Belajar dari Virzha dan Makhluk Sejenisnya

 

 

Belajar dari Virzha dan Makhluk Sejenisnya

Virzha Maulana Nur Idzhar, mungkin bukan tipikal good student, seiring perilaku dan performanya di sekolah jarang mentereng. Meski Virzha termasuk big moment student pada moment tertentu dia akan menjadi juara dan leader-nya, tapi secara umum performanya jarang berada dalam kategori OK.

 

Walau begitu, Virzha memiliki banyak data berguna yang kerap saya pakai sebagai rujukan dalam mengelola kelas atau menebak sesuatu terkat dengan teman-temannya di kelas. Hal ini akan sangat berguna ketika saya memutuskan untuk melakukan treatment tertentu kepada murid dalam kasus tertentu atau membuat rencana dan evaluasi secara umum terkat pembelajaran yang dilakukan.

 

Data tersebut bisa saya ketahui selama Virzha mau memberikannya kepada saya. Nah, tentu saja Virzha mau memberikannya kepada saya ketika dia merasa bahwa suaranya didengar, dirinya dipercaya, dan temuannya dianggap bermakna. Hal-hal seperti ini yang, sayangnya, jarang dialami oleh Virzha — mungkin juga teman-temannya yang lain.

 

Gambaran singkat tentang peran penting Virzha dalam sebuah tim — yaitu lingkungan kelas — hanyalah satu contoh fakta tentang manfaat yang didapat ketika kita mau mendengarkan anak-anak. Banyak kolega, rekan, dan mitra pendidikan saya yang mengaminin bahwa anak-anak perlu dilihat sekaligus didengar. Namun seberapa sering dan seberapa baik kita mendengarkan anak-anak? Percayakah kita bahwa kita bisa belajar banyak terutama tentang kehidupan anak-anak dengan mendengarkan mereka? Apakah kita mengakui anak-anak sebagai pakar dalam pengalaman mereka sendiri? Jika kita tidak bertanya kepada anak-anak tentang pengalaman dan preferensi mereka, bagaimana sistem pembelajaran dapat memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi dengan baik untuk anak-anak sebagai sasaran utama dalam pembelajaran?

 

Selama saya berinteraksi dengan anak-anak, termasuk melalui chat WhastApp pribadi, tanggapan anak-anak ini sangat jelas. Mereka sangat positif berada di sekolah dan menyukai banyak aspek berada di sana. Anak-anak memberi tahu saya bahwa bagi mereka tidak ada diskriminasi antara bermain dan belajar. Mereka suka melakukan keduanya. Mereka juga suka berkreasi dan membangun sesuatu, berkumpul bersama teman dan guru, aktif secara fisik, dan meluangkan waktu untuk ngemil, rebahan, dan aktivitas tidak terstruktur. Selain itu, kemampuan untuk memilih apa yang mereka lakukan, setidaknya pada suatu waktu, adalah penting bagi anak-anak dan berhubungan positif dengan pengembangan keterampilan.

 

Memberi anak-anak kesempatan yang luas untuk bermain akan mendukung perkembangan awal dan kesejahteraan mental mereka secara keseluruhan. Bermain tentu saja menyenangkan bagi anak-anak. Selain itu, bermain membantu membangun hubungan sosial dengan anak-anak lain, belajar bernegosiasi dan rukun dengan orang lain, serta membantu perkembangan bahasa sejak dini.

 

Hampir separuh anak di setiap kelas, lebih memilih bermain dibandingkan aktivitas lainnya. Mereka juga mengapresiasi kesempatan bermain yang mereka dapatkan di sekolah yang tidak mereka dapatkan di rumah, seperti bermain dengan membuat mainan tertentu, memainkan alat peraga, dan yang paling penting bermain bersama bestie-nya. Mampu bermain di sekolah menciptakan pandangan positif terhadap lingkungan belajar formal, yang merupakan pertanda baik untuk tahap selanjutnya dari sekolah awal.

 

Membuat dan menciptakan sesuatu juga menyenangkan bagi anak-anak, sekaligus membantu mengembangkan keterampilan kreatif dan pemecahan masalah mereka. Sebagian anak suka melakukan seni dan kerajinan tangan serta mereka suka membuat sesuatu dari bahan dasar, seperti tusuk sate, stik es krim, dan jenis alat craft lainnya. Sebagian yang lain cenderung menyukai seni dan kerajinan, terutama menggambar, yang umumnya kelompok ini kecil kemungkinannya untuk mengatakan bahwa mereka senang membuat sesuatu. Bermain dengan bahan konstruksi mainan dikaitkan dengan pengembangan keterampilan matematika awal. Karena itu, penting untuk memastikan anak-anak mempunyai kesempatan dan didorong secara aktif untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat membuat sesuatu.

 

Anak-anak mempunyai pandangan yang sangat positif terhadap pembelajaran. Mereka mengungkapkannya sebagai sesuatu yang menyenangkan, menarik, dan memuaskan. Mereka senang belajar bahasa dan keterampilan membaca lainnya, termasuk belajar menulis dan membaca buku. Mereka juga suka belajar tentang angka. Bagi anak-anak, proses pembelajarannya positif dan mereka dapat melihat pembelajaran mereka dalam bentuk tindakan.

 

Saya senang untuk memperhatikan pandangan anak terhadap pembelajaran dan dirinya sebagai pembelajar. Begitu anak-anak memutuskan bahwa mereka tidak menyukai sekolah, hanya sedikit yang kembali terlibat dalam pembelajaran. Salah satu cara untuk memastikan anak-anak menikmati pembelajaran adalah dengan memenuhi keingintahuan alami dan bawaan mereka. Dan hal ini dapat dicapai tanpa mengurangi aktivitas lain yang disukai anak-anak, seperti aktif secara fisik dan bermain bersama teman-temannya.

 

Kombinasi data dari anak-anak dan data yang saya miliki mengarahklan kepada simpulan yang jelas menunjukkan bahwa anak-anak yang senang belajar dan memiliki rasa ingin tahu untuk mengetahui, mencoba, dan melakukan sesuatu memiliki perkembangan keterampilan awal yang lebih kuat dibandingkan anak-anak lain. Membuat dan menjaga pembelajaran menyenangkan dan menarik harus menjadi prioritas di semua lingkungan pembelajaran awal. Menyenangkan bukan berarti bermain-main, tetapi lebih kepada pengertian terhadap anak-anak. Menarik tidak harus melulu menampilkan teknologi terbaru, tapi bisa dengan cara menantang anak-anak memecahkan sesuatu.

 

Sistem pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan kepentingan terbaik bagi anak-anak, serta keluarga mereka. Dengan mendengarkan anak-anak, secara sungguh-sungguh dan teratur, para pemangku kebijakan dan praktisi pendidikan dapat menyediakan lingkungan yang mendorong kesejahteraan anak-anak dan pengembangan keterampilan sejak dini, serta membangun harapan positif di kalangan anak-anak untuk pengalaman belajar mereka di masa depan. Menyediakan waktu untuk memahami dan menanggapi “apa yang berhasil untuk anak-anak”, menurut anak-anak itu sendiri, akan menghasilkan manfaat yang jauh melampaui dugaan yang bermaksud baik yang sering dikaitkan dengan pendidikan.