru bernama Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
patut diapresiasi semadyana.
Tak dimungkiri, selain belakangan
kepercayaan masyarakat terhadap partai politik merosot tajam, juga faktor
personalitas Grace sebagai perempuan beretnis China serta identitasnya sebagai
pemeluk Kristen menjadi sisi tersendiri. Belum lagi rekam jejak Grace yang
pernah tampil di For Him Magazine (FHM), majalah yang karib dengan kesan
seksi.
Bekal tersebut cukup membuat Grace
babak belur sebelum bertanding. Walau demikian, dia tak takut terpelanting.
Grace tetap yakin untuk terus maju. Pelan-pelan dirinya berusaha memimpin
partai yang didirikan bersama rekan-rekannya dengan semangat baru.
PSI dibangun sebagai wadah perjuangan
guna mewujudkan angan Grace agar keseharian masyarakat Indonesia menjadi
harmonis, saling mengapresiasi kesamaan sekaligus menghormati ketidaksamaan.
Dalam obrolan berikut, perempuan kelahiran 4 Juli 1982 ini berbagi pandangan
mengenai makna kemerdekaan, masalah yang diprioritaskan untuk segera
dituntaskan bersama, juga angan terbesar untuk Indonesia.
Kata ‘politik’ sebenarnya sudah
melekat dalam diri Anda jika melihat kiprah sebelumnya di dunia jurnalistik dan
lembaga konsultan politik. Kini Anda memutuskan untuk menjadi Politikus dengan
membentuk sebuah partai. Sebenarnya apa sih yang menarik dari dunia politik praktis
di mata Anda?
Kalau pertanyaan ini ditanyakan pada
saya beberapa tahun lalu, saya mungkin akan menjawab bahwa saya tidak tertarik
untuk menjadi politisi apalagi membentuk sebuah partai. Apa yang kemudian
membuat saya berubah pikiran adalah saya merasa miris dan sedih melihat
orang-orang yang baik belum mendapat apresiasi yang layak dari partai politik.
Ketika mereka hendak mengikuti
pemilihan kepala daerah apalagi pemilihan presiden, mereka tidak akan bisa maju
apabila hanya bermodalkan kepemimpinan dan pribadi yang baik saja. Kebanyakan
partai melihat hal lain, seperti kecukupan modal yang ia miliki. Ada ‘mahar’
yang harus ia bayar.
Bahkan dalam sebuah kasus yang pernah
saya temui, ada seorang klien yang menyediakan uang sebanyak belasan milyar.
Apa yang terjadi? Uangnya diambil oleh partai tersebut tapi kemudian
dukungannya tidak jadi diberikan.
Hal-hal seperti itulah yang membuat
saya tergerak untuk menciptakan perubahan terhadap budaya yang tidak sehat
tersebut. Kalau kita hanya sebatas mengkritisi dari luar tanpa berbuat apapun,
kondisinya tidak akan berubah.
Dari situlah kemudian saya terpikir
untuk membentuk sebuah wadah atau kendaraan bagi orang-orang yang punya
kepribadian dan rekam jejak yang baik untuk maju sebagai pemimpin.
Anda terbilang nekat karena di usia
muda sudah berani mendirikan sebuah partai. Tidakkah terlintas di benak Anda
untuk bergabung dengan partai yang sudah ada saja dulu?
Saya sudah pernah ditawari oleh
beberapa partai yang sudah ada dan saya tidak tertarik. Karena saya mau berbuat
apa di sana? Mereka sudah berdiri sekian lama dan punya kultur tersendiri,
termasuk budaya negatif yang sempat saya sebutkan tadi. Jadi mustahil rasanya
apabila saya seorang diri bisa mengubah kebiasaan buruk yang ada di lingkungan
tersebut sementara orang-orangnya tidak memiliki visi yang sama dengan saya.
Akan lebih mungkin apabila kita
membangun sesuatu dari nol, dengan mengumpulkan orang-orang baru yang belum
terkontaminasi dengan kultur tersebut. Kita tanamkan nilai-nilai positif dan
menciptakan budaya kita sendiri. Itu akan lebih realistis ketimbang mengubah
apa yang sudah ada.
Bagaimana tanggapan orang-orang
terdekat Anda terhadap keputusan yang dipilih ini?
Sedari awal saya tak lupa melibatkan
orang-orang terdekat saya dalam mengambil keputusan. Mereka pada awalnya tidak
langsung setuju. Namun, setelah mereka melihat bagaimana tekad dan proses yang
saya jalani bersama kawan-kawan di PSI, mereka mau mengerti dan bahkan sekarang
sudah dalam tahap mendukung.
Suami saya misalnya. Ia tak hanya
mendukung secara moral, namun ia juga sudah mau untuk ikut berkontribusi. Website
PSI adalah hasil kontribusi suami saya. Bukan paksaan dari istri, melainkan
panggilan dari hati.
Bisa disebutkan apa kekuatan utama
yang membedakan PSI dengan partai lain?
DNA-nya PSI adalah kebajikan dan
keragaman. Kita di sini mempunyai tujuan yang baik. Mungkin ada sebagian orang
yang meragukan niat kami. Mereka khawatir bahwa PSI tak berbeda dengan partai
lain yang jargonnya anti korupsi namun ujung-ujungnya terlibat skandal korupsi
juga.
Dari situ kami membuat terobosan. Tak
seperti partai lain, kami hendak memisahkan antara kader yang merupakan
pengurus partai dengan kader yang menjadi anggota dewan atau menteri. Jadi
tidak ada istilah rangkap jabatan.
Bila ada kader kami yang menjadi
anggota dewan, ia bisa berfokus dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil
rakyat. Yang menjadi pengurus harian partai juga bisa fokus untuk mengawasi
kinerja para kader PSI yang berkiprah di lembaga pemerintah. Hal tersebut kami
yakini bisa meminimalisir konflik kepentingan yang belakangan menjadi salah
satu pemicu utama tindakan korupsi.
Kalau dari segi misi apa yang
membedakan?
Kami ingin mendorong, menyemangati,
dan menginspirasi anak-anak muda serta kaum perempuan untuk berani terjun dan
berpartisipasi membangun bangsa. Banyak karya anak muda kita yang bagus dan
bahkan kualitasnya diakui sampai ke luar negeri. Namun, ketika diajak bicara
soal politik mereka pada ilfeel semua. Bisa dipahami memang, karena imej
politik sendiri sudah terlanjur dicap jelek.
Di sinilah kami hadir untuk mengubah
persepsi tersebut, bahwa politik itu sebenarnya tidaklah jahat. Kami ingin
menjadi kendaraan bagi orang-orang muda yang punya niat baik untuk maju menjadi
wakil rakyat atau kepala daerah.
Kemudian kami memperjuangkan kuota
keterwakilan perempuan di parlemen agar bisa lebih dari 30%. Di sini kami
memang memberikan perhatian yang lebih pada kaum perempuan. Sampai ke daerah,
kami keukeuh untuk mencari dan melibatkan perempuan untuk masuk di struktur
organisasi kami.
Kenapa kami concern untuk
menarik partisipasi perempuan di politik? Kita lihat saja kiprah perempuan di
DPR. Sudah jumlahnya sedikit, kebanyakan dari mereka malah ditugaskan di
komisi-komisi yang urusannya terlalu umum, seperti urusan anak, perempuan, dan tenaga
kerja.
Jarang sekali perempuan yang
ditugaskan di komisi hukum, kebijakan luar negeri, serta pertahanan dan
keamanan. Itulah yang akhirnya mendorong kami untuk memberikan perhatian yang
lebih kepada kiprah kaum perempuan di parlemen.
Kenapa memilih nama Partai
Solidaritas Indonesia?
Karena itulah yang paling
mencerminkan kami. Solidaritas. Di DPP PSI sendiri saat ini ada 6 orang
perempuan dan 3 laki-laki. Yang perempuan lebih banyak daripada yang laki-laki.
Ada yang beragama Islam, Kristen, dan Hindu. Di PSI, keragaman ini tak hanya
sekadar diakui, namun juga dirayakan.
Dan bentuk solidaritas paling konkret
yang saya lihat adalah para prianya ini berbesar hati mendaulat rekannya yang
perempuan untuk menempati posisi yang penting. Mereka yang laki-laki tidak ada
yang keberatan dan berkenan untuk memberikan dukungan penuh kepada saya untuk
menjadi ketua umum.
Saya yang notabene seorang perempuan,
non-muslim, keturunan Tionghoa pula, bisa dipercaya untuk mengemban jabatan
sebagai ketua umum. Ini bagi kami adalah bentuk solidaritas tertinggi.
Grace
Natalie Louisa : A Leader for Our Time
|
Apakah Anda tidak khawatir apabila
atribut minoritas yang melekat dalam diri Anda tersebut akan menjadi pengganjal
bagi karier politik praktis Anda?
Tidak masalah. Saya sadar pasti ada
yang menerima dan ada yang menolak. It’s okay. Namun, saya yakin pola
pikir masyarakat kita sekarang sudah pelan-pelan berproses.
Jadi saya pikir kalau ada yang
melihat saya hanya dari atribut yang melekat ya silakan saja. Itu hak mereka.
Yang penting saya akan membuktikan kapasitas saya melalui pekerjaan yang saya
lakukan.
Bagaimana dengan soal jam terbang?
Ada sebagian kalangan yang menilai Anda dan rekan-rekan Anda di PSI masih
terlalu muda dan belum memiliki jam terbang yang mumpuni untuk menjalankan
sebuah partai. Tanggapan Anda sendiri bagaimana?
Saya justru melihat itu sebagai suatu
kekuatan, bukan kelemahan. Kenapa? Karena itulah yang membedakan kami dengan
partai-partai lain yang sudah lama berdiri. Idealisme kami masih murni dan
belum terkontaminasi.
Kemudian, apabila kepercayaan publik
terhadap sebuah partai hanya diukur dari tingginya jam terbang atau usia partai
tersebut, harusnya yang menang pemilu ya partai yang itu-itu saja, seperti
Golkar, PDI-P, dan PPP. Namun, pada nyatanya beberapa waktu lalu ada Partai
Demokrat yang notabene merupakan partai baru, bisa memperoleh suara terbanyak.
Fungsi utama partai adalah sebagai
wadah untuk menyampaikan aspirasi rakyat. Tentang bagaimana cara manajemen
partai itu sendiri tidak ada ilmu pastinya. Itu semua dilewati dengan proses
setahap demi setahap.
Kebanyakan perempuan dan pemuda
sekarang cenderung apatis terhadap politik praktis. Sementara Anda sempat
menyebutkan bahwa partai Anda menyasar suara mereka. Usaha apa yang akan Anda
lakukan untuk menarik minat dan partisipasi mereka?
Kami memulainya dari diri kami
sendiri. Untuk menarik minat dan partisipasi kaum pemuda dan perempuan, PSI
sendiri punya dua peraturan utama. Pertama ialah usia pengurusnya maksimal 45
tahun. Kedua, tidak pernah jadi pengurus harian yang aktif di partai lain. Kalau
kami mencitrakan diri sebagai partainya anak muda tapi pengurusnya sudah tua
semua apa gunanya?
Kemudian yang menjadi kendala bagi
perempuan untuk aktif di politik itu adalah soal membagi waktu antara urusan
rumah tangga dengan urusan partai. Terlihat simpel memang, tapi itu merupakan
hambatan yang cukup sulit bagi perempuan. Banyak rapat-rapat politik yang
berlangsung hingga tengah malam. Hal itu jelas tidak membuat mereka nyaman.
Selain dari segi keamanan, bagaimana nasib keluarganya? Suami dan anaknya siapa
yang mengurus?
Karena itulah, di PSI kami selalu
mengusahakan agar kegiatan rapat dan bertemu orang berlangsung maksimal hingga
sore hari. Ini dilakukan agar kader-kader partai yang perempuan bisa segera
pulang untuk mengurus keluarga. Jadi kami di sini ingin menciptakan lingkungan
organisasi yang ramah terhadap perempuan.
Kalau dari diri Anda sendiri,
bagaimana cara membagi waktu antara keluarga dengan pekerjaan?
Caranya mau tidak mau ya saya harus
benar-benar taktis dalam mengatur waktu. Sebisa mungkin saya tidak menunda
pekerjaan. Ini supaya keesokan harinya saya bisa ada waktu yang lebih luang
dengan keluarga.
Kemudian efisiensi waktu dan energi
juga perlu. Terkadang pekerjaan bisa dilakukan dari rumah. Kegiatan rapat
misalnya. ‘Kan rapat tidak selalu harus bertemu secara fisik. Dengan teknologi
yang ada sekarang pun kita juga bisa komunikasi dengan rekan sejawat.
So far cara itu saya rasa cukup berhasil
karena belum ada yang komplain. Suami tidak mengeluh. Anak saya juga belum
memanggil saya ‘tante’. Dia masih senang saat melihat saya. Jadi masih on
the track.
Nama Anda mulai dikenal publik ketika
berkiprah sebagai jurnalis. Apakah pengalaman tersebut dirasa akan membantu
mempersiapkan Anda mengarungi kerasnya dunia politik praktis?
Pengalaman sebagai wartawan saya rasa
membantu mempersiapkan saya secara mental. Saya jadi terbiasa untuk melihat hal
dari berbagai sisi dulu sebelum mengambil keputusan. Kemudian dari sisi networking
juga menjadi modal.
Berbeda dengan beberapa partai
lainnya, saya dan kawan-kawan di PSI masih belum punya media. Namun, sebagai
wartawan kami terbiasa untuk membangun jaringan. Kami terbiasa untuk mencari
dan menjalin pertemanan. Semakin banyak teman berarti akan semakin banyak pula
yang mengenal saya dan PSI. Itulah mungkin bekal yang saya dapatkan ketika
berkarier sebagai jurnalis dan yang bisa saya aplikasikan sekarang.
Apa makna kemerdekaan bagi Anda?
Merdeka bagi saya dan teman-teman di
PSI adalah merayakan dan menghargai keberagaman. Saya melihat kita masih belum
merdeka secara keberagaman. Orang yang berbeda seringkali dianggap salah.
Padahal, perbedaan itu sendiri sudah ada dan tercipta ketika kita sama-sama
melepaskan diri dari penjajahan dan berdiri sebagai sebuah negara.
Grace
Natalie Louisa : A Leader for Our Time
|
Kalau bisa ditarik kesimpulan dari
pernyataan Anda tersebut, berarti Indonesia masih belum benar-benar merdeka?
Merdeka dari penjajahan sudah. Namun,
merdeka dalam mengekspresikan diri kita sesuai dengan kepercayaan yang kita
yakini, saya lihat masih belum sepenuhnya terwujud.
Masih sering kita temui bahwa ada
individu dan golongan tertentu yang melakukan pemaksaan dan intimidasi kepada
orang-orang yang punya ideologi yang berbeda dengan mereka. Padahal sedari awal
sejak negara Indonesia terbentuk, kita sudah memiliki unsur-unsur yang berbeda.
Kenapa kemudian harus disamakan setelah 70 tahun negara ini berdiri?
Dari sederet persoalan yang
membelenggu negara kita sekarang, masalah apa yang menurut Anda paling mendesak
untuk dibenahi?
Saya rasa hukum dan pemberantasan
korupsi mendesak untuk diselesaikan. Harus ada kepastian hukum yang bisa
diberikan oleh lembaga penegak hukum, seperti KPK yang saat ini mungkin menjadi
lembaga yang paling dipercaya masyarakat. Ini penting, karena korupsi itu
sendiri lebih jahat daripada narkoba.
Kemudian masalah pendidikan juga
krusial. Pengalaman saya sebagai konsultan politik melihat sendiri, bahwa
orang-orang yang tingkat pendidikannya rendah itu rentan dipengaruhi dan
dimobilisasi oleh pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan suara dalam pemilihan
kepala daerah. Akhirnya calon kepala daerah yang bagus namun dananya terbatas
gagal jadi pemenang. Hal-hal seperti inilah yang kemudian membuat negara kita
sulit untuk berkembang.
Bicara soal tokoh atau pahlawan
nasional, siapa yang paling menginspirasi Anda?
R.A. Kartini. Saya melihat dia
merupakan seorang pendobrak di masanya. Pada zaman itu kaum perempuan di
Indonesia diidentikkan dengan urusan dapur saja. Namun, Kartini berani untuk
menulis ide dan pemikirannya yang progresif, hingga akhirnya ia bisa
menginspirasi perempuan-perempuan lain di masanya untuk mengembangkan diri dan
menggapai cita-citanya.
Saat ini apa harapan atau impian
terbesar yang Anda miliki untuk Indonesia?
Saya ingin melihat lebih banyak anak
muda dan kaum perempuan bisa tergerak dan mau untuk ikut memberdayakan
masyarakat. Saya ingin agar mereka berkenan untuk memberikan kontribusi bagi
negara melalui keahlian mereka masing-masing dan menciptakan perubahan.
Satu contoh, misalnya mereka punya
keahlian di bidang IT, mereka bisa mengembangkan teknologi smart city.
Hal semacam itu tentu akan bermanfaat bagi orang banyak. Namun, itu semua
sedikit banyak bergantung kepada pemimpinnya. Apakah si pemimpin mau untuk
memfasilitasi dan memberikan kesempatan bagi anak-anak muda untuk berkarya?
Inilah salah satu hal yang akan saya perjuangkan bersama teman-teman di PSI.
Anda terkesan lebih fokus untuk
bekerja di belakang layar dengan menyediakan sarana bagi orang-orang yang ingin
menjadi pemimpin. Apakah Anda sendiri tidak punya keinginan untuk jadi aktor
utama di panggung politik praktis? Tidakkah Anda memiliki cita-cita pribadi,
seperti jadi presiden mungkin?
Saya tidak ada ambisi ke sana. Kalau
saya punya keinginan untuk mengusung diri saya pribadi, maka hal itu tidak akan
membuat PSI berbeda jauh dengan beberapa partai lain yang dibentuk hanya untuk
mengusung figur tertentu. Jadinya malah kontraproduktif dengan misi partai
saya.
Tujuan saya murni untuk menyediakan
wadah bagi orang-orang muda untuk berkumpul dan membuat perubahan bersama-sama.
Saya ingin memberikan kesempatan bagi orang-orang yang berkualitas dan punya
niat baik untuk maju menjadi pemimpin.
Melihat rekam jejak karier Anda, bisa
dilihat bahwa Anda merupakan sosok perempuan smart yang berani mengambil
risiko. Bagi para perempuan yang sedang mengejar cita-cita mereka dan
menjadikan Anda sebagai inspirasi, pesan apa yang bisa Anda sampaikan?
Kalau saya pribadi, apapun yang saya
kerjakan, saya selalu berusaha untuk do the best. Terdengar klise
memang. Namun, saya yakin apabila kita berbuat yang terbaik, pintu-pintu akan
terbuka.
Misalnya, mungkin Anda merasa kinerja
Anda tidak begitu dihargai di tempat Anda bekerja sekarang. Tapi kalau Anda
bekerja sepenuh hati, bisa jadi akan ada orang atau pihak lain yang tidak Anda
duga yang kemudian justru lebih menghargai dan membukakan pintu bagi Anda.
Jika kita mengerjakan sesuatu dengan
100%, maka pasti cepat atau lambat, kesempatan dan tawaran yang lebih baik akan
datang kepada kita.
Grace
Natalie Louisa : A Leader for Our Time
|