Risalah Riḥlah (Catatan Penjelajahan)


— melestarikan tradisi bermadzhab
Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; AdibRS; Adib RS; ARS; Alobatnic; 26 March 1994; RMadhila; Scholaristi; Pelantan; Santri Scholar; Santri; Scholar; Santri Scholar Society; XEROXXI; XERO; XXI; Blackjack Soldier; LP2NE1; Kirana ♈ Azalea; Kirana Azalea; 투애니원; 2NE1; 블랙잭; Blackjack; 박봄; Park Bom; 박; 봄; Park; Bom; haroobomkum; 24 March 1984; 이채린; Lee Chae-lin; 이; Lee; 채린; Chaelin; CL; chaelinCL; 26 February 1991; 박산다라; Park San-da-ra; Sandara Park; 산다라; Sandara; Dara; krungy; 12 November 1984; Linkin Park; LP; Soldier; Michael Kenji Shinoda; マイケル・ケンジ・シノダ; マイク・シノダ; Mike Shinoda; Michael; マイケル; Kenji; ケンジ; Mike; マイク; Shinoda; シノダ; 11 February 1977; Bradford Phillip Delson; Brad Delson; Bradford; Phillip; Brad; Delson; 01 December 1977; Robert Gregory Bourdon; Rob Bourdon; Robert; Gregory; Rob; Bourdon; 20 January 1979; Joseph Hahn; 요셉 한; Joe Hahn; 조 한; Joseph; 요셉; Jo; 조; Hahn; 한; 15 March 1977; Valentino Rossi; Valentino; Rossi; VR46; VR; 46; 16 February 1979; Sky Racing Team by VR46; Yamaha; Grand Prix motorcycle racing; MotoGP; Yamaha Motor Racing; Yamaha Factory Racing; Yamaha MotoGP; Paris Whitney Hilton; Paris Hilton; Paris Whitney; Paris; Whitney; Hilton; 17 February 1981; John George Terry; John Terry; John; George; Terry; JT26; JT; 26; 07 December 1980; Chelsea Football Club; Chelsea FC; Chelsea; Football; Club; Petr Čech; Petr; Čech; 20 May 1982; Steven George Gerrard; Steven Gerrard; Steven; Gerrard; StevieG; 30 May 1980; Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro; Cristiano Ronaldo; CR; CR7; Cristiano; Ronaldo; dos; Santos; Aveiro; 05 February 1985; Real Madrid Club de Fútbol; Real Madrid C.F.; Real Madrid; Real; Madrid; Daniela Hantuchová; Daniela; Hantuchová; Dani; 23 April 1983; Мари́я Ю́рьевна Шара́пова; Maria Yuryevna Sharapova; Мари́я Шара́пова; Maria Sharapova; Мари́я; Ю́рьевна; Шара́пова; Maria; Yuryevna; Sharapova; 19 April 1987; KiSS — Keep it Shiny and Sustainable; KiSS; Keep it Shiny and Sustainable; Keep; it; Shiny; and; Sustainable; Manusia adalah Makhluk Berperasaan; Manusia; Makhluk Berperasaan; Islām Aries-Blackjack, is Islām?; Islām; Aries-Blackjack; is Islām; Islām Aries-Blackjack; Islām Aries; Islām Blackjack; Revolutic; Meniti Ilmuwati (Scholaristi); Meniti Ilmuwati; Meniti; Ilmuwati; menganyam peranan perempuan dalam kajian keilmuan; Sabrina Gonzalez Pasterski; Kára Deidra McCullough; Theano; Aspasia; Agnodice; Hypatia; Hildegarde; Trotula; Maria Celeste; Barbara Müller; Elizabeth Stuart; Émilie du Châtelet; Maria Gaetana Agnesi; Marie-Sophie Germain; M. LeBlanc; Emma Hart Willard; Ellen Henrietta Swallow Richards; Marie Skłodowska Curie; Norma Jeane Mortenson; Marilyn Monroe; Risalah Riḥlah;

“Dib”, ungkap Maryam Musfiroh membuka percakapan, “Punya makalah ttg hakikat pendidikan ga?” tanyanya pada 25 Maret 2018 pukul 16.01, GMT+7. “Aku belum pernah buat sendiri,” tanggap saya 10 menit kemudian.

Maryam bilang saat itu ingin membuat makalah tentang hakikat pendidikan untuk disampaikan dalam satu organisasi. Kebetulan saya tak pernah menulis topik tersebut, jadilah Maryam agak di-push... puusss meong. Syukur kalau buatannya dapat memuaskan. Sudah banyak makalah sejenis tersedia, tetapi setiap karya tentu memiliki nuansa berbeda.

“Oh iya... kamu udah pernah baca ttg persis? Pendidikan persis kaya gmn...” lanjut Maryam, tepat semenit usai saya tanggapi. Pertanyaan tersebut kemudian saya tanggapi seperlunya, dengan dasar pengetahuan seadanya yang didapat dari membaca. Beruntung jawaban saya, “Yak.... bener bgt tuh...”, kata Maryam, 20 menit setelah percakapan dibuka olehnya.

Percakapan spontan tersebut kemudian memaksa saya untuk menunjukkan beberapa pandangan yang saya pilih mengenai pendidikan. Mengapa saya pilih? Karena pada dasarnya saya tak punya pemikiran terhadap pendidikan. Paling jauh itu hanyalah memadukan beberapa pemikiran saja atau menerapkan pemikiran dalam kegiatan mengajar.

Itu bukan humble statement, kosok balinya justru menunjukkan sikap arogan saya. Soalnya saya pamer kalau memiliki landasan teoretis serta rekaman praktis, arogan ‘kan? Lagipula humble hanya dapat dilihat melalui cairan yang lama turunnya dan cepet naiknya, biasanya ketika pilek. HalahMbel... niru gaya bicara Dewi Indah Dahlia.

Terkait dengan niat belajar yang disampaikan Maryam, langsung saya tanggapi dengan rujukan niat belajar dari buku Ta’līmu al-Muta’allimi Tharīqo at-Ta’allumi (Arab:تعليم المتعلم في طريق التعلم) karya Burhānu ad-Dīni az-Zarnūjī (Arab: برهان الدين الزرنوجي) (az-Zarnūjī, 2017, hlm. 12-5). Niat yang disebut ialah untuk mengurangi kebodohan, menghidupkan agama, dan melestarikan Islām (Arab: الإسلام).

Buku yang biasa disebut Ta’līm al-Muta’allim itu memang kesayangan saya sebagai panduan belajar khususnya, dan cara bersikap umumnya. Pemilihan Setiya Utari sebagai pembimbing skripsi, yang kebetulan sudah menangani saya sebagai pembimbing akademik, pun merupakan penerapan saran memilih guru dari buku itu (az-Zarnūjī, 2017, hlm. 19-20).

Dalam hal itu, saya sama dengan mbak Nong Darol Mahmada. Mbak Nong bercerita dulu mengaji Ta’līm al-Muta’allim pada Dedeh Fuadah, istri Ilyas Ruhiyat, ketika nyantri di Pondok Pesantren Cipasung. Ketika kuliah di kampus Syarif Hidayatullah, Ciputat, Nasaruddin Umar menjadi pembimbing akademik sekaligus skripsi mbak Nong. Wajar kalau pengaruh Nasaruddin Umar tampak kentara dalam karya mbak Nong kamā Setiya Utari pada saya.

Memang beberapa bagian dalam Ta’līm al-Muta’allim sulit ditangkap dengan penalaran. Bagian tersebut misalnya pembiasaan menghadap kiblat saat sedang belajar (az-Zarnūjī, 2017, hlm. 98-9). Bagian yang tampak kentara dari kebiasaan saya ketika mengontrak rumah di Jl. Geger Arum no. 24, Bandung, baik di dalam kamar maupun di depan kamarnya Uwais Al Qorni Akbar, tata letak tempat duduknya Setiya Utari setelahpindah ruangan ke lantai satu gedung A FPMIPA UPI, pun dengan smoking area tempat saya nongkrong gemesz di Pondok Pesantren Ath-Thullab Kudus.

Namun, apakah penalaran selalu kudu menjadi pijakan? Bukankah al-Qur’ān (Arab: القرآن) terkesan berantakan kalau hanya ditangkap dengan penalaran? Apakah cerita terkait Maryam (Arab: مريم) dapat ditangkap dengan penalaran (Shihab, 2012a, hlm. 93-101 & 797-804)? Apalagi cerita tersebut disampaikan berantakan, tak runtut dalam satu tuturan sepertihalnya kisah Yūsūf (Arab: يوسف) (Shihab, 2012b, hlm. 5; 2012a, hlm. 93-101). Konon kabarnya Maryam dan Yūsūf itu manusia yang erotic capital-nya paling kuat, katanya gitu katanya (Shihab, 2012b, hlm. 74).

Apakah keputusan Paris Whitney Hilton untuk tidak menikah pada umur 30 tahun dapat ditangkap dengan penalaran (Setiawan, 2016a)? Apakah perubahan tajam karier Daniela Hantuchova bisa ditangkap dengan penalaran (Setiawan, 2015)? Apakah juara UEFA Champions League yang diraih oleh Chelsea pada tahun 2012 dapat ditangkap dengan penalaran (Setiawan, 2017b)?

Salah satu sisi yang saya sukai dari buku Ta’lîm al-Muta’allim ialah teknik penulisan. Buku yang terdiri dari bagian intro dan duabelas chapter tersebut ditulis laiknya cerita. A.S. Laksana menyebut bahwa pada dasarnya setiap orang suka cerita karena cerita tidak mengancam pikiran, sehingga bisa disampaikan secara akrab (Islands of Imagination, 2015).

Lebih lanjut, penulis asal Indonesia tersebut mengatakan bahwa kekuatan cerita bukan terletak pada efek tertentu yang diinginkan penulisnya, tetapi pada caranya merasuk benak orang untuk dimaknai terus-menerus melewati ruang dan waktu penciptaan (Dewi Magazine, 2015). Wajar kalau cerita menjadi cara berkomunikasi yang digunakan oleh para penggerak global untuk memulai sebuah perubahan besar (Denning, 2016).

Walau demikian, saya menyadari dengan hanya mengambil rujukan niat belajar dari buku Ta’lîm al-Muta’allim, sulit untuk diterapkan pada jaman now. Pada masa kekinian, terdapat kecenderungan bahwa tujuan pelajar masuk sekolah ialah untuk meraih ijazah setinggi-tingginya. Nyaris kosok bali dengan tujuan belajar yang dituturkan dalam buku Ta’lîm al-Muta’allim, kecuali pada bagian akhir kalau memang memaksa diseleraskan (az-Zarnūjī, 2017, hlm. 19-20).

Tujuan tersebut seperti diceritakan oleh Maryam, “Jadi gini dib... pendidikan di kita teh sekarang kaya yg hanya berorientasi pada pendidikan jenjang selanjutnya... anak2 smp belajr demi masuk sma favorit... anak2 sma belajar demi masuk ptn fav... padahal bukan itu kan ya tujuan kita belajar teh,” ungkap Maryam pada 25 Maret 2018 pukul 16.18 , “Nah ..... ada ga aya artikel atau makalah yg ngebahas ttg kaya gt?” tanyanya semenit kemudian, “Barangkali adib punya... hehe” pungkas Maryam.

Kebetulan dalam artikel Sekilas Mengelilingi Luas Geometri, tujuan belajar yang kosok bali dengan Ta’līm al-Muta’allim termasuk pada bagian akhir sempat saya singgung (Setiawan, 2018a). Tujuan belajar yang dimaksud ialah pilihan untuk legowo kuliah di UPI sekaligus mengubur keinginan nyantri di Lirboyo.

Pilihan saat itu banyak dipengaruhi oleh cerita Abū Ḥāmid Muḥammad al-Ghazālī (Arab: أبو حامد محمد الغزالي). Kepada Maryam, saya sampaikan bagian tersebut sekaligus menunjukkan rujukannya. Rujukan cerita tersebut saya ambil dari bukunya Muḥammad al-Ghazālī yang berjudul Ihyā’ ‘Ulūmu ad-Dīni (Arab: احيأ علوم الدين) (al-Ghazālī, 2016, hlm. 6, 72, & 80).

Maryam malah kemudian tertarik untuk membaca Ta’lîm al-Muta’allim. Tanpa berlama-lama dirinya segera meminta versi terjemahan buku itu dalam Bahasa Indonesia. Dengan dukungan sinyal kuat Indosat seperti 11 Juni 2012 silam, tanpa berlama-lama pula saya segera mencarikan terjemahan melalui pencarian daring di Google.

Wajar, Maryam meminta versi terjemahan. Kemampuan Maryam kurang bagus untuk dipakai membaca cepat naskah berbahasa Arab. Wajar pula saya segera mencarikannya, sebelum pundung lalu berubah mood... Modigliani Azra.

Setelah menemukan beberapa versi yang diperiksa acak, terjemahan dengan judul Pelita Penuntut Ilmu karya Qotrun Nada saya pilih untuk diberikan pada Maryam. Penuturannya bagus, ialah teks Arab bersyakal disertakan untuk dialihbahasakan setiap bagian ke dalam Bahasa Indonesia yang laras (Nada, 2017).

Untuk memperkaya koleksi Maryam, terjemahan Ta’līm al-Muta’allim dalam Bahasa Inggris juga saya sertakan. Bukan ditujukan sebagai bacaan, cuma untuk pamer saja kalau Ta’līm al-Muta’allim itu buku keren, di bujur timur dan barat planet Bumi, lintang selatan dan utara. Tak apa-apa ‘kan pamer kesukaan sendiri, selama tidak menjelekkan kesukaan orang?

Terjemahan itu berjudul Instruction of the Student: the Method of Learning karya Gustave E. von Grunebaum dan Theodora Mead Abel yang diterbitkan oleh Starlatch Press, USA, dari tahun 1947 sampai 2003 (von Grunebaum & Abel, 2003). By the way, buku memang karya terjemahan, tetapi buat saya kedua penulis pantas mendapat kredit atas karya tersebut. Dalam menerjemahkan karya tulis, dibutuhkan keterampilan khusus berupa penguasaan bahasa sumber dan sasaran serta bahan kajian.

Kedua penulis Instruction of the Student: the Method of Learning masing-masing memiliki latar keturunan dan kelimuan berbeda. Gustave adalah ahli sejarah keturunan Vienna, Austria, sementara Theodora adalah ahli psikologi kelahiran Newport, Amerika Serikat (Damico & Zavadil, 2014, hlm. 325-33; Ware, 2004, hlm. 2-4).

“Eh tau ga aku lg baca terjemahan kitan ta’lim muta’allim yg dr kamu... seruuu” ungkap Maryam beberapa jam kemudian, pukul 21.51 . “Asiiikkkk” tanggap saya seketika pada menit yang sama.  Tentu saya bahagia Maryam berkenan meluangkan waktunya yang padat untuk membaca Ta’lîm al-Muta’allim. Entah Maryam menjadi orang keberapa yang membaca buku itu.

Buku Ta’lîm al-Muta’allim ditulis atas dasar inisiatif Burhān ad-Dīn az-Zarnūjī sendiri ketika mengamati fenomena mencemaskan pada masanya (az-Zarnūjī, 2017, hlm. 1). Pada masa itu sebenarnya pelajar telah menunjukkan kesungguhan dalam belajar ilmu. Namun, kesungguhan belajar tidak membuahkan pengamalan dan penyebaran dari ilmu yang dipelajari. Pekerja PISA pasti sedih kalau mengambil sample di situ pada jaman segitu.

Burhān ad-Dīn az-Zarnūjī menyimpulkan bahwa permasalahan terletak pada cara belajar yang tidak tepat dan ditinggalnya beberapa syarat (az-Zarnūjī, 2017, hlm. 1). Kesimpulan terhadap fenomena itulah yang melatarbelakangi penulisan buku Ta’lîm al-Muta’allim. Hebatnya, buku yang ditulis atas dasar inisiatif sendiri itu mendapat tanggapan bagus dari lingkungan sejak awal diterbitkan. Terlihat dari penggunaan kitab ini yang semakin meluas secara ruang dan waktu.

Secara ruang kitab ini tak hanya digunakan di lingkungan penulis, ialah Zarnūj (Arab: زرنوج) yang terletak di dekat sungai Amu (Oxus), Kazakhstan (Huda, 2016, hlm. 2). Buktinya, dapat dijumpai karya terjemahan, antara lain dalam Bahasa Inggris (von Grunebaum & Abel, 2003). Secara waktu kitab ini tak hanya digunakan pada masa diterbitkan, ialah abad ketigabelas masehi harga nego (Huda, 2016, hlm. 2). Buktinya, buku itu masih dibaca oleh Maryam mulai 25 Maret 2018 sampai lupa ulang tahun saya, kzl.

Jauh sebelum Ta’līm al-Muta’allim dipakai sebagai rujukan untuk menanggapi Maryam, sebenarnya kesukaan terhadap buku itu sudah saya sampaikan langsung padanya. Malah terbilang lebih lengkap, lantaran penyampaian pada 20 Juli 2017 pukul 17.47 itu disertai pemetaan kitab kuning berdasarkan cara penyajiannya.

Pemetaan tersebut ialah: matn (Arab: متن), syarḥ (Arab: شرح), dan ḥasyiyah (Arab: حاشية), serta mukhtashor (Arab: مختصر). Kitab kuning adalah buku-buku klasik berisikan tafsiran dan penjabaran ajaran Islam yang ditulis oleh para ulama dengan pola pikir dan format pra-modern (Mas’udi, 1993, hlm. 155). Karya tulis ini dipakai sebagai panduan untuk memahami ajaran yang terdapat dalam al-Qur’ān dan al-hadist (Arab: الحديث) (Octavia, 2014, hlm. ix). Ta’līm al-Muta’allim termasuk ke dalam pengertian itu yang termasuk ke dalam kategori matn kalau dari pemetaan tersebut.

Sayang, saat itu Maryam tak memberi tanggapan berupa menengok sejenak Ta’līm al-Muta’allim seperti dilakukannya pada 25 Maret 2018. Wajar saja, pasalnya Maryam memiliki jadwal padat yang cukup melelahkan, cukup dimengerti. Saat itu sendiri Maryam baru selesai membaca The Seat of the Soul karya Gary Zukav dan sedang menggandrungi ilmu Ushūl al-Fiqh.

Saya sendiri sedang dalam masa koreksi Meniti Ilmuwati (Scholaristi), artikel tentang peran perempuan dalam kajian ilmu alam (Setiawan, 2017a). Artikel itu saya tulis sebagai ungkapan terima kasih untuk Maryam atas persahabatan yang terbangun bersama sejak perkenalan kami pada 11 Juni 2012 (Setiawan, 2016b).

Persahabatan dengan Maryam memberi kesempatan pada saya untuk mencerap informasi, menangkap kesan, merekam tindakan, dan mengumpulkan pemikiran Maryam. Dalam konteks itulah Maryam never ending shaping my mindset, seperti saya tulis pada bagian akhir artikel. “Euleuh, meni niat” ungkap Maryam menanggapi Meniti Ilmuwati (Scholaristi). Tentu biar singkat, ungkapan Maryam pada pada 5 Agustus 2017 pukul 21.03 itu memahat kesan kuat.

Setelah mendapat beberapa masukan, antara lain kritik bahwa artikel itu hanya sampai pada masa Marie Curie yang berarti tidak menjamah jaman now, akhirnya saya memberi tambahan melalui artikel lain. Kebetulan nama-nama dalam Meniti Ilmuwati (Scholaristi) itu sosok yang popular dan famous, antara lain Marie Curie, Emma Willard, dan Emilie du Chatelet (Setiawan, 2017). Karena itulah saya perlu menyebutkan nama lain yang tidak terkesan timpang dengan sosok sebelumnya.

Beruntung saya menemukan sosok Maryam Mirzakhani, perempuan keturunan Iran yang menekuni kelimuan matematika (Setiawan, 2018b). Klop. Kebetulan saya sedang mengajar matematika. Kebetulan Meniti Ilmuwati (Scholaristi) dimulai Theano, istri Phytagoras, pengasuh komunitas pengkaji matematika selepas suaminya wafat. Kebetulan perempuan beragama Islam. Kebetulan namanya juga Maryam. Kebetulan ada kebetulan lainnya.

Kenapa saya menyebut kebetulan melulu? Karena saya adalah orang yang yakin bahwa semuanya sudah ditatakan oleh Allāh (Arab: الله). Dengan keyakinan seperti ini, saya menganggap bahwa kebetulan adalah perasaan saat mengalami keadaan yang sebelumnya tidak pernah menyembul dalam angan. Tidak semua perjuangan yang dilakukan itu pernah muncul dalam angan. Tak semua angan dapat mewujud sebagai kenangan.

Kenapa proses penulisan itu tak lepas dari kebetulan? Karena saya adalah orang yang tidak pernah berusaha untuk membuat karya tulis. Karya tulis itu sendiri adalah sebagian cara belajar saya, agar hasil belajar dapat dilihat supaya mendapat koreksi ketika terjadi kesalahan.

Iqlima Hikmawati menyebut kecenderungan seperti itu dikenal dengan writing to learn (Hikmawati, 2016, hlm. 3-4 & 61). Dalam Ta’līm al-Muta’allim sendiri juga terdapat uraian terkait writing to learn agar keseharian diiri dengan kajian keilmuan (az-Zarnūjī, 2017, hlm. 34-5, 62-3, & 82).

Karena itulah saya bahagia ketika mendapat masukan, apalagi kalau sampai bisa memberi koreksi disertai menunjukkan letak kesalahan secara presisi. Kadang saya tanggapi dalam bentuk bantahan, guna meraba seberapa kuat niat memberi sekaligus meminta bonus berupa tambahan masukan (az-Zarnūjī, 2017, hlm. 20-1).

Satu hal yang juga saya yakini, apabila kebetulan dianugerahi oleh Allāh seabreg selera ragam karya yang beraneka macam, tentunya kita akan paham bahwa setiap karya adalah sebuah evolusi yang memengaruhi karya generasi sesudahnya. Dengan demikian, bisa menghindarkan diri dari kecenderungan asal mbacot menyampaikan perkataan—tertulis maupun lisan. Juga menuntun hati agar tak hobi jumping start menerobos time machine dalam menafsirkan teks berumur empatbelas abad.

Contoh evolusi dalam karya tulis, buku al-Munqidh min al-Dholāl wa al-Maushul ilā dzi al-‘Izzati wa al-Jalāl (Arab: المنقذ من الضلال والموصل إلى ذي العزة والجلال) karya Muḥammad al-Ghazālī mempengaruhi buku Discours de la Méthode : Pour Bien Conduire sa Raison, et Chercher la Vérité dans les Sciences karya René Descartes (al-Ghazālī, 2010, hlm. 1-3; Descartes, 1894, hlm. 53-67). Atau artikel Fenomenologi Jilbab dan Antropologi Jilbab buatan Nasaruddin Umar memengaruhi Kritik atas Jilbab dan Jilbab, Kewajiban atau Bukan? buatan Nong Darol Mahmada (Mahmada, 2016, 2003; Umar, 2002, 1999).

Evolusi dalam arena karya musik, antara lain terdapat Julia gubahan The Beatles yang memengaruhi Karen Don’t Be Sad milik Miley Cyrus (The Beatles, 1968; Cyrus, 2015). Begitu pula dalam arena karya rupa. Misalnya lukisan Última Cena karya Leonardo da Vinci memengaruhi detik ke-145 sampai ke-147 dari musik video Iridescent punya Linkin Park (Linkin Park, 2011; da Vinci, 1498). Atau film science-fiction action berjudul The Matrix yang memengaruhi keseluruhan gagasan video musik Come Back Home (Hangul: 컴백홈) dari 2NE1 (Hangul: 투애니원) (2NE1, 2014; Movieclips Trailer Vault, 2013).

Dalam tradisi ilmiah sendiri menelusuri karya terdahulu yang dikenal sebagai kajian pustaka (literature review) sangat diperlukan (Fraenkel, dkk, 2012, hlm. 38). Dari penelusuran karya terdahulu dapat memunculkan rasa ingin memuji karya yang dinikmati. Pujian ini bisa muncul dalam bentuk peniruan (Hawking, 2013, hlm. 51; Prasetyo, 2005). Wajar kalau seumpama didapati beberapa bagian dalam tulisan saya yang meniru Maryam. Peniruan adalah pujian lestari paling luhur dan dalam.





References

Obrolan melalui pesan teks WhatsApp dengan Maryam Musfiroh pada 25 Maret 2018 pukul 16:01 sampai 23:21.

Bibliography

al-Ghazālī, Abū Ḥāmid Muḥammad. (2010). Al-munqidh min al-dholāl wa al-maushul ilā dzi al-‘izzati wa al-jalāl. Riyadh: Islamicbook. [luring: arsip]

al-Ghazālī, Abū Ḥāmid Muḥammad. (2016). Ihyā’ ‘ulūmu ad-dīni. Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah. [daring: lihat]

az-Zarnūjī, Burhān ad-Dīn. (2017). Ta’līm al-muta’allim tharīqo at-ta’allumi. Mubarokatan Toyibah. [luring]

Damico, Helen, & Zavadil Joseph B.(2014). Medieval scholarship: biographical studies on the formation of a discipline: history. Routledge. [daring: lihat]

Denning, Tim. (2016). Why global influencers and entrepreneurs use stories to start movements. Addicted2Success.com, 5 Mei. [daring: lihat]

Descartes,  René. (1894). Discours de la méthode : pour bien conduire sa raison, et chercher la vérité dans les sciences. Paris: Prés le Palais-Royal. [luring: arsip]

Dewi Magazine. (2015). Sastrawan as laksana tentang kekuatan cerita. Dewi Magazine. [daring: lihat]

Fraenkel, Jack R. dkk. (2012). How to Design and Evaluate Research in Education—8th ed. New York City: McGraw-Hill. [luring: arsip]

Hawking, Stephen. (2013). My brief history. Bantam Books. [luring: arsip]

Hikmawati, Iqlima. (2016). Penerapan strategi writing to learn untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa sma pada materi gerak lurus. (Skripsi). Departemen Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. [daring: lihat]

Huda, Miftachul. (2016). Al-zarnūjī’s concept of knowledge (‘ilm). SAGE Open, 6(3), hlm. 1-18. [daring: lihat]

Islands of Imagination. (2015). Wawancara dengan a.s. laksana. YouTube Islands of Imagination, 30 Mei. [daring: lihat]

Mahmada, Nong Darol. (2003c). Kritik atas jilbab. IslamLib, 17 April. [daring: lihat]

Mahmada, Nong Darol. (2016a). Jilbab, kewajiban atau bukan?. Deutsche Welle, 11 Juli. [daring: lihat]

Mas’udi, Masdar F. (1993). Perempuan di antara lembaran kitab kuning. Dalam Wanita Islam, hlm. 155-63. INIS. [luring]

Nada, Qotrun. (2017). Pelita penuntut ilmu. Academia. [daring: lihat]

Octavia, Lanny, dkk. (2015). Pendidikan karakter berbasis tradisi pesantren. Rumah KitaB. [daring: lihat]

Prasetyo, Dhani Ahmad. (2005).  Fine art’s maestro. Rolling Stone Indonesia, 8 Desember. [luring: arsip]

Setiawan, Adib Rifqi. (2015). Breakthru vogue. Kirana Azalea, 23 April. [daring: lihat]

Setiawan, Adib Rifqi. (2016a). Paris. Kirana Azalea, 17 Februari. [daring: lihat]

Setiawan, Adib Rifqi. (2016b). Menganyam iyam. Kirana Azalea, 11 Juni. [daring: lihat]

Setiawan, Adib Rifqi. (2017a). Meniti ilmuwati (scholaristi). Alobatnic, 3 Juni. [daring: lihat]

Setiawan, Adib Rifqi. (2017b). Roman (bukan) picisan. Kirana Azalea, 26 Desember. [daring: lihat]

Setiawan, Adib Rifqi. (2018a). Sekilas mengelilingi luas geometri. Alobatnic, 8 Februari. [daring: lihat]

Setiawan, Adib Rifqi. (2018b). Menelusuri Nama Maryam. Alobatnic, 30 Maret. [daring: lihat]

Shihab, M. Quraish. (2012a). Tafsir al-mishbah : pesan, kesan dan keserasian al-qur’an volume 2 – cetakan v. Lentera Hati. [luring]

Shihab, M. Quraish. (2012b). Tafsir al-mishbah : pesan, kesan dan keserasian al-qur’an volume 6 – cetakan v. Lentera Hati. [luring]

Umar, Nasaruddin. (1996). Antropologi jilbab. Jurnal Ulūmul Qur’ān, 5(VI), 36-47. [luring: arsip]

Umar, Nasaruddin. (2002). Fenomenologi jilbab. Harian Kompas, 25 November. [luring: arsip]

von Grunebaum, Gustave E., & Abel, Theodora Mead. (2003). Instruction of the student: the method of learning. Starlatch Press. [daring: lihat]

Ware, Susan. (2004). Notable american women: a biographical dictionary completing the twentieth century, volume 5. Harvard University Press. [daring: lihat]

— Discography

Cyrus,  Miley. (2015). Karen don't be sad. Dalam Miley Cyrus & Her Dead Petz. RCA Records, 30 Agustus. [daring: lihat]

The Beatles. (1968). Julia. Dalam The Beatles (White Album). EMI Records Ltd, 22 November. [daring: lihat]

Photography

da Vinci, Leonardo. (1498). Última cena. MiBACT. [luring: pindai]

Videography

2NE1. (2014). 2ne1 - come back home m/v. YouTube 2NE1, 2 Maret; [daring: lihat]

Linkin Park. (2011). Iridescent (official video) - linkin park. YouTube Linkin Park, 3 Juni. [daring: lihat]

Movieclips Trailer Vault. (2013). The matrix (1999) official trailer #1 - sci-fi action movie. YouTube Movieclips Trailer Vault, 19 November. [daring: lihat]