Roman datang
ke Chelsea dengan semangat berlipat untuk tak lelah mengayuh perjalanan. Satu set
perjalanan yang membuatnya berkesempatan untuk menciptakan sejarah baru.
Penciptaan sejarah yang ditata dengan apik dan dijalankan dengan epik.
Sebagai
pencipta sejarah baru «الخالق», Roman
memiliki keagungan laku «المتكبر». Keagungan
bukan untuk menyombongkan diri pada liyan melainkan keagungan untuk
mengatasi masalah yang pasti selalu muncul. Keagungan laku yang membuat Chelsea
tumbuh sebagai klub agung.
Setiap
masalah yang muncul bisa diatasi. Semua masalah ada solusinya meski semua
solusi itu ada masalahnya juga. Ragam macam permasalahan yang bisa diatasi
membuat Roman dengan gagah «الجبار» berada dalam
jiwa—sedikitnya—pendukung Chelsea.
Pilar-pilar
ketertaan Chelsea berhasil dibangun dengan malar oleh keperkasaan «العزيز» lelaki Rusia ini. Sebagai penata, Roman juga sekaligus
terlibat sebagai pengatur «المهيمن». Pengaturan tatanan yang membuat Chelsea mempunyai antisipasi
dalam setiap ketidakstabilan yang dialami.
Sebagai
pemimpin generasi baru bagi Chelsea, Roman memiliki kelihaian memahami segala
kondisi yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui «عالم الغيب والشهادة». Pemahaman yang menumbuhkan jiwanya sebagai pengasih «الرحمن» dan penyayang «الرحيم».
Kasih-sayang
yang ditumpahruahkannya tanpa pilih kasih hingga terjalin satu ikatan cinta
yang tulus dalam lingkaran The Blues. Sebuah ikatan yang membuat Roman
mendapat semat sebagai император «الملك» (kaisar) tanpa pernah meminta dengan penuturan kata maupun
aksara.
Roman, yang
tak cuma sekali gagal berkeluarga dan berumah tangga, menjelma sebagai sosok
yang menjalankan sesuatu seperti biasa tanpa dilandasi kecenderungan maupun
kepentingan yang melawan nurani liyan «القدوس».
Penjelmaan
yang membuatnya mudah menjadi penebar keselamatan «السلام» hingga sanggup menjadi pembangun kepercayaan «المؤمن». Kepercayaan yang membuat bangunan angan Roman menjadi teratur
«المهيمن».
Roman
sanggup menjadi seorang yang bisa mengatur dirinya sendiri maupun membangun
lingkungan agar teratur. Keteraturan membuat manusia bisa makan enak dan tidur
nyenyak. Seperti prinsip luhur yang dituturkan oleh leluhur bangsa Jawa, “mangan
enak turu kepenak”.
Keteraturan
sebagai seorangan maupun kerumunan membuat suasana lingkungan menjadi
harmonis. Lingkungan yang membikin orang lain saling menyapa satu sama lain
lantaran memiliki rasa sama.
Rasa sama
membikin manusia terikat dengan liyan dan lingkungan sehingga segala
yang dilakoni tak merisak nurani. Kosok bali dari rasa beda yang rentan
memantik gairah pertikaian maupun ketidakpedulian hingga membuahkan perilaku
meresahkan.
Roman
menjalani keseharian seperti ‘Alī bin Abī Thālib «علي بن أﺑﻲ طالب» dan Ā’ishah bint Abī Bakr «عائِشة بنت أبي بكر». Mereka sama-sama menjadi sosok yang sangat dicintai
oleh sekerumunan sekaligus begitu dibenci oleh sekerumunan lain.
Satu sisi
Roman sangat dicinta laiknya Mûsâ bin Amram «مُوسَى» saat berhasil menyelamatkan muruah bangsa Israel setelah
diinjak bangsa Mesir. Satu sisi dia begitu dibenci seperti Fir’aun «فرعون » era Mûsâ sebagai pencetak catatan kelaliman luar
biasa.
Sebagai
sosok yang begitu dicinta «عين الرضا عن كل عيب
كليلة» serta dinista sedemikian rupa «عين السخط تبدي المساويا», Roman sanggup membuat manusia saling menyapa satu
sama lain lantaran memiliki rasa sama. Tak jadi soal rasa sama itu rasa cinta
atau benci. Cinta dan benci sama-sama memiliki tempat melekat abadi di hati
manusia.
Satu
perjalanan yang patut diapresiasi. Saling menyapa adalah satu cara jitu untuk
merawat rasa sama antar manusia. Seperti dituturkan oleh nama besar sebelum
Roman, Muhammad «محمد». Sang kirana
azalea bertutur bahwa menyapa adalah senjata manusia beriman «الدعاء سلاح المؤمن». Satu penuturan yang diabadikan oleh Madonna Louise
Veronica Ciccone melalui Like a Prayer.
Saling
menyapa pula yang membuat manusia tak lelah berusaha untuk mendapat cinta dari Allāh
(الله). Melalui
buku mulia «القرآن الكريم» untuk seluruh
ummat manusia, Allāh bertutur bahwa Dia siap menjadi mitra
interaksi manusia:
وَقَالَ رَبُّكُمُ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
«القرآن الكريم سورة المؤمن : ٦٠»
Dengan tak lelah menyapa Allāh, manusia mampu menjalani keseharian biasa saja menuju Allāh (Jawa: ngalah). Manusia diciptakan dari Allāh dan menuju (Jawa: ngo) ke Allāh (Jawa: Alah), bukan kembali karena kembali tak dimungkinkan secara waktu. Dalam waktu, pergerakan tak bisa dilakukan mundur namun terus maju.
Karena
posisi awal dan akhirnya sama, maka tidak terjadi perpindahan. Tidak terjadi
perpindahan bukan berarti tidak menempuh perjalanan. Pandangan fisika
menuturkan bahwa jarak tempuh sejauh apapun ketika posisi akhir sama dengan
posisi awalnya, dapat disebut tidak terjadi perpindahan.
Seluruh
ciptaan Ilahi-Rabbi tak bisa lepas atas pola mengikuti serta berada
dalam batas kelangsungan ‘dari’ ke ‘menuju’ dan berpuncak membentuk lingkaran «إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ». Entah lingkaran itu tersusun
atas lurusan-lurusan atau lurusan-lurusan yang membentuk lingkaran, tak jelas.
Yang jelas, manusia tak boleh lelah menyapa Sang Esa.
Dengan terus
menyapa Allāh, sembah rasa cinta pada Ilahi-Rabbi bisa terus
menggelora. Gelora sembah rasa yang membuat manusia tak lelah berusaha agar
dianugerahi setitik Cinta dari-Nya «مَرْضِيَّةً». Setitik Cinta yang bisa menjadikan makhluk berperasaan
bercumbu dengan Sang Esa dengan sapaan mesra:
يَا أَيَّتُهَا
النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي
«القرآن الكريم سورة الفجر : ٢٧ - ٣١»
Sapaan mesra
yang membuat surga dan neraka tak lagi menjadi perkara penting. Sebab yang
paling penting adalah berada dalam keadaan sepenuhnya terserap ‘hilang’ menjadi
bagian Kirana, ‘satu perkara’ yang tak memiliki massa dan usia.
Kirana
menjadi ‘satu perkara’ yang memperlihatkan batas keberlakuan ilmu fisika.
Pandangan fisika menuturkan bahwa segala yang ada di semesta ini lambat laun
akan hancur, sedangkan Kirana selalu ada sedari dini munculnya semesta.
Satu-satunya
cara semesta dan segala isinya agar tidak hancur hanyalah manunggal
dengan Kirana, yang dituturkan oleh Sang Pencipta bahwa:
اللَّهُ نُورُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ
الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ
مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ
زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي
اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ
وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
«القرآن الكريم سورة النّور : ٣٥»