Mengajar Matematika Tahap demi Tahap


 

Mengapa matematika, khususnya operasi hitung seperti pembagian bersusun, sering kali menjadi momok yang menakutkan bagi murid? Pertanyaan ini menghantui banyak guru, akademisi, dan orangtua. Sering kali, kita menganggap kesulitan itu berasal dari murid. Namun, sebuah eksplorasi mendalam terhadap desain kurikulum menunjukkan bahwa masalahnya mungkin bukan terletak pada sang murid, melainkan pada "tangga" yang kita berikan padanya untuk menaiki puncak pemahaman.

Sebuah alur pembelajaran matematika yang dirancang secara radikal dan sistematis untuk murid kelas 5ABCDE MI NU Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus dapat memberikan jawaban. Alur ini membedah setiap keterampilan—mulai dari penjumlahan hingga pembagian paling rumit—menjadi komponen-komponen terkecilnya—seperti badan saya. Hasilnya adalah sebuah kurikulum yang tidak hanya efektif secara pedagogis, tetapi selaras dengan cara kerja otak menurut neurosains dan merefleksikan prinsip-prinsip kearifan yang terkandung dalam Kaidah Fiqh Islam.

Prinsip Dasar: Gradualisme untuk Meringankan Beban Otak

Fondasi utama dari alur pembelajaran ini adalah prinsip gradualisme, sebuah pendekatan yang sangat menghargai keterbatasan kognitif manusia. Dalam kearifan Islam, prinsip ini dikenal sebagai At-Tadarruj fit-Tasyri'.

اَلتَّدَرُّجُ فِي التَّشْرِيْعِ

(At-Tadarruj fit-Tasyri')

“Gradualisme dalam penetapan hukum.”

Prinsip ini merujuk pada bagaimana syariat Islam diturunkan secara bertahap, tidak sekaligus, agar dapat dipahami dan diamalkan oleh umat manusia tanpa merasa terbebani. Dalam konteks pembelajaran, prinsip ini diterjemahkan menjadi manajemen beban kognitif (cognitive load). Neurosains modern menegaskan bahwa memori kerja (working memory) otak kita—tempat kita memproses informasi secara sadar—sangat terbatas. Ketika seorang murid dihadapkan pada terlalu banyak informasi atau langkah baru secara bersamaan (misalnya, menghitung pembagian sambil mengingat cara meminjam, mengali, dan mengurangi), memorinya akan kelebihan beban, yang berujung pada kebingungan dan frustrasi.

Alur pembelajaran ini menerapkan tadarruj dengan komplit. Pada materi penjumlahan, misalnya, konsep “menyimpan” tidak diajarkan sekaligus. Ia dipecah menjadi “menyimpan satu kali di puluhan”, “menyimpan satu kali di ratusan”, “menyimpan dua kali”, dan seterusnya. Setiap langkah adalah satu anak tangga kecil yang memungkinkan otak untuk fokus, berlatih, dan mengotomatisasi satu sub-keterampilan sebelum beralih ke anak tangga berikutnya.

Fondasi sebagai Kewajiban: Membangun di Atas Batu yang Kokoh

Sebelum membangun gedung yang tinggi, fondasinya harus kokoh. Alur ini sangat menekankan penguasaan total pada materi dasar sebelum melangkah lebih jauh. Hal ini selaras dengan sebuah kaidah fiqh fundamental:

مَا لَا يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلَّا بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ

(Mā lā yatimmul wājibu illā bihī fahuwa wājib)

“Sesuatu yang menjadi penyempurna sebuah kewajiban, maka ia pun menjadi wajib.”

Jika “kewajiban” utama murid adalah mampu menyelesaikan pembagian kompleks, maka kewajiban tersebut tidak akan pernah komplit jika ia tidak menguasai perkalian dan pengurangan. Lebih mendasar lagi, ia tidak akan bisa menguasai penjumlahan dan pengurangan jika tidak memahami konsep nilai tempat secara mendalam. Maka, alur ini menjadikan penguasaan nilai tempat (Tahap A) sebagai “kewajiban” pertama yang mutlak, karena tanpanya, semua operasi hitung hanyalah prosedur kosong tanpa makna.

Mencegah “Kerusakan” Sebelum Meraih “Manfaat”

Salah satu dampak paling merusak dari pembelajaran matematika yang buruk adalah kecemasan matematika (math anxiety). Alur ini, dengan pendekatannya yang sangat hati-hati, memprioritaskan pencegahan “kerusakan” ini di atas segalanya. Ini adalah cerminan dari prinsip:

دَرْءُ الْمَفَاسِدِ أَوْلَى مِنْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ

(Dar'ul mafāsid awlā min jalbil maṣāliḥ)

“Mencegah kerusakan lebih diutamakan daripada mengambil manfaat.”

“Kerusakan” (mafsadah) dalam konteks ini adalah kebingungan murid, hilangnya kepercayaan diri, dan kebencian terhadap pelajaran. “Manfaat” (maṣlaḥat) adalah kemampuan menyelesaikan soal-soal sulit. Alur ini secara sadar memilih untuk mencegah kerusakan terlebih dahulu. Misalnya pada materi pembagian. Kesulitan-kesulitan seperti “meminjam melintasi angka nol” atau “menulis angka nol pada hasil bagi” diisolasi dan dilatih secara khusus dalam tahap-tahap tersendiri (Tahap M & N). Dengan menaklukkan “monster-monster kecil” ini satu per satu, murid terlindung dari “kerusakan” berupa kepanikan saat menghadapi soal pembagian yang kompleks.

Membangun Keyakinan, Menghilangkan Keraguan

Setiap tahap yang berhasil dilalui murid dalam alur ini berfungsi sebagai blok bangunan untuk kepercayaan dirinya—seperti saat bermain Roblox dan Minecraft. Keberhasilan demi keberhasilan kecil ini menumbuhkan keyakinan yang kokoh, sesuai dengan semangat kaidah:

اَلْيَقِيْنُ لَا يَزُوْلُ بِالشَّكِّ

(Al-Yaqīnu lā yazūlu bisy-Syakk)

“Keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keraguan.”

Dengan menguasai pembagian sederhana tanpa sisa (Tahap K), murid mendapatkan “keyakinan” (yaqīn) pada kemampuannya. Ketika kemudian diperkenalkan dengan konsep “sisa” (Tahap L) yang mungkin menimbulkan “keraguan” (syakk), ia sudah memiliki fondasi keyakinan yang kuat untuk berpijak. Proses ini terus berulang, membangun murid yang tangguh secara mental, yang yakin pada kemampuannya karena setiap keterampilan telah dibangun di atas fondasi penguasaan, bukan hafalan yang rapuh.

Puncak Pemahaman: Logika di Balik Angka

Puncak dari alur pembelajaran ini adalah Tahap Q: Aplikasi dan Interpretasi Sisa Pembagian. Di tahap inilah murid beralih dari sekadar menjadi “kalkulator bernyawa” menjadi seorang “ḥayawānun nāṭiqun”. Murid ditantang untuk memutuskan apa arti sisa pembagian dalam konteks cerita: haruskah dibulatkan ke atas, ke bawah, atau sisa itu sendiri adalah jawabannya? Proses pengambilan keputusan ini sangat mirip dengan penerapan kaidah fiqh yang lain:

اَلْحُكْمُ يَدُوْرُ مَعَ عِلَّتِهِ وُجُوْدًا وَعَدَمًا

(Al-Ḥukmu yadūru ma'a 'illatihi wujūdan wa 'adaman)

“Sebuah hukum bergantung pada ada atau tidaknya ‘illat (penyebab efektif)-nya.”

Dalam hal ini, “hukum” adalah keputusan untuk membulatkan ke atas atau ke bawah. “‘Illat” atau penyebabnya adalah konteks cerita. Jika konteksnya adalah, “Berapa bus yang dibutuhkan agar semua terangkut?”, maka ‘illat ini mengharuskan hukum pembulatan ke atas. Namun, jika konteksnya, “Berapa kardus penuh yang bisa dibuat?”, maka ‘illat yang berbeda ini menghasilkan hukum yang berbeda pula. Ini adalah latihan penalaran yang menunjukkan bahwa tujuan akhir dari matematika bukanlah angka, melainkan kemampuan bernalar.

Penutup

Kurikulum yang dirancang dengan pendekatan bertahap ini adalah sebuah peta jalan yang menghormati arsitektur kognitif murid dan selaras dengan prinsip-prinsip kearifan yang telah teruji zaman. Dengan memprioritaskan pemahaman fundamental, mencegah frustrasi, membangun keyakinan, dan berpuncak pada penerapan logika, pendekatan ini memiliki potensi untuk mengubah ruang kelas matematika dari arena kecemasan menjadi sebuah gelanggang penguasaan, ketika setiap murid memiliki kesempatan untuk berhasil.


K.Jm.Pa.140247.080825.10:49


Urutan Tahapan Pembelajaran Matematika Kelas 5ABCDE MI NU Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus
A) Mengenal Bilangan 5 Angka
1) Membaca lambang bilangan 5 angka
2) Menulis lambang bilangan 5 angka
3) Nilai tempat bilangan 5 angka
4) Komposisi bilangan 5 angka
5) Dekomposisi bilangan 5 angka
B) Membandingkan Bilangan 5 Angka
1) Membandingkan bilangan 5 angka: perbedaan di satuan
2) Membandingkan bilangan 5 angka: perbedaan di puluhan
3) Membandingkan bilangan 5 angka: perbedaan di ratusan
4) Membandingkan bilangan 5 angka: perbedaan di ribuan
5) Membandingkan bilangan 5 angka: perbedaan di puluh ribuan
C) Mengurutkan Bilangan 5 Angka
1) Mengurutkan bilangan 5 angka: perbedaan di satuan
2) Mengurutkan bilangan 5 angka: perbedaan di puluhan
3) Mengurutkan bilangan 5 angka: perbedaan di ratusan
4) Mengurutkan bilangan 5 angka: perbedaan di ribuan
5) Mengurutkan bilangan 5 angka: perbedaan di puluh ribuan
D) Penjumlahan Bilangan 5 Angka dengan 5 Angka
1) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka tanpa menyimpan
2) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan satu tempat: ke puluhan
3) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan satu tempat: ke ratusan
4) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan satu tempat: ke ribuan
5) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan satu tempat: ke puluh ribuan
6) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan dua tempat: ke puluhan dan ratusan
7) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan dua tempat: ke puluhan dan ribuan
8) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan dua tempat: ke puluhan dan puluh ribuan
9) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan dua tempat: ke ratusan dan ribuan
10) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan dua tempat: ke ratusan dan puluh ribuan
11) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan dua tempat: ke ribuan dan puluh ribuan
12) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan tiga tempat: ke puluhan, ratusan, dan ribuan
13) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan tiga tempat: ke puluhan, ribuan, dan puluh ribuan
14) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan tiga tempat: ke ratusan, ribuan, dan puluh ribuan
15) Penjumlahan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan menyimpan empat tempat: ke puluhan, ratusan, ribuan, dan puluh ribuan
E) Pengurangan Bilangan 5 Angka dengan 5 Angka
1) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka tanpa meminjam
2) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam satu tempat: dari puluhan, angka yang dipinjam bukan nol
3) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam satu tempat: dari ratusan, angka yang dipinjam bukan nol
4) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam satu tempat: dari ribuan, angka yang dipinjam bukan nol
5) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam satu tempat: dari puluh ribuan, angka yang dipinjam bukan nol
6) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari puluhan dan ratusan, angka yang dipinjam bukan nol
7) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari puluhan dan ribuan, angka yang dipinjam bukan nol
8) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari puluhan dan puluh ribuan, angka yang dipinjam bukan nol
9) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari ratusan dan ribuan, angka yang dipinjam bukan nol
10) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari ratusan dan puluh ribuan, angka yang dipinjam bukan nol
11) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari ribuan dan puluh ribuan, angka yang dipinjam bukan nol
12) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam tiga tempat: dari puluhan, ratusan, dan ribuan, angka yang dipinjam bukan nol
13) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam tiga tempat: dari puluhan, ribuan, dan puluh ribuan, angka yang dipinjam bukan nol
14) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam tiga tempat: dari ratusan, ribuan, dan puluh ribuan, angka yang dipinjam bukan nol
15) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam empat tempat: dari puluhan, ratusan, ribuan, dan puluh ribuan, angka yang dipinjam bukan nol
16) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam satu tempat: dari puluhan, angka yang dipinjam nol
17) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam satu tempat: dari ratusan, angka yang dipinjam nol
18) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam satu tempat: dari ribuan, angka yang dipinjam nol
19) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam satu tempat: dari puluh ribuan, angka yang dipinjam nol
20) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari puluhan dan ratusan, angka yang dipinjam nol
21) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari puluhan dan ribuan, angka yang dipinjam nol
22) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari puluhan dan puluh ribuan, angka yang dipinjam nol
23) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari ratusan dan ribuan, angka yang dipinjam nol
24) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari ratusan dan puluh ribuan, angka yang dipinjam nol
25) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam dua tempat: dari ribuan dan puluh ribuan, angka yang dipinjam nol
26) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam tiga tempat: dari puluhan, ratusan, dan ribuan, angka yang dipinjam nol
27) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam tiga tempat: dari puluhan, ribuan, dan puluh ribuan, angka yang dipinjam nol
28) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam tiga tempat: dari ratusan, ribuan, dan puluh ribuan, angka yang dipinjam nol
29) Pengurangan bilangan 5 angka dengan 5 angka dengan meminjam empat tempat: dari puluhan, ratusan, ribuan, dan puluh ribuan, angka yang dipinjam nol
F) Perkalian Dasar dan Sifat-Sifat Khusus
1) Perkalian bilangan 1 angka dengan 1 angka (Penekanan pada hafalan dan kecepatan)
2) Sifat khusus perkalian dengan angka 0 (semua bilangan dikali 0 hasilnya 0)
3) Sifat khusus perkalian dengan angka 1 (semua bilangan dikali 1 hasilnya bilangan itu sendiri)
4) Perkalian bilangan 1 angka dengan 10
5) Perkalian bilangan 1 angka dengan 100 dan 1.000
6) Perkalian bilangan 2 angka dengan 10, 100, dan 1.000
7) Perkalian bilangan 1 angka dengan bilangan puluhan (contoh: 4 x 20)
8) Perkalian bilangan 1 angka dengan bilangan ratusan (contoh: 5 x 300)
9) Perkalian antar bilangan puluhan (contoh: 30 x 40)
10) Perkalian bilangan puluhan dengan ratusan (contoh: 20 x 400)
G) Perkalian Bilangan 2 Angka dengan 1 Angka
1) Perkalian bilangan 2 angka dengan 1 angka tanpa menyimpan (contoh: 32 x 3)
2) Perkalian bilangan 2 angka dengan 1 angka dengan menyimpan satu tempat: ke puluhan (contoh: 45 x 2)
H) Perkalian Bilangan 3 Angka dengan 1 Angka
1) Perkalian bilangan 3 angka dengan 1 angka tanpa menyimpan (contoh: 213 x 3)
2) Perkalian bilangan 3 angka dengan 1 angka dengan menyimpan satu tempat: ke puluhan (contoh: 215 x 3)
3) Perkalian bilangan 3 angka dengan 1 angka dengan menyimpan satu tempat: ke ratusan (contoh: 241 x 4)
4) Perkalian bilangan 3 angka dengan 1 angka dengan menyimpan dua tempat: ke puluhan dan ratusan (contoh: 126 x 4)
5) Perkalian bilangan 3 angka dengan 1 angka dengan menyimpan hingga ke tempat ribuan (contoh: 452 x 3)
6) Perkalian bilangan 3 angka dengan 1 angka dengan menyimpan di semua tempat yang memungkinkan (contoh: 789 x 6)
I) Perkalian Bilangan 2 Angka dengan 2 Angka
1) Perkalian bilangan 2 angka dengan bilangan puluhan (contoh: 43 x 20)
2) Perkalian bilangan 2 angka dengan 2 angka tanpa menyimpan sama sekali (contoh: 21 x 34)
3) Perkalian bilangan 2 angka dengan 2 angka dengan menyimpan hanya saat dikali satuan (baris pertama) (contoh: 26 x 31)
4) Perkalian bilangan 2 angka dengan 2 angka dengan menyimpan hanya saat dikali puluhan (baris kedua) (contoh: 21 x 38)
5) Perkalian bilangan 2 angka dengan 2 angka dengan menyimpan saat dikali satuan dan puluhan (contoh: 34 x 26)
6) Perkalian bilangan 2 angka dengan 2 angka dengan menyimpan hanya pada hasil penjumlahan akhir (contoh: 81 x 21)
7) Perkalian bilangan 2 angka dengan 2 angka dengan menyimpan di baris pertama dan di hasil penjumlahan akhir (contoh: 92 x 41)
8) Perkalian bilangan 2 angka dengan 2 angka dengan menyimpan di semua tahap (baris pertama, kedua, dan penjumlahan akhir) (contoh: 87 x 49)
J) Perkalian Bilangan 3 Angka dengan 2 Angka
1) Perkalian bilangan 3 angka dengan bilangan puluhan (contoh: 231 x 30)
2) Perkalian bilangan 3 angka dengan 2 angka tanpa menyimpan sama sekali (contoh: 123 x 32)
3) Perkalian bilangan 3 angka dengan 2 angka dengan menyimpan saat dikali satuan (baris pertama) (contoh: 128 x 31)
4) Perkalian bilangan 3 angka dengan 2 angka dengan menyimpan saat dikali puluhan (baris kedua) (contoh: 241 x 34)
5) Perkalian bilangan 3 angka dengan 2 angka dengan menyimpan saat dikali satuan dan puluhan (contoh: 467 x 21)
6) Perkalian bilangan 3 angka dengan 2 angka dengan menyimpan hanya pada hasil penjumlahan akhir (contoh: 432 x 22)
7) Perkalian bilangan 3 angka dengan 2 angka dengan menyimpan di semua tahap yang memungkinkan (contoh: 789 x 56)
K) Konsep Dasar dan Pembagian Sederhana (Fondasi Anti-Rapuh)
1) Memahami makna pembagian sebagai pembagian sama rata (konsep konkret: membagi permen ke teman)
2) Memahami makna pembagian sebagai pengurangan berulang
3) Hubungan pembagian sebagai kebalikan dari perkalian (keluarga fakta: 3x4=12, 12/3=4, 12/4=3)
4) Pengenalan istilah: Bilangan yang dibagi, pembagi, hasil bagi, dan sisa
5) Pembagian bilangan 1 & 2 angka dengan 1 angka (menggunakan tabel perkalian, hasil tanpa sisa, contoh: 45 / 5)
6) Sifat khusus pembagian: dibagi dengan angka 1
7) Sifat khusus pembagian: bilangan dibagi dengan dirinya sendiri
8) Sifat khusus pembagian: angka 0 dibagi dengan bilangan lain
9) Pembagian bilangan yang diakhiri nol dengan 10, 100, 1.000 (contoh: 4500 / 100)
L) Pengenalan Porogapit: Pembagi 1 Angka, Tanpa “Meminjam” Antar Digit
1) Porogapit 2 angka / 1 angka, setiap digit habis dibagi, tanpa sisa (contoh: 68 / 2)
2) Porogapit 3 angka / 1 angka, setiap digit habis dibagi, tanpa sisa (contoh: 936 / 3)
3) Porogapit 4 angka / 1 angka, setiap digit habis dibagi, tanpa sisa (contoh: 8482 / 2)
4) Porogapit 5 angka / 1 angka, setiap digit habis dibagi, tanpa sisa (contoh: 68246 / 2)
M) Porogapit dengan Sisa di Akhir (Komplikasi Pertama)
1) Porogapit 2 angka / 1 angka, dengan sisa di akhir (contoh: 89 / 4)
2) Porogapit 3 angka / 1 angka, dengan sisa di akhir (contoh: 638 / 3)
3) Porogapit 4 angka / 1 angka, dengan sisa di akhir (contoh: 4869 / 4)
4) Porogapit 5 angka / 1 angka, dengan sisa di akhir (contoh: 82467 / 2)
N) Porogapit dengan "Meminjam": Digit Pertama Lebih Kecil dari Pembagi (Kesulitan Inti 1)
1) Porogapit 2 angka / 1 angka, digit pertama lebih kecil dari pembagi, tanpa sisa (contoh: 24 / 3)
2) Porogapit 2 angka / 1 angka, digit pertama lebih kecil dari pembagi, dengan sisa (contoh: 25 / 3)
3) Porogapit 3 angka / 1 angka, digit pertama lebih kecil dari pembagi, tanpa sisa (contoh: 126 / 3)
4) Porogapit 3 angka / 1 angka, digit pertama lebih kecil dari pembagi, dengan sisa (contoh: 128 / 3)
5) Porogapit 4 angka / 1 angka, digit pertama lebih kecil dari pembagi (contoh: 2484 / 4)
6) Porogapit 5 angka / 1 angka, digit pertama lebih kecil dari pembagi (contoh: 35515 / 5)
O) Porogapit dengan Angka 0 di Hasil Bagi (Kesulitan Inti 2)
1) Porogapit 3 angka / 1 angka, menghasilkan 0 di tengah, tanpa sisa (contoh: 618 / 6)
2) Porogapit 3 angka / 1 angka, menghasilkan 0 di tengah, dengan sisa (contoh: 619 / 6)
3) Porogapit 4 angka / 1 angka, menghasilkan 0 di tengah (contoh: 8248 / 8)
4) Porogapit 4 angka / 1 angka, menghasilkan 0 di akhir (contoh: 8460 / 2)
5) Porogapit 5 angka / 1 angka, menghasilkan 0 di tengah (contoh: 12186 / 6)
6) Porogapit 5 angka / 1 angka, menghasilkan dua 0 di tengah (contoh: 90018 / 9)
P) Porogapit dengan Pembagi 2 Angka (Kesulitan Puncak)
1) Pembagian dengan bilangan puluhan (20, 30, 40), tanpa sisa (contoh: 480 / 20)
2) Pembagian dengan bilangan puluhan (20, 30, 40), dengan sisa (contoh: 485 / 20)
3) Porogapit 3 angka / 2 angka, tanpa sisa (estimasi mudah) (contoh: 252 / 12)
4) Porogapit 3 angka / 2 angka, dengan sisa (estimasi mudah) (contoh: 257 / 12)
5) Porogapit 4 angka / 2 angka, tanpa sisa (contoh: 1344 / 24)
6) Porogapit 4 angka / 2 angka, dengan sisa (contoh: 1350 / 24)
7) Porogapit 4 angka / 2 angka, menghasilkan 0 di tengah (contoh: 2412 / 12)
8) Porogapit 5 angka / 2 angka, tanpa sisa (contoh: 13125 / 21)
9) Porogapit 5 angka / 2 angka, dengan sisa (contoh: 13128 / 21)
10) Porogapit 5 angka / 2 angka, menghasilkan 0 di tengah dan bersisa (contoh: 24030 / 12)
Q) Aplikasi dan Interpretasi Sisa Pembagian
1) Pembagian bilangan yang habis dibagi
2) Pembagian bilangan dengan sisa (fokus pada arti sisa)
3) Pembagian bilangan yang membutuhkan pembulatan ke atas
4) Pembagian bilangan yang membutuhkan pembulatan ke bawah