Risalah Ilmiyah


Surotul Ilmiyah

“MUHARRAM.. Bulannya aku dan anakku.. 😍 10 muharram (asyura) awal sebuah nama surotulilmiyah.. dan 15 muharram bulannya anakku keberuntungan dan kemenanganku "zaidanfawwazi.. smg seperti namamu.. Allah selalu limpahkan tambahkan ilmu, kecerdasan, kesuksesan, keistimewaan, keberuntungan, kemenangan, kemuliaan dunia akhirat... 😇  menunggu kado istimewa dr Allah... untuk anakku.. keluargaku, orang tua dan guruku..” —  Surotul Ilmiyah (Ilmiyah, 2017a)

Nama lengkapnya Surotul Ilmiyah (Ilmiyah, 2017b, hlm. 287). Setiap orangtua tentu ingin anaknya memiliki nama yang bagus, baik dari sisi pelafalan maupun pemaknaan (Kahar, 2015). Bahkan biasanya melalui nama yang disandangkan, terdapat harapan yang diungkapkan (Prasetyo, 2012). Harapan yang dilestarikan melalui nama yang tentu lebih kuat memahat kesan dalam benak serta turut larut memberi semangat sepanjang perjalanan.

Perempuan yang biasa disapa Ilmy ini lahir di Pasuruan pada 30 Juni 1993 dengan keadaan sehat, selamat, dan lengkap, diri sendiri maupun ibu (Ilmiyah, 2017b, hlm. 287). Untuk wilayah Pasuruan, tanggal 30 Juni 1993 bertepatan dengan 10 Muharrom 1414 (Fauzi, 2015, hlm. 64). Bulan Muharrom di Jawa juga disebut dengan Suro (Sholikhin, 2010, hlm. 83).

Dibekali Tantangan dari Tuhan

Personalitas Ilmy dari sisi kelahiran seakan menjadi tantangan buat Ilmy untuk melangkah sepanjang perjalanan. Pasuruan adalah tempat yang memiliki kaitan dengan Ernest Douwes Dekker yang lahir di sana dan Abdul Hamid yang wafat di sana (Ajisaka, 2008, hlm. 75-6; Amin, 2008, hlm. 295-8). Sementara 30 Juni 1993 adalah tanggal lahir Ayaka Kikuchi, 30 Juni lekat dengan Albert Einstein, dan 10 Muharrom dengan Pertempuran Karbala, dan (Kikuchi, 2018; Armstrong, 2011, hlm. 59; Einstein, 1905, hlm. 921).

Douwes Dekker yang memiliki adalah peletak dasar pergerakan nasional Republik Indonesia (Ajisaka, 2008, hlm. 75-6). Lelaki yang memiliki nama lain Danuridja Setiabudi dilestarikan sebagai nama jalan di Bandung antara Cihampelas dan Lembang ini. Danudiridja Setiabudi ini dulu menggagas ‘Insulinde’ sebagai pilihan nama untuk Hindia Belanda merdeka selain ‘Indonesia’ dan ‘Nusantara’, yang ditolak dalam rapat (Avé, 1989, hlm. 228).

Abdul Hamid sendiri merupakan cerdik-cendekia yang diakui keilmuan dan peranan di masyarakat (Amin, 2008, hlm. 295-8). Konon kabarnya, hanya Abdul Hamid sosok yang disegani oleh Muhammad Arwani, cerdik-cendekia asal Kudus yang dikenal melalui karyanya Faidh al-Barokat dan Yanbu’ul Qur’an. Pengakuan yang didapat tampak dari masih ramainya makam Abdul Hamid dikunjungi oleh banyak orang (Said, 2016).

Selain dari tempat kelahiran, dari tanggal pun demikian. Tanggal 30 Juni sudah terlanjur melegenda di dunia keilmuan, khusunya fisika. Hal ini terjadi karena pada 30 Juni 1905, artikel berjudul Zur Elektrodynamik bewegter Körper  yang ditulis oleh Albert Einstein dikirim kepada editor Annalen der Physik (Einstein, 1905, hlm. 921). Artikel tersebut berhasil menjadi pemicu perubahan besar dalam dunia pemikiran melalui pandangan relatifnya (Giancoli, 2005, hlm. 3). Sementara buat keilmuan fisika, artikel tersebut memberi sedikit koreksi terhadap pembahasan kasus yang melibatkan kecepatan besar (Giancoli, 2005, hlm. 3).

Tanggal 10 Muharrom pun demikian lantaran menjadi latar waktu peristiwa Pertempuran Karbala yang dikenal dengan istilah the second fitnah (Armstrong, 2011, hlm. 59). Pertempuran legendaris yang menewaskan Hussein putra Ali ini disayangkan oleh banyak pihak. Namun kalau mau ditelisik lebih dalam, justru dari peristiwa inilah manuver politik Mu’awiyyah yang mengubah pijakan tatanegara bukan keputusan bijak. Bahkan jika ditelusuri lebih luas, peristiwa ini menjadi pemicu meluasnya sebaran Islam.

Tanggal 30 Juni 1993 juga tampak tidak menguntung buat Ilmy. Pasalnya kelahiran Ilmy bersamaan dengan Ayaka Kikuchi, penyanyi asal Jepang. Keduanya sama-sama terlahir sebagai perempunpada 30 Juni 1993 (Kikuchi, 2018). Namun Ayaka sekarang lebih dikenal luas daripada Ilmy.

Beberapa cuplikan tersebut menunjukkan bahwa sejak lahir Ilmy sudah mendapat tantangan tersendiri. Perlu kesungguhan dalam melangkah agar perjalanan Ilmy bisa lepas dari bayang-bayang segenap tantangan tersebut. Namun cuplikan tersebut juga seakan memberi pondasi diri Ilmy, kalau tak hendak disebut garis takdir Ilahi.

Sisi nationalism yang kuat pada Douwes Dekker dan Godly yang lekat pada Abdul Hamid berpadu seru dalam diri Ilmy. Sementara dunia al-ilmiyyah (keilmuan khusus yaitu fisika) Albert Einstein, penulis Zur Elektrodynamik bewegter Korper, dilestarikan melalui nama belakang Ilmy. Nama depan Ilmy sendiri diambil dari sebutan Muharrom dalam kalender Jawa, ialah Suro (Ilmiyah, 2017a). Rangkaian kedua kata tersebut bisa dimaknai sendiri menjadi ‘gambaran ilmiah’ atau ‘scientific image’, sesuatu yang terpancar dari kehadiran Ilmy, perempuan yang memiliki showmanship laiknya Ayaka.

Ilmy dan Majalah SANTRI

Kebersamaan Ilmy dan Majalah SANTRI dimulai saat dirinya menghadiri pertemuan peralihan antar tim redaksi. Pada masa itu, tim redaksi Majalah SANTRI memang bersifat periodik laiknya organisasi pelajar perguruan tinggi. Pertemuan tersebut dihelat di salah satu ruangan Pesantren Bahrul Ulum, Jombang, pada 1 Desember 2012.

Ilmy datang ke Majalah SANTRI sebagai jurnalis jadi, bukan sebatas delegasi. Proses peralihan tim redaksi sendiri dilakukan atas dasar delegasi, perwakilan dari setiap perguruan tinggi yang tergabung dalam komunitas peserta PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi). Namun, Ilmy bukan sekadar delegasi dari UIN Syarif Hidayatullah, kampusnya, melainkan jurnalis jadi yang masih memimpin Majalah Denta.

Pengalaman yang masih dialami sebagai pemimpin redaksi Majalah Denta membuat Ilmy ditawarkan sebagai kandidat pemimpin umum Santri. Saat itu menjadi pemimpin umum Santri berarti merangkap sebagai pemimpin redaksi Majalah SANTRI. Melalui pemilihan yang berlangsung tenteram, Ilmy akhirnya dipercaya oleh separuh lebih satu suara peserta pertemuan tersebut.

Kick off Ilmy sebagai komandan Santri secara resmi dimulai pada 15 Februari 2013 di Wisma 9, UIN Walisongo, Semarang. Di sana, Ilmy mengadakan pertemuan dalam tajuk rapat kerja tim redaksi. Pelaksana pertemuan ini ialah tim panitia yang dipimpin oleh Noor Aflah, satu-satunya kandidat selain Ilmy yang ditawarkan ketika di Jombang. Kerja sama yang padu antara Ilmy dan Aflah menguatkan ungkapan sebelumnya bahwa pemilihan berlangsung tenteram.

Sebagai anggota dari UIN Syarif Hidayatullah, Ilmy hadir bersama Fuad Hilmi Sudasman, yang sama-sama menjadi delegasi kampus tersebut saat di Jombang. Selain itu, Ilmy juga membawa Izza ‘Alimiyah Prananingrum dan Malikatul Ma’munah, dua adik tingkatnya di kampus, yang masing-masing menjadi sekretaris dan bendahara umum. Tak ketinggalan, Ari Hardi turut mendampingi perempuan yang kelak menjadi istrinya. Ari hadir sebagai pemateri sesi manajemen pers.

Pemateri lain ialah Zuhairi Misrawi yang mengisi sesi proses penulisan. Lelaki kelahiran 5 Februati 1977 ini termasuk produk lembaga jurnalistik yang kemudian penulis artikel dan buku, pelaksana program penelitian, dan aktivis organisasi (Misrawi, 2010, hlm. 351-3). Karier jurnalistiknya dimulai sejak umur 16 tahun dengan menjadi redaktur majalah dinding SUASA (1993-4), yang kemudian dilanjutkan menjadi redaktur majalah Qalam (1994-5), buletin mahasiswa TEROBOSAN (1997-8), buletin INFORMATIKA (1998-2000), jurnal OASE (1999-2000), jurnal NUANSA (2000), dan Jurnal Pemikiran Tashwirul Afkar (2000-5) (Misrawi, 2010, hlm. 349-51).

Pilihan untuk menghadirkan Zuhairi menyembul dari pemikiran Ilmy. Kebetulan keduanya juga memiliki hubungan pribadi yang bagus. Pilihan ini terbilang keputusan brilian saat itu. Pasalnya reputasi Zuhairi sebagai penulis produktif turut menyuntikkan mental kompetitif pada redaktur Santri. Hampir semua redaktur Santri kala itu adalah jurnalis jadi. Sisanya ialah orang yang siap belajar dan diarahkan sebagai jurnalis. Sehingga kalau sesi proses penulisan hanya membincangkan urusan teknis menulis, rasanya tidak berguna buat redaktur.

Pemikiran Ilmy sebagai pemimpin umum Santri mirip seperti Roman Abramovich ketika ditahbiskan sebagai pemilik Chelsea. Keputusan pertama yang diambil oleh Roman saat itu ialah mendatangkan orang-orang dengan reputasi tinggi untuk mendongkrak semangat tim yang, walau tak tetap dianggap rendah, belum kompetitif (ChelseaFC, 2013).

Acara pendahuluan rapat kemudian disusuli dengan rapat kerja tim yang dipimpin oleh Ilmy dari awal sampai akhir. Ilmy beberapa kali menunjukkan sikap egois dengan kekeuh pada usulannya ketika berlawanan dengan pendapat anggotanya. Tak ada yang salah dengan sikap egois, orang berkarakter kuat memang biasanya cenderung begitu (Ferguson, 2013, hlm. 62). Lagipula dengan kekayaan wawasan yang dimiliki, Ilmy wajar bersikap demikian.

Walau beberapa kali menunjukkan sikap egois, Ilmy juga menunjukkan kelasnya sebagai pemimpin. Hal ini mewujud pada kemauannya memutuskan pendapat yang mulanya ditentangnya. Misalnya ketika usulan untuk langsung merilis situs daring, Ilmy dengan rela hati memutuskan kalau usulan ini tidak diterima.

Pun ketika usulan Ilmy disetujui oleh anggota, tidak langsung keputusan diambil, tetapi tetap dilakukan pembahasan. Seperti ketika usulan untuk menerbitkan Majalah SANTRI secara komersial, yang seakan sudah disepakati sebelum Ilmy menghembuskan nafasnya. Bukannya langsung bersorak sorai ‘ok’, Ilmy justru mengarahkan anggota untuk membahas lebih rapi dan rinci dengan memikirkan bagian untuk anggota PBSB yang sebelumnya selalu mendapat gratis.

Santri adalah lembaga pers, yang keberhasilan dilihat dari terbitan karya jurnalistik. Pada masa kepemimpinan Ilmy, Majalah SANTRI berhasil terbit dua kali. Terbitan pertama pada Agustus 2013 dengan mengusung tema kesetaraan gender dan kedua pada Februari 2015 dengan tema sistem informasi (Majalah SANTRI, 2015; 2013). Ilmy, sebagai penulis, turut menyumbangkan pemikiran untuk kedua edisi majalah tersebut.

Sumbangan pertama terkait dengan tema yang diusung melalui artikel Pesantren Lumbung Pemberdayaan Perempuan (Ilmiyah, 2013). Melalui feature ini, Ilmy mengungkap cerita Zainiyah As’ad dalam memperjuangkan pendidikan untuk perempuan di Asembagus, Situbondo. Oleh Ilmy, cerita ini diletakkan dalam peta sejarah yang lebih luas, dengan turut menyebut nama-nama lain, mulai masa Nyai Ageng Serang hingga Nyai Ahmad Dahlan. Kecenderungan Ilmy yang menyukai gagasan feminisme tampak kentara dalam artikel tersebut. Pembahasan mendalam yang dilakukan terhadap fokus tulisan diperkuat dengan data.

Sayang Ilmy kurang menyebut nama lain, seperti Ratu Shima, Tribuana Tungga Dhewi, dan Ratu Kalinyamatan dalam contoh sosok perempuan hebat. Andai nama-nama terakhir disebut, barangkali Ilmy dapat menambahi tuturan “perjuangan mereka saat itu masih berhadapan dengan persepsi masyarakat yang kolot” dengan ulasan lain. Ulasan tersebut misalnya awal mula munculnya ketimpangan sosial antara lelaki dan perempuan di Indonesia. Bukankah hal ini masih luput diungkap?

Artikel kedua yang disumbangkan Ilmy ialah kolom berjudul Generasi Menunduk : Apa Dampaknya Bagi Kesehatan? (Ilmiyah, 2015). Kali ini Ilmy berusaha menunjukkan kelasnya sebagai pelajar ilmu kesehatan masyarakat. Fenomena yang sedang berkembang menjadi persoalan yang diangkat dalam artikel tersebut untuk dikaitkan dengan keilmuan kesehatan. Kecerdasan Ilmy dalam mengaitkan femomena yang berkembang dengan disiplin ilmu tertentu menyiratkan pesan agar kajian keilmuan tak boleh terpenggal dari keseharian. Secara tersurat, Ilmy dapat menunjukkan letak persoalan, untuk dikritisi dan diberi saran yang tepat menurutnya.

Dua artikel tersebut memiliki kesamaan dalam hal penulisan. Masing-masing diimbuhi dengan kutipan sebagai gerbang pembukanya. Kalau dalam artikel pertama Ilmy mengutip perkataan Fariduddin at-Tar, pada artikel kedua giliran perkataan Ben Kasyafani menjadi kutipan (Ilmiyah, 2015; 2013). Selain sebagai gerbang pembuka, kutipan juga hadir sebagai gerbang penutup. Untuk bagian ini, Ilmy memilih menyusun perkataan sendiri, berupa “jika perempuan berdaya maka Indonesia pun Jaya!” dan “Terus Berkarya! Warnai Indonesia!” (Ilmiyah, 2015; 2013). Gerbang pembuka seolah menjadi cara menarik sekaligus memfokuskan perhatian pembaca, sedangkan gerbang penutup seakan menjadi penggugah jiwa.

Pada awal perjalanan memimpin Santri selama 795 hari terhitung mulai 1 Desember 2012 sampai 7 Februari 2015, Ilmy cenderung memiliki gaya seperti itu. Ilmy tampak ingin menunjukkan power-nya, namun dia juga meletakkan dirinya setara dengan anggota yang dipimpinnya. Gaya Ilmy dalam memimpin tampak sebagai paduan autocratic-democratic.

Belakangan, seiring keberhasilannya, Ilmy juga lebih mudah mengarahkan anggotanya. Kalau sebelumnya dia perlu banyak bicara dan mendengar sebelum memutuskan, belakangan keduanya justru kurang diperlukan. Pasalnya Ilmy sanggup memberi inspirasi dan motivasi agar anggotanya bergerak sendiri pada jalur dan arah yang telah disepakati bersama sebelumnya. Gaya Ilmy dalam memimpin Santri di akhir periodenya lebih dekat dengan charismatic. Perubahan gaya memimpin yang kemudian membuat Ilmy memiliki kapling permanen di Santri, dengan kerap dimintai arahan dan pendapat walau tak lagi menjabat.

Referensi
Ajisaka, Arya. (2008). Mengenal pahlawan indonesia (ed. revisi), hlm. 75-6. Kawan Pustaka. [daring]

Amanchukwu, Rose Ngozi, dkk. (2015). A review of leadership theories, principles and styles and their relevance to educational management. Management, 5(1), hlm. 6-14. [daring]

Amin, Samsul Munir. (2008). Karomah para kiai, hlm. 295-8. PT LKiS Pelangi Aksara. [daring]

Armstrong, Karen . (2011). Islam: a short history. Hachette. [daring]

Avé, J. B. (1989). ‘Indonesia’, ‘insulinde’ and ‘nusantara’: Dotting the is and crossing the T. BijdragentotdeTaal-, Land-enVolkenkunde, (2/3de Afl), hlm. 220-234. [daring]

ChelseaFC. (2013). It was 10 years ago today. ChelseaFC.com, 1 Juli. [daring]

Einstein, Albert. (1905). Zur elektrodynamik bewegter körper. Annalen der Physik, 322 (10), hlm. 891–921. [daring]

Fauzi, Ahmad. (2015). Almanak menara kudus (studi hasil ḥisāb tahun 1990 sampai tahun 2014). (Skripsi). Universitas Negeri Walisongo. [daring]

Ferguson, Alex. (2013). My autobiography. Hodder & Stoughton. [luring]

Giancoli, Douglas C. (2005). Physics : principles with application – 6th edition. Pearson Prentice Hall. [luring]

Ilmiyah, Surotul. (2013). Pesantren lumbung pemberdayaan perempuan. Majalah SANTRI, Agustus, hlm. 35-7. [daring]

Ilmiyah, Surotul. (2015). Generasi menunduk : apa dampaknya bagi kesehatan?. Majalah SANTRI, Februari, hlm. 34-6. [daring]

Ilmiyah, Surotul. (2017a). Status facebook. Facebook Ilmiyah Ari, 21 September pukul 19:16 GMT+7. [daring]

Ilmiyah, Surotul. (2017b). Seni pertunjukan wayang: mengenal sejarah., tokoh dan unsur pertunjukan wayang. Tangerang Selatan: Dapur Bukumu. [luring]

Kahar, Novriantoni. (2015). Beberapa trik dalam menamai anak. IslamLib.com, 24 September. [daring]

Kikuchi, Ayaka. (2018). Bio instagram. Instagram @ayaka_official06, 28 Maret pukul 10:00 GMT+7. [daring]

Majalah SANTRI. (2013). Editorial. Majalah SANTRI, Agustus, hlm. 4. [daring]

Majalah SANTRI. (2015). Editorial. Majalah SANTRI, Februari, hlm. 5. [daring]

Misrawi, Zuhairi. (2010). Al-azhar : menara ilmu, reformasi, dan kiblat keulamaan. Kompas Media Nusantara. [daring]

Prasetyo, Dhani Ahmad. (2012). Nama adalah do'a. AhmadDhani.com, 16 Maret. [daring]

Said, S.M. (2016). Kisah karomah kh abdul hamid pasuruan. SindoNews.com, 25 November. [daring]

Setiawan, Adib Rifqi. (2017). Godly nationalism : tribute to santri scholar press. Kirana Azalea, 10 Desember. [daring]

Sholikhin, Muhammad. (2010). Misteri bulan suro: perspektif islam jawa. Narasi. [daring]